Hening.
Kazuki menatap lurus ke arah wanita berambut perak di hadapannya. Kata-katanya masih menggema di kepalanya—Omega Shift tidak pernah dihancurkan, hanya dipindahkan ke dalam diri mereka.
Jika mereka ingin menyelesaikan paradoks ini, mereka harus menghadapi inti Omega Shift secara langsung.
Tetapi ada satu masalah.
Rin semakin menghilang.
Kazuki sudah memperhatikannya sejak tadi—setiap beberapa menit, tubuh Rin akan bergetar, seolah-olah realitas berusaha menariknya keluar dari keberadaannya. Sesaat ia ada di sana, lalu dalam sekejap ia menjadi bayangan samar yang bisa ditembus cahaya.
"Rin…" Kazuki berbisik, matanya menatapnya dengan cemas.
Rin mencoba tersenyum, tetapi ada sesuatu di balik senyumnya yang membuat Kazuki semakin gelisah.
"Aku baik-baik saja," katanya. "Jangan khawatir."
Itu bohong.
Kazuki tahu Rin tidak pernah berbohong padanya, kecuali jika itu tentang dirinya sendiri.
Dan kali ini, ia tahu Rin berusaha menyembunyikan sesuatu.
Wanita berambut perak itu menghela napas pelan. "Dia tidak punya banyak waktu," katanya datar. "Omega Shift sedang mencoba menariknya kembali ke dalam loop."
Kazuki mengepalkan tangannya. "Ada cara untuk menghentikannya, bukan?"
Wanita itu menatapnya lama sebelum menjawab.
"Gerbang Ketiga."
Kazuki menyipitkan mata. "Gerbang Ketiga?"
Wanita itu mengangguk. "Itu adalah lapisan terakhir dari Omega Shift—inti di mana semua anomali berkumpul. Jika kau membukanya, kau bisa menarik Rin kembali sepenuhnya sebelum dia menghilang."
Kazuki menatap Rin, yang kini tampak semakin buram.
"…Tapi itu juga bisa menghapus kalian berdua dari realitas."
Kazuki tidak peduli.
Ia menggenggam tangan Rin, merasakan kehangatan samar yang semakin memudar.
"Kalau itu satu-satunya cara…" Kazuki menarik napas dalam. "Aku akan melakukannya."
Omega Shift—Lapisan Terakhir
Mereka berdiri di hadapan sebuah pintu baja raksasa, tersembunyi di dalam laboratorium bawah tanah yang seharusnya sudah lama ditinggalkan.
Namun, Omega Shift tidak pernah benar-benar "ditinggalkan."
Lampu merah berkelip di sekitar ruangan. Dindingnya penuh dengan coretan—jejak dari mereka yang pernah mencoba mencapai inti Omega Shift sebelumnya.
Salah satu coretan itu menarik perhatian Kazuki.
"S.R. adalah awal dan akhir."
Kazuki merasakan sesuatu yang aneh saat membaca kata-kata itu.
S.R.
Nama itu muncul berkali-kali dalam catatan lama yang mereka temukan—tetapi tidak pernah ada penjelasan siapa atau apa itu.
"Gerbang ini…" Rin bergumam, tangannya menyentuh permukaan baja dingin di depannya. "Apa yang ada di baliknya?"
Kazuki tidak tahu pasti. Tapi ia tahu satu hal.
Jika ia tidak membuka gerbang ini, Rin akan menghilang selamanya.
Pilihan Terakhir
"Sudah siap?"
Kazuki menoleh ke arah Rin.
Ia melihat ketakutan di matanya—sesuatu yang jarang ia lihat dari gadis itu. Rin bukan tipe orang yang takut menghadapi bahaya, tetapi ini berbeda.
Ini adalah pertarungan melawan eksistensinya sendiri.
Kazuki menggenggam tangannya lebih erat. "Dengar," katanya pelan, "apa pun yang terjadi, aku tidak akan membiarkanmu menghilang."
Rin terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk.
Kazuki menarik napas dalam, lalu meletakkan tangannya di pintu baja di depan mereka.
Gerbang Ketiga mulai terbuka.
Dan realitas mulai runtuh.
To be continued.