Bayangan yang Mengamati

Rin merasakan tatapan itu lagi.

Sejak mereka menyadari bahwa realitas di sekitar mereka mulai retak, perasaan itu semakin kuat—seolah ada sesuatu yang mengamati mereka dari balik lapisan waktu.

Ia menekan beberapa tombol di terminal utama, mencoba mengakses sistem yang seharusnya sudah dinonaktifkan bersama berakhirnya loop. Namun, layar tetap menampilkan respons yang sama:

ACCESS DENIED.

Rin menggertakkan giginya. “Tidak mungkin. Loop sudah dihentikan… tapi ada sesuatu yang masih berjalan.”

Kazuki berdiri di belakangnya, menatap layar dengan ekspresi serius. “Apa kau bisa menelusuri sistem ini?”

Rin tidak langsung menjawab. Ia menatap ke dalam refleksi samar di layar monitor—dan untuk sesaat, ia merasa ada sesuatu di sana. Bayangan buram yang bergerak di luar jangkauan penglihatannya.

Ia menghela napas dalam. “Aku akan mencoba.”

Tangannya bergerak cepat di atas keyboard, melewati firewall yang seharusnya tidak lagi aktif. Data yang tersisa seharusnya hanya berupa arsip lama, tetapi…

Sistem masih hidup.

Dan seseorang—atau sesuatu—masih mengendalikannya.

Setelah beberapa menit membongkar kode, Rin akhirnya menemukan sesuatu yang tersembunyi jauh di dalam arsip.

Sebuah dokumen dengan akses terbatas.

Teks di layar terlihat samar karena gangguan statis, tetapi mereka masih bisa membacanya:

> "S.R.: The First Observer – Access Restricted."

Kazuki menegang. “First Observer…?”

Rin memperbesar tampilan layar, tetapi file itu terkunci dengan kode keamanan yang bahkan ia belum pernah lihat sebelumnya.

“Apa pun ini… sepertinya lebih besar dari yang kita kira.”

Kazuki menatap layar dalam diam. Nama itu—S.R.—terus muncul di setiap lapisan terdalam dari misteri ini.

Siapa—atau apa—The First Observer?

Saat Rin mencoba membuka arsip itu, layar tiba-tiba berkedip cepat.

Dan kemudian—

Statis memenuhi ruangan.

Bukan suara bising biasa, tetapi sesuatu yang lebih dalam, lebih mengganggu. Seperti ada bisikan di balik gelombang suara yang tidak seharusnya ada.

Dan kemudian, suara itu muncul.

> "Kalian hanyalah bayangan dari sesuatu yang lebih besar."

Suara itu terdengar… terlalu dekat.

Kazuki menoleh ke sekeliling, tetapi tidak ada siapa pun selain mereka berdua. Namun, udara di dalam laboratorium menjadi lebih berat, seolah-olah ruangan itu sendiri menyadari keberadaan mereka.

“Ini…” Rin menelan ludah. “Bukan sekadar rekaman.”

Kazuki mengepalkan tangannya. “Ini adalah pengawasan. Seseorang benar-benar mengamati kita.”

Rin tidak berhenti. Jika ada sesuatu yang masih berjalan di sistem ini, ia akan menemukannya.

Tangannya kembali menari di atas keyboard, mencoba membobol batasan akses.

Namun, sebelum ia bisa menembus lebih dalam—

Monitor tiba-tiba menampilkan pesan baru.

> "Kalian hanya pion di permainan ini."

Suaranya bergema di seluruh ruangan, terdengar lebih nyata dibanding sebelumnya.

Bukan hanya statis.

Bukan hanya sekadar rekaman.

Tetapi seperti seseorang yang benar-benar berbicara kepada mereka.

Kazuki menatap layar, matanya penuh ketegangan.

“Jika ini permainan…” suaranya rendah, nyaris berbisik, “siapa yang menjadi pemain sebenarnya?”

Dan lebih penting lagi—

Siapa yang mengendalikan semua ini?

(To be continued.)