Waktu telah retak.
Di sekeliling mereka, dunia bergetar seperti cermin yang mulai pecah. Garis-garis hitam merayap di udara, mengukir retakan yang semakin melebar di sepanjang laboratorium. Mesin-mesin berkedip tak terkendali, sementara data di layar terminal berubah menjadi karakter-karakter acak yang terus bergulir tanpa makna.
Kazuki berdiri diam di tengah kekacauan, matanya terpaku pada langit-langit laboratorium—yang kini tidak lagi terlihat seperti ruangan tertutup, melainkan celah menuju kehampaan.
Sementara itu, Rin menggigit bibirnya, berusaha menstabilkan kesadarannya. Pikirannya berputar cepat, mencoba memahami situasi yang terus berubah di depan matanya.
Mereka telah membawa Kazuki kembali… tapi sesuatu telah berubah dalam realitas itu sendiri.
—
"Rin…"
Suara Kazuki terdengar datar, tetapi di baliknya ada ketegangan yang sulit disembunyikan.
Rin menoleh dan mengikutinya dengan pandangan. Retakan di langit-langit semakin melebar, membentuk celah yang menampakkan sesuatu di baliknya—sebuah kekosongan tanpa warna, tanpa bentuk.
Tidak ada bintang. Tidak ada langit.
Hanya kehampaan yang siap menelan segalanya.
"Keseimbangan realitas sedang runtuh," gumam Rin. "Jika kita tidak menemukan cara untuk menstabilkannya… kita akan lenyap bersama dunia ini."
Kazuki mengepalkan tangannya. "Harus ada cara."
—
Di tengah suara mesin yang berderak dan distorsi waktu yang semakin liar, sesuatu mulai muncul.
Sebuah rekaman holografik menyala dari lantai, seolah baru saja terbangun dari dormansi panjangnya. Visual yang buram bergetar, membentuk siluet seseorang yang berdiri di tengah lautan kode—S.R.
Sosok itu mengenakan jubah hitam yang samar, dan sepasang mata peraknya berkilat dingin. Wajahnya masih kabur, tetapi suaranya terdengar lebih jelas dari sebelumnya.
"Kalian hanya pion dalam permainan yang lebih besar."
Suara itu menggema di seluruh ruangan, membuat Rin dan Kazuki menegang.
"Jika kalian ingin menghentikannya, kalian harus melampaui batas realitas itu sendiri."
Kazuki menyipitkan mata. "Apa maksudnya?"
Rekaman itu terus berputar, mengungkap sesuatu yang lebih mengerikan.
"The Last Anchor yang kalian kira… bukanlah yang sebenarnya."
Kata-kata itu membuat napas Rin tertahan.
Kazuki bukanlah jangkar terakhir.
Ada sesuatu—atau seseorang—di luar waktu yang mengendalikan semua ini.
Sebuah Kebenaran yang Mengubah Segalanya
"Ini tidak mungkin…" Rin berbisik.
Kazuki tidak menjawab. Matanya terpaku pada rekaman itu, mencerna kebenaran yang selama ini tersembunyi.
Jika bukan dia yang menjaga keseimbangan waktu, lalu siapa?
Jika ada entitas lain yang lebih tinggi dari dirinya, maka Omega Shift bukanlah akhir—tetapi hanya bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Retakan di langit semakin melebar, dan dari dalamnya, sesuatu mulai muncul.
Bayangan hitam bergerak perlahan, sosok-sosok kabur yang belum bisa mereka kenali. Namun, aura mereka terasa dingin—seperti keberadaan yang tidak seharusnya ada di dunia ini.
Langkah Menuju Babak Baru
Kazuki menarik napas dalam, lalu menoleh pada Rin.
"Perjalanan ini belum berakhir…" suaranya rendah, tetapi penuh tekad.
Ia mengarahkan pandangannya ke celah yang semakin terbuka di langit, di mana bayangan-bayangan tak dikenal mulai bergerak mendekat.
"Kita baru saja memulainya."
To be continued.