Kazuki memandang langit di atasnya—sebuah bentangan kehampaan yang tidak lagi terasa nyata. Awan bergerak dengan pola yang sama setiap beberapa menit, seolah-olah langit itu sendiri diulang dalam siklus yang telah ditentukan.
Di kejauhan, bangunan yang seharusnya berdiri kokoh mulai mengalami distorsi, seperti rekaman video yang rusak. Beberapa bagian kota menghilang dalam sekejap, hanya untuk muncul kembali dengan detail yang sedikit berbeda.
Kazuki menghela napas berat. “Ini semakin buruk.”
Rin berdiri di sampingnya, jari-jarinya bergerak cepat di atas konsol portabelnya. “Kita kehilangan stabilitas lebih cepat dari yang kuduga. Jika kita tidak segera menemukan pusat anomali, realitas ini mungkin akan runtuh sepenuhnya.”
Kazuki menatapnya. “Jadi dunia yang kita kenal…”
“...hanyalah rekonstruksi dari sesuatu yang lebih besar.”
Kata-kata Rin menggantung di udara seperti sebuah kebenaran yang tidak ingin mereka hadapi.
Kazuki memejamkan mata sejenak, mencoba mengingat kembali semua kejadian yang membawa mereka ke titik ini. Loop demi loop, anomali demi anomali—semua mengarah ke satu hal: S.R.
Siapa pun atau apa pun Observer Zero itu, jelas ia tidak ingin mereka menemukan jawabannya dengan mudah.
Tiba-tiba, konsol di tangan Rin berbunyi pelan. Sebuah koordinat baru muncul di layar, ditandai dengan label yang membuat mereka berdua menahan napas.
> "SR Terminal: Last Echo Point."
Mata Kazuki membesar. “Delta Sector…”
Rin menatapnya dengan ekspresi waspada. “Kau sadar, kan? Ini mungkin jebakan.”
Kazuki menatap layar dengan tatapan kosong sejenak sebelum akhirnya berkata, “Kalau memang jebakan, berarti kita semakin dekat dengan kebenaran.”
Rin tersenyum kecil, meskipun ketegangan masih terlihat di wajahnya. “Baiklah. Kita berangkat.”
Mereka menggunakan jalur transportasi tercepat yang tersedia, tetapi sesuatu terasa aneh sejak awal perjalanan.
Setiap kali Kazuki menoleh ke jendela, ia melihat refleksinya dalam kaca. Tetapi… sesuatu terasa salah.
Pantulannya tidak bergerak bersamaan dengannya.
Sekilas, ia melihat bayangan lain berdiri di belakang refleksinya. Namun, begitu ia berkedip, bayangan itu menghilang.
Kazuki menelan ludah. Ia tidak ingin membahas ini dengan Rin—setidaknya belum.
Saat mereka semakin dekat ke Delta Sector, dunia di sekitar mereka terasa semakin salah.
Jalanan tampak lebih panjang dari seharusnya. Beberapa gedung berubah bentuk dalam sekejap mata. Bahkan, waktu terasa melambat di beberapa titik dan mempercepat di titik lain.
“Ini… bukan dunia yang asli,” kata Rin pelan.
Kazuki mengangguk. “Dunia ini hanya sebuah simulasi dari sesuatu yang lebih besar.”
Mereka tidak mengatakan apa-apa lagi setelah itu.
Delta Sector adalah wilayah yang tidak pernah disebutkan oleh The Architect dalam semua catatan yang mereka temukan sebelumnya.
Saat mereka tiba, tempat itu terasa berbeda. Tidak seperti laboratorium atau pusat penelitian lainnya, Delta Sector sepi—seperti tempat yang telah ditinggalkan selama bertahun-tahun.
Namun, meskipun kosong, ada sesuatu yang mengawasi mereka.
Kazuki bisa merasakannya.
Lalu, mereka melihatnya.
Di tengah ruangan besar yang gelap, berdiri sebuah pintu raksasa yang tampaknya tidak seharusnya ada di dunia ini.
Pintu itu memancarkan cahaya biru pekat, berdenyut perlahan seolah menunggu seseorang untuk membukanya.
Kazuki dan Rin berhenti tepat di depannya.
Mereka saling bertukar pandang.
Tidak ada suara.
Tidak ada penjelasan.
Hanya ada misteri yang menunggu untuk diungkap.
Kazuki menarik napas dalam.
“Apa yang ada di baliknya?”
Rin menggeleng pelan. “Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya.”
Dan dengan itu, mereka mengambil satu langkah mendekat.
(To be continued.)