Pintu yang Tak Pernah Dibuka

Langkah kaki Kazuki bergema di lorong bawah laboratorium yang gelap. Cahaya redup dari panel darurat di dinding hanya cukup untuk memperlihatkan bayangan samar di permukaan logam dingin di sekitarnya.

Rin berjalan di belakangnya, napasnya terdengar sedikit terburu-buru.

"Jadi kau yakin tentang ini?" tanyanya, suaranya berbisik.

Kazuki mengangguk tanpa menoleh. "Koordinat yang kita dapatkan dari pesan itu mengarah ke sektor ini. Sesuatu ada di sini, dan aku ingin tahu apa itu."

Rin mendesah pelan tetapi tetap mengikutinya.

Di depan mereka, sebuah pintu logam besar berdiri tegak, tak tersentuh oleh waktu. Tidak ada tanda-tanda identifikasi, tidak ada label, seolah tempat ini sengaja dihapus dari catatan resmi laboratorium.

Kazuki mendekat dan menyapu debu di permukaannya, mengungkap tulisan samar yang terukir di logam:

ΔT_000

Jantungnya berdegup lebih cepat. "Ini… prototipe pertama."

Rin merasakan ada sesuatu yang aneh. "Tapi seharusnya prototipe Omega Shift sudah dimusnahkan. Kenapa ini masih ada?"

Kazuki mencoba mengaktifkan panel akses di samping pintu, tetapi layar hanya menampilkan satu pesan dingin:

> ACCESS DENIED.

Ia mencoba sekali lagi, tetapi hasilnya sama.

Rin menggigit bibirnya, lalu menekan tombol override di panel. "Kalau begitu, kita lihat apa yang bisa kita—"

Tiba-tiba, layar berkedip cepat sebelum menampilkan tulisan baru:

> "Authorized by: S.R."

Darah Rin membeku.

Mereka saling berpandangan, keheningan di antara mereka dipenuhi ketegangan.

"S.R. sudah ada di sini sebelum kita."

Kazuki menekan layar, mencoba menelusuri sistem keamanan yang mengunci pintu itu. Namun, setiap kali ia mencoba membuka akses, layar hanya menampilkan data yang rusak—gambar acak, kode error, dan fragmen waktu yang tidak terhubung.

Namun, ada satu pola yang menarik perhatiannya.

Jejak energi temporal yang masih aktif.

Kazuki mengerutkan dahi. "Rin… lihat ini."

Ia menunjuk ke grafik di layar, menunjukkan sisa-sisa anomali energi yang baru saja terdeteksi.

Rin membelalakkan mata. "Ini berarti… ada seseorang yang masih menggunakan mesin ini?"

Kazuki mengangguk perlahan.

Bukan hanya mesin ini masih aktif—seseorang, atau sesuatu, sedang memanipulasinya.

Konfrontasi dengan Bayangan

"Kalau begitu, kita matikan saja sebelum terlambat," kata Rin, jemarinya mulai mengetik perintah untuk mematikan sistem.

Namun, sebelum ia sempat menekan tombol terakhir, layar tiba-tiba berkedip dengan cepat, seakan menolak perintahnya.

Kemudian muncul pesan baru:

> "Menonaktifkan sistem ini tidak menghapus keberadaanku."

—S.R.

Rin terhenti, matanya melebar.

Kazuki menelan ludah. "Dia tahu kita di sini."

Seketika, layar berkedip lebih cepat, hampir seperti ada sesuatu yang sedang berusaha mengusir mereka dari sistem.

Rin buru-buru menarik tangannya dari keyboard, merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Kazuki, kita harus keluar dari sini. Sekarang."

Kazuki masih menatap layar, ragu antara melanjutkan atau mundur. Tapi sebelum ia bisa mengambil keputusan, suara mekanis terdengar dari panel di sampingnya:

> "Akses ditolak. Observer Level tidak mencukupi."

Suasana mendadak terasa lebih dingin.

Rin menarik tangan Kazuki, suaranya penuh ketegangan. "Apa maksudnya ‘Observer Level’? Siapa yang menentukan itu?"

Kazuki tidak menjawab.

Karena jauh di dalam benaknya, ia mulai memahami sesuatu.

Mereka bukan lagi hanya pengamat.

Mereka adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar.

Dan S.R. tahu lebih banyak dari yang mereka bayangkan.

(To be continued.)