Di dalam reruntuhan Omega Shift Core, Kazuki menemukan sesuatu yang tersembunyi di balik panel besi yang sudah berkarat. Sebuah buku catatan tua, tebal, dengan sampul hitam.
Tertulis di atasnya dengan huruf yang hampir pudar:
"S.R. – Catatan Terakhir."
Kazuki menelan ludah. S.R.—nama yang terus muncul dalam setiap potongan misteri ini. Jika ada satu orang yang tahu kebenaran di balik Omega Shift, mungkin itu adalah dia.
Dengan hati-hati, Kazuki membuka halaman pertama. Tulisannya berantakan, seakan ditulis terburu-buru, namun isinya jelas:
"The Architect tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi seperti ini. Awalnya, ia hanyalah penjaga keseimbangan, sang pengatur aliran waktu. Tetapi… sesuatu mengubahnya. Ia kehilangan kendali."
Kazuki mengerutkan kening.
"Kehilangan kendali…?"
Rin yang berdiri di sebelahnya membaca tulisan itu dengan napas tertahan.
"Jadi dia… bukan awalnya jahat?"
Kazuki tidak menjawab. Ia melanjutkan membaca, hingga sampai pada halaman terakhir.
"Hanya ada satu cara untuk menghentikan ini. Kau harus menemukan The Null Point—titik di mana semua realitas bertemu. Tapi ingat… The Null Point hanya bisa ditemukan oleh mereka yang berani mengorbankan segalanya."
Kazuki merasakan hawa dingin menjalar di punggungnya.
"Mengorbankan… segalanya?"
Mereka berdiri dalam keheningan.
Rin akhirnya angkat bicara.
"Kazuki… kalau catatan ini benar, berarti kita masih punya kesempatan untuk menghentikannya."
Kazuki menggenggam buku catatan itu erat. The Null Point… tempat di mana semua realitas bertemu. Jika itu benar-benar ada, maka di sanalah mereka bisa menghadapi The Architect secara langsung.
Tapi… harga untuk menemukannya tidak kecil.
Kazuki mengingat kata-kata terakhir dalam catatan itu.
"Berani mengorbankan segalanya."
Mereka berdua sudah kehilangan banyak hal—waktu, ingatan, bahkan kepastian akan eksistensi mereka sendiri. Tapi kini, mereka harus memilih apakah mereka benar-benar siap kehilangan lebih dari itu.
Kazuki menarik napas dalam.
"Jika ini satu-satunya jalan…"
Namun sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, ruangan mulai bergetar hebat.
Dinding Omega Shift Core mulai retak. Cahaya biru yang sebelumnya hanya berdenyut pelan kini berkedip liar, seperti mesin yang sekarat.
Dan di tengah kehancuran itu, sebuah suara bergema.
"Kalian sudah terlalu dekat dengan kebenaran."
Pilihan yang Harus Dibuat
Suara itu… tidak asing.
Kazuki dan Rin sama-sama membeku. Itu adalah suara yang pernah mereka dengar sebelumnya. The Architect.
Dari celah retakan di udara, bayangan mulai muncul. Wujudnya tidak sepenuhnya nyata—seperti sosok tanpa bentuk yang terbuat dari fragmen waktu yang terdistorsi.
"The Null Point tidak untuk ditemukan oleh manusia."
Suara itu terdengar tajam, menusuk langsung ke dalam pikiran mereka.
Kazuki mengepalkan tinjunya.
"Kalau begitu, kenapa kau takut kami menemukannya?"
Bayangan itu tidak langsung menjawab. Namun, dari dalam kehampaan, sesuatu mulai muncul—gambar-gambar yang berkelebat cepat, seakan seseorang sedang menelusuri jutaan kemungkinan realitas dalam satu waktu.
Lalu, satu gambar berhenti lebih lama dari yang lain.
Kazuki melihatnya dengan jelas.
Dirinya sendiri.
Namun, sesuatu terasa aneh. Pakaian yang ia kenakan sedikit berbeda. Luka bakar berbentuk lingkaran di tangannya tidak ada. Dan yang paling mengejutkan… ia tidak sendirian.
Di sebelahnya, ada Rin lain.
Kazuki merasakan kepalanya berdenyut.
"Apa…?"
Namun sebelum ia bisa memahami lebih jauh, bayangan itu menghilang.
Suasana kembali sunyi, hanya tersisa sisa-sisa getaran dari ruangan yang hampir runtuh.
Rin menoleh ke Kazuki, ekspresinya serius.
"Kazuki… apa yang akan kau korbankan untuk menghentikan ini?"
Kazuki tidak langsung menjawab. Ia hanya menggenggam buku catatan itu lebih erat.
Dalam hatinya, ia tahu.
Untuk menemukan The Null Point, mereka harus siap kehilangan lebih dari yang pernah mereka bayangkan.
(To be continued.)