Realitas sedang runtuh.
Kazuki berdiri di tengah kota yang seharusnya ia kenal. Tapi kini, tempat itu tidak lagi terasa nyata. Bangunan-bangunan di sekelilingnya memudar menjadi siluet hampa, jalanan yang dulu dipenuhi suara kehidupan kini sunyi, hanya menyisakan bayangan samar dari sesuatu yang pernah ada.
Langit di atas mereka berpendar dalam warna-warna asing—gradasi biru pekat yang bercampur dengan retakan cahaya keemasan, seolah menyiratkan bahwa batas dunia ini sudah tidak bisa dipertahankan lebih lama lagi.
Rin berdiri di sampingnya, matanya tajam mengamati setiap perubahan di sekitar mereka. Ia menarik napas pelan, mencoba menenangkan diri meski dadanya terasa sesak.
Kazuki menggenggam jaketnya lebih erat, lalu menoleh ke arah Rin.
"Seberapa lama dunia ini bisa bertahan?"
Rin tidak langsung menjawab. Ia mengamati bagaimana bayangan dari sebuah gedung perlahan menghilang, meninggalkan jejak samar sebelum akhirnya lenyap sepenuhnya.
"Tak lama lagi," jawabnya, suaranya datar tapi ada ketegangan yang jelas di dalamnya.
Kazuki mengepalkan tangannya.
"Kalau begitu, kita harus menemukan jawabannya sebelum semuanya benar-benar hancur."
—
Di tengah keheningan yang mencekam, sesuatu berpendar di udara.
Sebuah suara elektronik berbunyi lemah, lalu dari ketiadaan, sebuah hologram mulai terbentuk di depan mereka. Gambar itu bergetar, nyaris tidak stabil, seolah rekaman ini sudah terlalu lama terjebak di batas waktu yang tidak bisa dipahami manusia.
Siluet seseorang muncul—S.R.
Kazuki dan Rin saling bertukar pandang sebelum kembali menatap sosok itu.
"Jika kalian mendengar ini… maka kehancuran sudah dimulai."
Suara S.R. terdengar jauh, tetapi kata-katanya begitu jelas. Rin merasakan bulu kuduknya meremang.
"Omega Shift tidak pernah sekadar anomali. Ini adalah hasil dari sesuatu yang lebih besar—kesalahan pertama dalam realitas ini."
Kazuki menyipitkan mata.
"Kesalahan pertama?"
Rekaman itu bergetar lebih kuat, suaranya mulai terputus-putus.
"Jika kau ingin menemukan kebenaran… kau harus mencari yang pertama diciptakan."
Lalu, hologram itu menghilang—tanpa jejak, tanpa penjelasan lebih lanjut.
Sejenak, keheningan menyelimuti mereka. Hanya suara angin hampa yang berdesir, seolah dunia ini tahu bahwa waktunya hampir habis.
Rin menggigit bibirnya, pikirannya berputar cepat.
"Yang pertama diciptakan…" gumamnya, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Kazuki menatap tangannya, di mana luka berbentuk lingkaran yang selalu ada sejak loop pertama masih terasa membakar.
"Apakah itu berarti… ada sesuatu yang lebih dulu dari Omega Shift?"
Rin menatapnya, lalu mengangguk.
"Dan itu yang harus kita cari."
—
Retakan di langit semakin melebar. Seolah ada sesuatu yang berusaha menerobos masuk, mengoyak batas antara kenyataan dan kehampaan.
Kazuki menatap lurus ke depan, lalu mengulurkan tangannya ke arah Rin.
Tanpa ragu, Rin menggenggamnya erat.
Ia bisa merasakan kehangatan di tangannya—sebuah bukti bahwa mereka masih ada, masih nyata, masih bisa berjuang.
"Apa pun yang terjadi," Kazuki berbisik, suaranya penuh keteguhan,
"kita harus terus maju."
Dunia di sekitar mereka mungkin sedang menghilang. Tapi mereka belum selesai.
Mereka baru saja memulai.
— To be continued.