Waktu itu rapuh.
Sama seperti kaca yang retak, ia bisa pecah menjadi serpihan yang tak terhitung jumlahnya—dan itulah yang terjadi pada Rin.
Begitu Paradox Heart diaktifkan, dunianya runtuh.
Retakan waktu menyebar di sekelilingnya, menciptakan lubang dalam realitas. Cahaya berkilauan berputar liar, mencerminkan fragmen dari masa lalu, masa kini, dan sesuatu yang belum terjadi.
Rin berusaha menarik napas, tetapi paru-parunya terasa kosong.
Dimana aku?
Tubuhnya tidak lagi memiliki bentuk yang jelas. Ia merasa melayang di antara batas keberadaan dan kehampaan, di tengah pusaran ingatan yang bukan miliknya—namun juga terasa familiar.
—
Dalam kekacauan itu, bayangan seseorang mulai muncul.
Seorang pria berdiri di sana.
Matanya tajam, penuh determinasi—tetapi berbeda dari Kazuki yang terakhir Rin ingat. Ini adalah Kazuki dari masa lalu.
Kazuki sebelum ia menjadi The Last Anchor.
"Aku tidak punya banyak waktu," suara Kazuki bergema di dalam ruang yang hampa. "Jika kau bisa melihat ini… berarti kau telah terlalu jauh."
Rin terdiam.
Kazuki tidak berbicara langsung padanya—ini hanya pecahan ingatan. Tetapi suara itu terdengar begitu nyata, begitu dekat, seakan Kazuki berdiri tepat di hadapannya.
"Loop ini… bukan kesalahan. Bukan sesuatu yang terjadi secara alami. Seseorang… membuatnya terjadi."
Mata Rin membelalak.
"Apa maksudmu?" bisiknya, meskipun ia tahu Kazuki tidak akan bisa mendengarnya.
Kazuki menunduk, menatap sesuatu di tangannya—sebuah buku catatan tua, halaman-halamannya penuh dengan rumus dan diagram yang membingungkan.
Di salah satu halaman, ada sebuah nama.
"S.R."
Rin mencoba mengingat, tetapi inisial itu tidak membangkitkan kenangan apa pun.
Siapa pun "S.R." ini, ia jelas memiliki peran dalam menciptakan siklus Omega Shift.
—
Tiba-tiba, penglihatan itu berubah.
Dunia di sekeliling Rin terdistorsi, dan ia terhempas ke dalam fragmen lain.
Ia melihat seorang gadis berdiri di ambang kehampaan.
Rambut perak panjangnya berkilau di bawah cahaya redup, dan matanya bersinar seperti bintang yang meredup. Ia menatap Rin—tidak, lebih tepatnya menatap sesuatu di baliknya.
"Kau bukan satu-satunya yang berjuang melawan waktu," suara gadis itu bergema lembut, nyaris seperti bisikan.
Sebelum Rin sempat bereaksi, segalanya kembali bergetar.
Cahaya memancar, menelan semuanya dalam ledakan putih.
—
Rin terbangun dengan napas tersengal.
Ia kembali ke laboratorium—tetapi Paradox Heart masih menyala di tangannya, berdenyut pelan seolah masih bekerja.
Keringat dingin mengalir di pelipisnya.
Apa yang baru saja ia lihat?
Kazuki menyebut seseorang yang membuat Omega Shift terjadi.
Dan gadis berambut perak itu… siapa dia?
Rin mengepalkan tangannya.
Jika ada seseorang yang memulai semua ini, maka ada seseorang yang juga bisa mengakhirinya.
Tetapi pertanyaan terbesar tetap ada.
Dengan suara lirih, Rin bertanya pada dirinya sendiri:
"Siapa yang memulai semua ini… dan kenapa?"
To be continued.