Mereka yang Lupa Mengingat

Rin berhenti melangkah.

Kazuki menoleh ke arahnya, napasnya masih terengah-engah setelah berlari melewati koridor tanpa ujung di dalam dimensi ini.

"Ada apa?" tanyanya.

Rin terlihat bingung. Matanya menyapu ruangan seolah-olah ia baru pertama kali melihatnya.

"Aku… kita tadi sedang melakukan apa?"

Kazuki merasakan jantungnya mencelos.

Tidak mungkin…

"Rin, kau tidak ingat?" Ia meraih bahunya, mencoba menatap matanya dengan intens.

Rin mengerutkan kening, berusaha keras mengingat.

"Aku… aku tahu kita sedang mencari sesuatu. Tapi aku tidak ingat bagaimana kita sampai di sini…"

Kata-katanya menggantung di udara, membuat atmosfer di sekitar mereka semakin menekan.

Kazuki menutup matanya sesaat. Ia mencoba mengatur napas, tetapi rasa gelisah terus menghantam dadanya.

Mereka baru berada di dimensi ini selama beberapa jam, tapi Rin sudah mulai kehilangan fragmen ingatannya.

"Sial," gumam Kazuki.

"Ini bukan hanya tempat yang memanipulasi realitas. Ini menghapus keberadaan kita dari waktu itu sendiri."

Rin menatapnya dengan ragu.

"Apa maksudmu?"

Kazuki mengepalkan tangannya.

"Temporal Erasure. Ini seperti virus yang menghapus seseorang dari seluruh garis waktu mereka. Semakin lama kita berada di sini, semakin banyak ingatanmu yang akan menghilang."

Rin terdiam. Tangannya gemetar saat ia menyentuh kepalanya, mencoba mengingat sesuatu yang tiba-tiba terasa jauh dan kabur.

"Kazuki… aku takut."

Kazuki menggenggam tangannya erat, berusaha meyakinkannya.

"Aku tidak akan membiarkanmu menghilang, Rin. Aku janji."

Namun, bahkan saat ia mengatakannya… ia tidak bisa mengusir rasa takut di dalam dirinya.

Mereka melanjutkan perjalanan, meskipun setiap langkah terasa semakin berat.

Ruangan demi ruangan mereka lalui, masing-masing kosong dan tak memiliki batas jelas. Seakan-akan dunia ini bukanlah sebuah tempat nyata, melainkan sekadar pantulan dari sesuatu yang telah lama ditinggalkan.

Dan akhirnya, mereka tiba di sebuah aula besar.

Di tengahnya, ada lantai hitam mengkilap seperti kaca. Saat Kazuki dan Rin mendekat, mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang terukir di permukaannya.

Rin berlutut, jarinya menyapu ukiran samar yang hampir terkikis oleh waktu.

> "S.R. – The First Observer."

Kazuki menyipitkan matanya.

"S.R… orang yang meninggalkan rekaman di Omega Shift?"

Rin mengangguk pelan.

"Jika dia yang pertama mengamati semua ini… mungkin dia juga yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini."

Kazuki menggertakkan giginya.

"Tapi dia sudah lama menghilang. Yang kita miliki hanyalah jejaknya."

Kazuki menyadari sesuatu yang aneh.

Sebelumnya, ia bisa merasakan kehadiran Rin di sampingnya dengan jelas. Tapi kini… udara di sekitar terasa lebih dingin.

Ia menoleh ke arahnya.

"Rin?"

Rin berdiri diam, tubuhnya gemetar.

"Aku… aku tidak ingat siapa S.R. itu."

Kazuki terkejut. Padahal, beberapa detik lalu mereka masih membahasnya.

Efek Temporal Erasure semakin memburuk.

Kazuki menggenggam bahu Rin, menatap matanya yang mulai terlihat kosong.

"Dengar, Rin. Kita sudah membicarakan ini tadi. Kau tidak boleh melupakan semuanya, mengerti?"

Rin menggigit bibirnya, ekspresinya frustrasi.

"Aku tahu! Aku mencoba mengingatnya, tapi… rasanya seperti ada sesuatu yang menarik ingatanku menjauh!"

Kazuki menarik napas dalam. Ia harus bertindak sebelum semuanya terlambat.

"Oke. Kita tulis semuanya."

Ia mengeluarkan pena dari sakunya—salah satu benda yang secara misterius masih ia miliki sejak awal loop. Ia meraih tangan Rin, membuka telapak tangannya, dan mulai menulis sesuatu di sana.

> "Namamu adalah Rin Asagiri. Kau bersamaku, Kazuki Amamiya. Kita sedang mencari kebenaran tentang Omega Shift. Jangan lupakan ini."

Rin melihat tulisan itu dengan tatapan kosong.

"Apa ini…?"

Kazuki menelan ludah.

"Jika kau mulai melupakan sesuatu lagi, baca ini. Kita akan menulis lebih banyak jika perlu."

Rin mengangguk, meskipun raut wajahnya masih dipenuhi kebingungan.

Beberapa menit berlalu.

Mereka berdiri di aula itu, mencoba mengumpulkan pemikiran mereka.

Tiba-tiba, Rin menarik napas tajam.

"Kazuki…"

Kazuki menoleh cepat.

"Apa?"

Rin terlihat panik. Tangannya gemetar saat ia menatap Kazuki dengan mata yang kini dipenuhi ketakutan.

"Aku takut… aku takut melupakanmu, Kazuki."

Kazuki merasakan hatinya mencelos.

Rin menggenggam tangannya erat, seolah-olah jika ia melepaskannya, maka Kazuki akan lenyap dari dunianya.

Kazuki ingin mengatakan sesuatu. Ingin meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi ia tahu itu akan menjadi kebohongan.

Efek Temporal Erasure terus bekerja.

Jika mereka tidak segera menemukan jalan keluar… maka Rin mungkin akan benar-benar melupakannya.

Dan yang lebih buruk—bukan hanya Rin. Jika efek ini juga bekerja padanya…

Maka pada akhirnya, mereka mungkin akan kehilangan satu sama lain selamanya.

(To be continued.)