Ketika Dunia Berbisik

Kazuki berdiri di balkon apartemennya, memandangi langit malam yang pekat.

Di sekelilingnya, dunia tampak normal—lampu-lampu kota bersinar seperti biasa, angin berhembus lembut menerpa wajahnya, dan suara kendaraan dari kejauhan terdengar seperti latar belakang yang monoton.

Tetapi… sesuatu terasa salah.

Ia tidak bisa menjelaskannya.

Mungkin itu hanya perasaan.

Mungkin hanya paranoia yang tersisa dari semua yang telah terjadi.

Tetapi Kazuki tahu lebih baik daripada mengabaikan instingnya.

Omega Shift telah dihentikan. Loop seharusnya berakhir.

Lalu… mengapa ia masih merasa terjebak?

Rin duduk di meja, meneliti berkas-berkas lama yang mereka selamatkan dari The Null Point. Matanya yang kelelahan menelusuri halaman demi halaman, tetapi sesuatu membuatnya berhenti.

Ia mengernyit.

Ada catatan di sana yang ia tidak ingat pernah menulisnya.

"Jangan percayai refleksi yang kau lihat."

Jantung Rin berdetak lebih cepat.

Ia menoleh ke arah cermin di sisi ruangan—dan seketika, ia merasakan bulu kuduknya berdiri.

Di dalam cermin, bayangannya masih menatap ke arah kertas bahkan setelah ia sendiri telah mengalihkan pandangannya.

Sesuatu di cermin itu bukan dirinya.

Rin tersentak mundur, napasnya memburu.

"Kazuki…" suaranya nyaris bergetar.

Kazuki yang masih di balkon menoleh dengan alis berkerut. "Kenapa?"

Rin menelan ludah, matanya masih terpaku ke bayangan di cermin.

Tetapi saat Kazuki melangkah mendekat… refleksi itu sudah kembali normal.

Hanya paranoia.

Hanya sisa trauma dari loop.

…Bukan?

Beberapa jam kemudian, mereka duduk di depan laptop Kazuki, mencoba menganalisis data yang mereka unduh dari sistem Omega Shift sebelum kehancurannya.

Kazuki mengetik cepat, menelusuri direktori demi direktori.

Tiba-tiba, ia menghentikan jarinya.

Ada satu file yang terlihat berbeda.

ΔT_00?

"Apa ini…?" Rin bergumam.

Kazuki mengklik file tersebut, tetapi sebagian besar isinya rusak—hanya fragmen kode acak yang tidak bisa mereka baca.

Tetapi ada satu sektor yang terkunci, dengan label:

> “Observer Protocol: Level S.R.”

Kazuki dan Rin saling berpandangan.

"S.R…" Kazuki menggumam. "Aku pernah melihat inisial ini sebelumnya, tapi…"

Saat ia mencoba mengakses sektor terkunci itu, layar tiba-tiba berkedip.

Sebuah pesan kilat muncul.

> "Jika kau bisa membaca ini, maka aku sudah memperhatikanmu lebih lama dari yang kau kira."

—S.R.

Kazuki merasakan punggungnya meremang.

Rin menahan napas. "Ini… bukan pesan otomatis, kan?"

Kazuki tidak menjawab.

Ia hanya menatap layar dengan ekspresi serius.

S.R. bukan hanya bagian dari kode lama.

S.R. sedang memperhatikan mereka.

Sejenak, apartemen terasa sunyi.

Hanya suara napas mereka yang terdengar, hanya suara kipas laptop yang berputar perlahan.

Lalu… sesuatu berubah.

Udara tiba-tiba terasa lebih dingin.

Lampu di sudut ruangan berkedip pelan, seolah ada gangguan listrik yang halus.

Dan kemudian—

Sebuah suara berbisik.

Tidak keras.

Tidak jelas.

Tetapi cukup untuk membuat keduanya merinding.

> "Kalian belum benar-benar keluar dari permainan ini."

Kazuki dan Rin membeku.

Kazuki segera menoleh ke sekeliling. Tidak ada siapa pun. Tidak ada sumber suara.

Tetapi ia tahu satu hal.

Loop ini belum berakhir.

Dan seseorang masih menarik tali di balik layar.

(To be continued.)