Malam di Madinah terasa lebih dingin dari biasanya. Langit yang biasanya cerah kini ditutupi oleh awan tipis, dan angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah yang lembab. Ibrahim duduk di depan rumah, menatap langit dengan tatapan kosong. Sudah beberapa bulan sejak ia mulai belajar menulis dan memahami lebih banyak tentang dunia barunya, tetapi perasaan kosong di dalam hatinya belum sepenuhnya hilang.
Hari itu, ia mendengar kabar bahwa pasukan Muslim akan bersiap untuk sebuah perjalanan penting. Ada kegelisahan di antara para sahabat, tetapi juga keyakinan yang tak tergoyahkan. Ia mendengar ayahnya berbicara dengan beberapa tetangga tentang kemungkinan akan adanya konfrontasi dengan musuh yang lebih besar.
"Apa yang terjadi?" tanya Ibrahim, matanya menatap ayahnya yang tengah bersiap dengan pedangnya.
Ayahnya tersenyum lembut dan berlutut di hadapannya. "Anakku, ini adalah bagian dari perjuangan. Kami harus melindungi apa yang benar. Doakan kami agar selamat dan bisa kembali ke rumah."
Malam itu, Ibrahim tidak bisa tidur. Pikirannya terus berputar tentang bagaimana dunia ini bergerak dengan cara yang begitu berbeda dari dunia yang ia kenal sebelumnya. Ia ingin memahami lebih dalam, tetapi juga merasa bahwa ada batasan dalam dirinya. Ia masih terlalu muda, masih terlalu kecil untuk benar-benar terlibat dalam peristiwa-peristiwa besar yang sedang terjadi di sekitarnya.
Namun, ia tahu satu hal: ia harus terus mencatat. Ia mengambil potongan kulit yang biasa ia gunakan untuk menulis dan mulai mencoret beberapa kalimat:
Dunia ini penuh dengan perubahan. Orang-orang bergerak seperti ombak di lautan, terkadang tenang, terkadang bergelora. Aku hanya seorang anak kecil, tetapi aku ingin mengingat semuanya. Aku ingin menulisnya agar suatu hari nanti, ketika aku membaca kembali, aku bisa memahami arti dari semua ini.
Dalam keheningan malam, Ibrahim menatap langit lagi. Awan mulai menyingkir, memperlihatkan bintang-bintang yang berkilauan. Ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan ketenangan menyelimuti hatinya. Esok adalah hari baru, dan ia akan terus melangkah, mencatat, dan memahami.
Perjalanannya masih panjang.