The Last Anchor

Gerbang Tanpa Waktu

Kazuki dan Rin terjatuh ke dalam kehampaan.

Bukan kehampaan biasa—ini adalah inti dari Omega Shift.

Di sini, tidak ada langit. Tidak ada tanah. Tidak ada atas, bawah, atau arah mana pun. Yang ada hanyalah pusaran cahaya yang berputar tanpa henti, menggabungkan fragmen waktu yang tak terhitung jumlahnya.

Di tengah kekacauan itu, sebuah pintu bercahaya berdiri tegak.

Cahaya keperakan mengalir di permukaannya, membentuk simbol aneh:

"Anchor-042."

Kazuki menelan ludah. "Itu… kuncinya?"

Rin berdiri di sampingnya, wajahnya menegang. "Tidak. Itu bukan sekadar pintu… itu adalah titik keseimbangan."

Di belakang mereka, suara-suara berbisik dari kehampaan.

> "Waktu tidak akan berhenti… kecuali seseorang menahannya."

"Seseorang harus menjadi jangkar terakhir."

Kazuki mengepalkan tangannya. "Jadi… jika kita ingin keluar dari siklus ini, seseorang harus—"

"Menjadi bagian dari Omega Shift," Rin menyelesaikan kalimatnya dengan nada getir. "Menjadi The Last Anchor."

Suara di sekeliling mereka semakin kuat, seolah menyetujui kata-kata Rin.

Kazuki merasakan jantungnya berdegup cepat. Jika seseorang harus menjadi jangkar terakhir… itu berarti…

Mereka tidak akan pernah bisa kembali.

Keputusan yang Tak Terelakkan

Hening.

Untuk sesaat, hanya suara napas mereka yang terdengar.

Rin akhirnya berbicara, suaranya lirih. "Kazuki… biarkan aku yang melakukannya."

Kazuki menoleh tajam. "Apa?"

"Aku yang akan menjadi The Last Anchor," kata Rin mantap. "Aku yang akan menjaga keseimbangan realitas ini."

Kazuki menatapnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Jangan bercanda, Rin! Kau tahu apa artinya itu? Jika kau mengambil peran itu—"

"Aku tidak akan bisa kembali, aku tahu." Rin menatapnya dengan mata penuh tekad. "Tapi jika ini satu-satunya cara untuk menghentikan Omega Shift, maka aku akan melakukannya."

Kazuki menggertakkan giginya. "Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu mengorbankan dirimu."

Rin tersenyum tipis. "Kazuki… aku yang membawamu ke dalam ini. Aku juga yang seharusnya—"

"Tidak!" Kazuki meraih bahunya. "Kita sudah melewati semuanya bersama. Aku tidak akan membiarkanmu menghilang sendirian."

Rin terdiam.

Kazuki menarik napas dalam. "Jika seseorang harus menjadi The Last Anchor… biarkan itu aku."

Mata Rin membesar. "Kazuki—"

Kazuki menggenggam tangannya erat. "Dengarkan aku. Aku sudah melihat semuanya. Siklus ini… semua yang kita alami… aku tahu apa yang harus aku lakukan."

Ia menatap pintu bercahaya di depannya. Cahaya keperakan berdenyut lembut, seolah menunggu keputusannya.

Kazuki tersenyum kecil. "Aku tidak tahu apakah ini akan berhasil. Tapi jika ada peluang sekecil apa pun… aku akan mengambilnya."

Langkah Terakhir

Rin menggigit bibirnya. Tangannya sedikit gemetar saat ia mencoba menahan Kazuki.

Tetapi Kazuki hanya menatapnya dengan lembut, sebelum perlahan melepaskan genggamannya.

"Aku tidak ingin kehilanganmu," bisik Rin.

Kazuki tersenyum. "Kau tidak akan kehilangan aku."

Kemudian, sebelum Rin bisa menghentikannya—

Kazuki melangkah menuju pintu bercahaya.

Cahaya menyelimutinya, hangat dan dingin sekaligus.

Tubuhnya terasa ringan… seolah-olah ia sedang bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar manusia.

Dan saat itu, sesuatu di lehernya mulai retak.

Kalung perak yang selalu ia kenakan—kalung yang sama dengan milik Rin—mulai retak perlahan, meninggalkan satu ukiran samar di permukaannya:

"042—Not the First, Not the Last."

Kazuki menatap ke depan, menatap masa depan yang belum ia pahami sepenuhnya.

Lalu, ia menghilang ke dalam cahaya.

To be continued.