Kazuki dan Rin berdiri di hadapan The Null Point.
Itu bukan sekadar titik dalam ruang dan waktu. Itu adalah kehampaan absolut—sebuah lubang dalam realitas, di mana segala sesuatu yang masuk akan kehilangan maknanya. Cahaya di sekelilingnya melengkung secara tidak wajar, seolah-olah waktu itu sendiri berusaha menghindarinya.
Kazuki bisa merasakan tekanan yang luar biasa dari tempat ini. Suhu di sekeliling mereka turun drastis, dan suara dunia mulai meredam, seolah-olah suara itu sendiri sedang dihapus.
Di sanalah jawabannya berada.
Di sanalah satu-satunya cara untuk menghentikan Omega Shift.
"Jadi ini akhirnya." Kazuki menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri.
Rin menggigit bibirnya.
"Kita sudah sampai sejauh ini, tapi... bagaimana cara menstabilkannya?"
Di depan mereka, simbol ∞ (infinity) melayang di udara, berputar perlahan seperti pusaran yang tidak pernah berakhir. Kata-kata dari The Architect masih terngiang di kepala Kazuki.
"The Null Point… hanya bisa ditemukan oleh mereka yang berani mengorbankan segalanya."
Dan kini, ia tahu apa yang harus dikorbankan.
Kazuki menatap Rin dengan ekspresi tegas.
"Seseorang harus melangkah ke dalam."
Rin membelalakkan matanya.
"Apa?!"
Kazuki mengepalkan tinjunya.
"Loop ini akan terus berulang, Omega Shift tidak akan pernah berakhir… kecuali seseorang masuk ke The Null Point dan menghapus dirinya dari sistem. Itu satu-satunya cara untuk menstabilkan realitas."
Rin menggeleng keras.
"Jangan bercanda, Kazuki! Kalau kau masuk ke sana, itu bukan hanya menghapus tubuhmu—itu akan menghapus eksistensimu! Ingatanmu, keberadaanmu, semua yang pernah terjadi padamu… akan hilang seolah-olah kau tidak pernah ada!"
Kazuki tetap diam. Ia tahu itu. Ia tahu risikonya.
Tetapi jika itu satu-satunya cara…
"Maka aku akan melakukannya."
Rin Tidak Akan Membiarkan Itu Terjadi
Sebelum Kazuki bisa melangkah lebih dekat, tangan Rin mencengkeram lengannya dengan kuat.
"Tidak!" suaranya bergetar.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja!"
Kazuki menoleh, menatap matanya. Untuk pertama kalinya, Rin terlihat benar-benar ketakutan.
Kazuki mencoba tersenyum.
"Ini satu-satunya jalan, Rin."
Rin menggeleng lagi, lebih kuat.
"Kalau begitu… biar aku saja yang pergi!"
Kazuki membelalak.
"Apa?!"
Rin menatapnya dengan penuh tekad, meskipun air mata sudah menggenang di sudut matanya.
"Aku yang akan masuk ke sana. Aku yang akan mengorbankan ingatanku."
Kazuki merasakan dadanya mencengkeram.
"Tidak mungkin! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"
Rin menggigit bibirnya.
"Kenapa tidak? Kau pikir aku tidak cukup kuat untuk melakukan ini?!"
Kazuki terdiam. Bukan itu alasannya.
Ia menatap Rin, menatap seseorang yang telah menemaninya sejauh ini—seseorang yang selalu berada di sisinya dalam setiap loop, setiap pertempuran, setiap rasa sakit.
Dan kini, dia ingin melupakan segalanya?
Kazuki mengepalkan tinjunya.
"Aku tidak bisa kehilanganmu, Rin."
Rin terisak, suaranya bergetar.
"Kalau begitu… kau pikir aku bisa kehilanganmu, Kazuki?!"
Sebuah Pilihan yang Mustahil
Mereka saling menatap dalam kebisuan.
Di sekitar mereka, The Null Point semakin berputar, semakin tidak stabil. Jika mereka tidak segera bertindak, segalanya akan runtuh.
Tapi bagaimana mereka bisa memilih?
Bagaimana mereka bisa menentukan siapa yang akan menghilang dari realitas selamanya?
Sesuatu yang Lebih Tua… dan Lebih Berbahaya
Tiba-tiba, dari dalam kehampaan, suara lain terdengar.
Bukan suara The Architect.
Bukan suara waktu.
Suara itu… lebih dalam, lebih tua.
"Di luar waktu… ada sesuatu yang lebih tua… dan lebih berbahaya."
Kazuki dan Rin membeku.
Suara itu datang dari dalam The Null Point.
Seolah-olah ada sesuatu di dalamnya.
Bukan kehampaan.
Bukan penghapusan.
Tetapi sesuatu yang hidup.
Aku Tidak Akan Membiarkanmu Pergi Lagi
Kazuki menatap Rin, lalu ke The Null Point.
Kini, keputusan mereka bukan hanya tentang pengorbanan.
Kini, mereka menghadapi sesuatu yang bahkan tidak seharusnya ada.
Rin menggenggam tangan Kazuki lebih erat, matanya penuh keteguhan.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi, Kazuki."
Kazuki mengangguk pelan, menatap ke arah kehampaan yang kini terasa lebih mengancam.
Mereka masih belum tahu apa yang ada di balik The Null Point.
Tetapi satu hal pasti—
Mereka akan menghadapi ini bersama-sama.
(To be continued.)