Dunia di sekeliling mereka sudah tidak stabil.
Kazuki dan Rin berdiri di depan bangunan yang nyaris tak berbentuk, dinding-dindingnya runtuh menjadi serpihan yang melayang di udara, seolah gravitasi tidak lagi berfungsi dengan benar. Cahaya keemasan dari retakan di langit memantul di puing-puing logam yang berserakan di tanah.
Kazuki mengamati sekeliling dengan waspada. Tempat ini dulunya adalah pusat penelitian Omega Shift, tetapi sekarang hanya menyisakan bayangan dari masa lalunya. Struktur yang tersisa tampak seperti ilusi—sesekali bergoyang dan bergetar, seakan bisa lenyap kapan saja.
Rin berjongkok di dekat lantai yang retak, jarinya menyusuri bekas ukiran samar yang nyaris tak terlihat.
"Kita berada di titik nol dari semuanya," gumamnya.
Kazuki berjalan mendekat dan memperhatikan ukiran di lantai tersebut. Lambang ∞ (infinity) terpahat dalam simbol yang nyaris tenggelam oleh waktu.
Rin mengangkat pandangannya, bertemu mata Kazuki.
"Jika Omega Shift dimulai di sini, maka jawaban tentang 'The First Error' juga pasti tersembunyi di tempat ini."
Kazuki mengangguk, lalu menelusuri lorong yang tersisa, mencari sesuatu—apa pun—yang bisa menjadi petunjuk.
Dan saat itulah dia menemukannya.
Di ujung lorong yang hancur, terdapat sebuah pintu besar yang masih utuh.
Tidak seperti bagian lain dari laboratorium yang tampak usang dan rusak, pintu ini tampak bersih—seolah tidak tersentuh oleh waktu. Permukaannya terbuat dari logam hitam yang terasa asing, berkilauan dalam cahaya aneh yang memancar dari retakan realitas di sekitarnya.
Di tengah pintu itu, terukir simbol ∞—lambang yang sama yang mereka lihat di lantai sebelumnya.
Kazuki merasakan udara di sekitarnya berubah. Ada sesuatu yang salah dengan tempat ini.
Rin berjalan mendekat, matanya menyipit saat memperhatikan tulisan samar yang terukir di atas gerbang.
> "Mereka yang melangkah melewati ini tidak akan pernah kembali sebagai diri mereka yang sama."
Kazuki merasakan jantungnya berdebar.
"Apa maksudnya?" tanyanya, suaranya hampir berbisik.
Rin menggigit bibirnya.
"Mungkin… gerbang ini membawa kita ke suatu tempat di luar pemahaman kita."
Kazuki merasakan napasnya menjadi berat. Jika tempat di balik gerbang ini benar-benar berada di luar waktu—jika mereka masuk ke sana, apakah mereka masih bisa kembali?
Tapi mereka tidak punya pilihan lain. Ini satu-satunya petunjuk yang mereka miliki.
Kazuki menatap Rin, ekspresinya penuh tekad.
"Kita harus masuk."
Rin menghela napas panjang, lalu mengangguk.
Dengan hati-hati, Kazuki mengulurkan tangannya ke pintu. Begitu jarinya menyentuh permukaannya, simbol ∞ mulai bersinar—bukan cahaya biasa, tetapi sesuatu yang terasa hidup.
Dan dalam sekejap…
Kazuki dan Rin terseret dalam kegelapan.
Tidak ada suara, tidak ada bentuk, tidak ada arah. Hanya kekosongan yang melingkupi mereka, seolah realitas itu sendiri telah dihapus.
Kazuki mencoba berbicara, tetapi tidak ada suara yang keluar. Ia melihat Rin di sampingnya—matanya melebar, tubuhnya melayang tanpa kendali.
Kemudian, dari dalam kehampaan, muncul sesuatu.
Bayangan yang tidak memiliki bentuk pasti, seakan-akan wujudnya terus berubah dari satu momen ke momen berikutnya.
Dan saat suara pertama terdengar di ruang ini, itu bukan berasal dari mereka.
> "Kalian seharusnya tidak berada di sini."
Sebuah bisikan, tajam dan dingin, seakan langsung berbicara ke dalam pikiran mereka.
Kazuki merasakan keringat dingin mengalir di tengkuknya.
"Siapa kau?" tanyanya, suaranya terdengar di dalam kepalanya sendiri.
Bayangan itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia mulai berputar di sekitar mereka, meninggalkan jejak cahaya samar yang terasa seperti sesuatu yang lebih tua dari waktu itu sendiri.
Kazuki berusaha tetap fokus.
"Jika ini tempat di mana waktu tidak berlaku… apakah ini tempat di mana 'The First Error' terjadi?"
Namun sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, dunia di sekitar mereka mulai berubah.
Retakan mulai muncul di dalam kehampaan itu sendiri, menciptakan gambaran aneh—sepotong memori yang bukan milik mereka.
Rin menatapnya dengan ngeri.
"Kazuki… sesuatu sedang mencoba menunjukkan sesuatu pada kita."
Dan tepat saat itu, suara lain terdengar.
Bukan bisikan dari bayangan itu, tetapi suara dari jauh, seakan berasal dari dimensi lain.
> "Omega Shift bukanlah awal. Kalian hanya melihat bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar."
Rin merasakan tubuhnya bergetar.
"Apa yang akan terjadi jika kita melangkah lebih jauh?" tanyanya, suaranya nyaris bergetar.
Kazuki tidak punya jawaban. Tapi ia tahu satu hal—mereka sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang.
— To be continued.