Gerbang Menuju Kebenaran

Omega Shift berdiri di hadapan Kazuki—sebuah mesin raksasa dengan desain melingkar, kabel-kabel hitam membelit dinding seperti akar pohon yang mengakar ke dalam dimensi lain.

Cahaya redup dari layar-layar holografis berkedip tidak stabil, menampilkan data yang sulit dipahami.

Kazuki menarik napas dalam. Ini satu-satunya cara untuk menemukan Rin.

Ia melangkah mendekat, tetapi tiba-tiba…

Suara langkah kaki terdengar di belakangnya.

Kazuki berbalik cepat.

Dari bayangan, sesosok entitas bertopeng perak muncul, siluetnya samar di bawah cahaya redup laboratorium. Topengnya berkilauan, tetapi bentuknya terus berubah—seolah menyesuaikan realitas di sekitarnya.

"Berhenti," suara entitas itu terdengar dalam dan bergema, seakan datang dari dimensi yang lebih jauh.

Kazuki menatapnya tajam. "Siapa kau sebenarnya?"

"Seseorang yang sudah melihat akhir dari semua ini."

Topeng itu kembali berubah, membentuk bayangan wajah yang hampir familiar, sebelum bergeser lagi.

"Jika kau melanjutkan ini, realitas akan hancur. Segalanya akan runtuh."

Kazuki mengepalkan tangannya. "Aku tidak peduli. Aku harus menemukan Rin."

Entitas itu menghela napas. "Dia tidak bisa diselamatkan dengan cara ini. Omega Shift bukan alat untuk mengembalikan apa yang sudah hilang. Jika kau mencoba memaksa… kau akan terjebak dalam sesuatu yang lebih buruk dari sekadar loop."

Kazuki tidak mengalihkan pandangannya.

"Jika itu harga yang harus aku bayar, maka aku akan menerimanya."

Entitas bertopeng perak menatapnya tanpa ekspresi. Kemudian, ia mengangkat tangannya dan menunjuk ke dinding di samping mesin Omega.

Kazuki mengikuti arah jari itu—dan saat itulah ia melihatnya.

Sebuah tulisan samar terukir di dinding logam berkarat.

"Hanya yang mengingat segalanya yang bisa membebaskannya."

Kazuki merasakan jantungnya berdebar kencang.

"…Mengingat segalanya?" bisiknya.

Namun, sebelum ia bisa memahami sepenuhnya makna tulisan itu, suara entitas bertopeng kembali terdengar.

"Kau sudah mengambil keputusanmu, bukan?"

Kazuki kembali menatapnya, dan untuk sesaat, ia melihat sesuatu yang aneh—entitas itu berdiri di depan cermin retak, tetapi bayangannya tidak tampak di permukaan kaca itu.

Kazuki menegakkan tubuhnya. Ia tak lagi ragu.

Tanpa mengatakan apa pun, ia berbalik dan melangkah menuju mesin Omega Shift.

Ia membuka pintu kapsul, udara dingin menyelimutinya saat ia masuk ke dalam ruangan sempit itu. Suara peralatan mulai berdengung, seolah mesin itu menyadari kehadirannya.

Kazuki menekan tombol aktivasi.

Pintu kapsul perlahan menutup, menyisakannya dalam kegelapan.

Di luar, entitas bertopeng perak tetap berdiri diam. Namun, sebelum kapsul benar-benar tertutup, suaranya terdengar untuk terakhir kalinya.

"Jika kau membuka gerbang ini… tidak ada jalan untuk kembali."

Kazuki menggenggam kalung di tangannya lebih erat.

Tidak ada jalan untuk kembali.

Tapi jika itu berarti menemukan Rin, maka ia akan tetap melangkah maju.

---

To be continued