Suara dengungan lemah memenuhi ruangan saat layar konsol menyala. Cahaya biru kehijauan dari monitor utama laboratorium memantulkan bayangan samar di wajah Rin, yang masih fokus membaca data ΔT_00?.
Kazuki duduk di dekatnya, meneliti kembali simbol ‘Σ’ yang mereka temukan di cermin sebelumnya.
Semua petunjuk yang mereka temukan—S.R., refleksi aneh, dan simbol misterius—terasa seperti bagian dari teka-teki yang lebih besar. Tapi mereka masih belum menemukan gambaran utuhnya.
Lalu tiba-tiba—
Sebuah notifikasi muncul di layar.
[NEW MESSAGE RECEIVED]
Rin mengernyit. "Siapa yang mengirim ini?"
Kazuki mendekat. "Dari mana asalnya?"
Rin menggerakkan jarinya di atas keyboard, mencoba melacak alamat pengirim. Namun yang muncul di layar hanya deretan kode tak dikenal. Tidak ada identitas pengirim. Tidak ada jejak sumber.
Hanya pesan tanpa nama.
Rin mengambil napas dalam dan membaca isinya.
> "Kau hanya melihat apa yang diizinkan. Dia selalu mengawasi."
Jantung Kazuki berdegup lebih cepat.
"Dia?" pikirnya.
Rin dan Kazuki saling bertukar pandang. Tidak perlu bertanya—keduanya tahu bahwa "Dia" yang dimaksud bukan seseorang yang biasa.
Rin menggerakkan kursor ke bagian bawah pesan. Di sana, ada tambahan teks:
> [COORDINATES: 37°48'05"N 122°24'43"W]
Kazuki menyipitkan mata. "Koordinat?"
Rin mengetik cepat, memasukkan angka itu ke dalam sistem navigasi mereka.
Hasilnya muncul di layar.
Lokasi itu… tidak terdaftar dalam database resmi.
Tapi ada satu hal yang membuat mereka semakin waspada.
Kazuki menunjuk ke layar. "Lihat ini."
Di samping peta digital yang mereka buka, muncul tulisan dengan huruf kecil namun jelas terbaca:
> DELTA SECTOR
Rin menegang.
"Delta Sector?" Kazuki mengulang dalam pikirannya. Itu adalah nama yang bahkan The Architect tidak pernah sebutkan.
Seolah-olah… tempat itu tidak seharusnya ada.
Rin mencoba mencari lebih banyak informasi tentang Delta Sector, tetapi setiap kali ia membuka akses ke database, layar hanya menampilkan ERROR 403: ACCESS DENIED.
Kazuki menghela napas tajam. "Sepertinya kita tidak akan menemukan apa pun dengan cara biasa."
Tapi Rin tidak menyerah. Ia mengetikkan perintah bypass, mencoba mengakses lapisan sistem yang lebih dalam.
Sesaat, layar berkedip.
Kemudian muncul notifikasi baru:
> "Menelusuri aku adalah membuang waktu. Aku selalu satu langkah di depan."
—S.R.
Rin langsung berhenti mengetik.
Kazuki menegang di sampingnya.
Mereka sama sekali tidak memberitahu siapa pun bahwa mereka sedang mencoba melacak pesan ini.
Lalu bagaimana S.R. bisa tahu persis apa yang mereka lakukan?
Langkah yang Sudah Diketahui
"Kazuki."
Suara Rin terdengar lebih pelan. Hampir seperti bisikan.
"Aku tidak suka ini."
Kazuki mengangguk, tangannya mengepal. "S.R. tahu kita sedang mengikutinya."
Tiba-tiba, layar komputer berkedip lagi.
Mereka menahan napas saat melihat pesan tambahan muncul di layar:
> "Dia sudah mengetahui langkah kalian berikutnya."
Ruangan terasa semakin sunyi.
Suasana berubah menjadi lebih berat, seakan udara di sekitar mereka mengandung sesuatu yang tak terlihat—sesuatu yang mengawasi.
Kazuki menggertakkan giginya. "Ini bukan sekadar permainan."
Rin menutup laptop dengan cepat. "Kita tidak bisa tetap di sini."
Mereka berdua saling menatap, menyadari satu hal yang sama:
Mereka tidak lagi menjadi pemburu. Mereka sedang diburu.
(To be continued.)