Kazuki membuka matanya.
Ia masih di sana—atau setidaknya, sesuatu yang menyerupai ‘di sana’.
Di sekelilingnya, dunia tampak tidak memiliki bentuk pasti. Ruang dan waktu berputar dalam pola yang tidak dapat dimengerti, seperti lukisan yang belum selesai. Setiap langkah yang ia ambil tidak meninggalkan jejak di tanah. Tidak ada cahaya matahari, tetapi semuanya terlihat seolah diterangi oleh cahaya tak kasat mata.
Rin berdiri di sebelahnya, wajahnya pucat saat ia memandangi kehampaan yang mengelilingi mereka.
"Dimana… kita sebenarnya?" gumamnya.
Kazuki tidak tahu. Tapi ada sesuatu yang mengganggu pikirannya—sebuah perasaan aneh di dalam dirinya, seolah-olah tempat ini bukan sesuatu yang asing.
Dan kemudian, kilasan itu datang.
Kilasan Memori yang Bukan Miliknya
Seketika, dunia di sekitarnya berubah.
Kazuki terjatuh ke tanah saat pikirannya dipenuhi oleh potongan-potongan ingatan yang tidak pernah ia alami. Sebuah laboratorium, jauh lebih besar daripada yang pernah ia lihat sebelumnya.
Cahaya berkedip dari layar holografik yang menampilkan data yang mustahil dimengerti. Dan di tengah ruangan itu…
Seorang pria berdiri di sana, membelakangi Kazuki.
Ia mengenakan jas laboratorium, dan meskipun wajahnya tak terlihat, Kazuki bisa merasakan aura dingin yang memancar darinya.
Dan kemudian, suara itu datang—bukan dari pria itu, tetapi dari dalam pikirannya sendiri.
> "Ini bukan pertama kalinya kau di sini."
Kazuki tersentak dan kembali ke realitas. Nafasnya terengah-engah, tubuhnya gemetar akibat dampak dari kilasan itu.
Rin segera berlutut di sampingnya.
"Kazuki! Kau tidak apa-apa?"
Kazuki mengangguk pelan, meskipun tubuhnya masih terasa lemah.
"Aku… aku melihat sesuatu. Sebuah laboratorium. Seseorang berdiri di sana, tapi aku tidak bisa melihat wajahnya."
Rin menatapnya dengan serius.
"Mungkin ini bukan hanya sekadar kilasan acak. Tempat ini… mungkin ada di suatu tempat dalam dimensi ini."
Kazuki mengusap wajahnya, mencoba menenangkan pikirannya.
"Kalau begitu, kita harus menemukannya."
Dan tanpa mereka sadari, dunia di sekitar mereka mulai berubah.
—
Dunia yang sebelumnya tampak kosong mulai membentuk wujud. Bangunan-bangunan mulai bermaterialisasi, seolah-olah realitas sedang mencoba mengingat apa yang pernah ada di tempat ini.
Dan di hadapan mereka, sebuah ruangan besar terbuka.
Ruangan itu tidak seperti laboratorium yang pernah mereka lihat sebelumnya. Dindingnya terbuat dari logam hitam yang tampak tak tersentuh oleh waktu, sementara di tengahnya, sebuah struktur besar berbentuk bola melayang di udara. Cahaya biru redup bersinar dari permukaannya, menciptakan bayangan aneh di lantai yang tak bercelah.
Kazuki dan Rin berjalan mendekat, mata mereka terpaku pada bola bercahaya itu.
Sebuah suara terdengar di dalam kepala mereka.
> "Core Memory telah diakses. Memuat catatan Omega Shift…"
Rin menelan ludah.
"Core Memory… jadi ini adalah catatan asli dari semua yang pernah terjadi di Omega Shift?"
Kazuki merasakan jantungnya berdebar. Jika ini benar, maka di sinilah mereka bisa menemukan jawaban yang selama ini mereka cari.
Rin mengulurkan tangannya ke permukaan bola itu, dan seketika, ratusan fragmen memori mulai berputar di udara di sekitar mereka. Suara-suara yang tak dikenal terdengar samar, bercampur dengan gambar-gambar yang muncul begitu cepat hingga sulit dipahami.
Namun ada satu kalimat yang langsung menarik perhatian mereka.
> "Hanya mereka yang melampaui realitas… yang akan mengerti tujuan sebenarnya dari permainan ini."
Kazuki dan Rin saling berpandangan.
"Permainan?" Kazuki mengulang kata itu, merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Tapi sebelum mereka bisa memproses apa yang terjadi, sesuatu yang gelap mulai muncul dari dalam Core Memory.
Bayangan itu bukan hanya kegelapan biasa.
Ia bergerak, melingkar di sekitar Core Memory, sebelum perlahan membentuk wujud seseorang—atau sesuatu yang menyerupai manusia.
Kazuki merasakan tubuhnya menegang. Ia ingin bergerak, tetapi sesuatu menahannya di tempat.
Dan kemudian, bayangan itu berbicara.
> "Kau adalah kesalahan yang seharusnya tidak pernah ada."
Kazuki merasakan aliran dingin menjalari tulang punggungnya.
Rin meraih tangannya dengan erat, suaranya gemetar.
"Kazuki… kita harus keluar dari sini."
Tapi Kazuki tidak bisa berpaling dari bayangan itu.
Kalimat itu terus terngiang di pikirannya.
> "Kesalahan… yang seharusnya tidak pernah ada."
Apa yang sebenarnya terjadi di sini?
Kazuki tidak tahu, tetapi satu hal pasti—jawaban yang mereka cari masih tersembunyi lebih dalam dari yang mereka bayangkan.
Dan jika mereka ingin mengungkapnya… mereka harus melangkah lebih jauh ke dalam jurang yang tidak diketahui.
— To be continued.