Hasby.

Tuk! Suara pensil mengetuk sebuah buku dapat terdengar

Dalhan- tidak, Dalya menutup buku di hadapan–nya, itu adalah buku diary–nya, dia pun membiarkan buku itu di meja

"Hmmm, sudah 7 minggu semenjak aku berakhir di dunia ini, kalau bukan karena artefak yang kemarin ku–temukan, mungkin aku sudah mati sekarang... Aku juga sudah mengganti namaku menjadi Dalya"

Nafas Dalya masih terbilang cepat jika berhadapan dengan bahaya, namun berkat tubuh baru dan artefak kemarin, dia bisa bertahan...

Dalya berada di bawah atap yang bukan milik–nya, namun milik orang lain. Dalya tinggal di penginapan kelas bawah di suatu desa

Dia menghasilkan cukup uang dengan cara menjual beberapa barang curian–nya yang bisa di–bilang tidak berguna seperti roda kereta yang sudah rusak, besi yang sudah karatan dan yang lainnya

"Orang orang di dunia ini sangat menyebalkan..."

Pembeli–nya rata rata adalah laki laki...

Dalya tau kalau orang orang yang membeli barang–nya tidak benar benar ingin membelinya, mereka hanya ingin memandangi wajah–nya yang cantik dan tubuh–nya yang sempurna

Setiap hari adalah sebuah cobaan bagi–nya, dia goda oleh mereka tanpa henti

Namun apa boleh buat, uang tetaplah uang, lagipula artefak yang dia–punya melindungi–nya dengan cara memasang penglahang yang terbuat dari petir...

"Baiklah... Aku harus merencanakan agenda untuk hari ini" Aku beranjak dari tempat duduk–ku sambil mengambil sepotong roti dan memakannya

"Dunia yang menyedihkan, aku sudah sering membaca komik fantasi abad pertengahan, meskipun aku mengerti seluk-beluk dunia fantasi, dunia ini berbeda dari dunia fantasi yang ku baca" Dalya menghela nafas, mencoba agar dia bisa menghadapi ini semua dan kembali pulang...

Dalya berjalan ke ruang tamu, kemudian dia mengambil sebuah senjata, senjata yang dia pegang seperti pistol, namun sedikit berbeda

Pistol yang dia pegang cukup panjang dan memiliki garis berwarna biru yang di aliri mana, pistol itu terlihat kuno dan modern di saat yang bersamaan...

"Tak ku sangka kalau ada pistol di dunia ini, namun amunisinya adalah mana–ku sendiri, berkat artefak yang ku punya, mana–ku hampir tidak terbatas..."

Dalya menghela nafas

"Senjata yang di sediakan oleh artefak ini sangat berguna bukan?"

Menyadari sesuatu, dia menyeringah dan menembak ke sudut ruangan yang gelap.

Peluru mana dengan kecepatan ekstrim melesat mengenai sesuatu, namun tidak terjadi apa apa...

Beberapa detik setelah–nya, tubuh seorang pria ambruk kedepan dengan kepala yang sudah setengah hancur...

Itu bukanlah sebuah hal yang tidak biasa, karena sudah banyak yang menyusup ke–penginapannya, namun aku berhasil membunuh semuanya

"Menyebalkan, mending aku pergi dari desa ini, aku lelah jika harus terus membunuh orang lain."

Dengan ucapan itu, dua mengambil diary dan jubah curian–nya, kemudian dia berlari keluar dari penginapan yang ia tinggali

Berlari keluar pedesaan menuju hutan belantara, dia berhasil keluar dari desa tanpa ada gangguan atau harus membunuh orang lain

Sekarang dia berada di hutan, malam hari membuat hutan itu semakin mencekam, namun cahaya bulan menyinari hutan melewati sela–sela dedaunan, memberikan–nya pengelihatan yang cukup

Dia pun berjalan di hutan itu, dia berjalan santai dan tidak terburu-buru...

Di jalan dia menemui gerombolan serigala yang kelaparan, namun dia tidak terkejut sama sekali...

"Serigala lagi? Aku sudah membunuh setidaknya 5 serigala hari ini..." Dalya menghela nafas

Para serigala itu pun langsung menerjang Dalya... Namun Dalya dengan mudah menghindari mereka satu–persatu...

"Menyebalkan"

Dia pun menembak gerombolan serigala itu satu–persatu sembari menghindari terkaman mereka

Dalya pun menang dengan mudah, seperti dia sudah memiliki banyak pengalaman dalam berburu

"Padahal aku bukan seorang pemburu... Namun aku bisa dengan mudah mengalahkan gerombolan serigala yang sedang kelaparan..."

Dia pun melihat ke bawah, ke kalung buku artefak miliknya...

"Mungkin artefak ini yang membantuku"

Kemudian artefak itu bersinar dengan sendirinya

"Ada apa lagi ini?" Tanya Dalya dengan penasaran

Artefak bersinar adalah hal yang normal bagi Dalya, karena belakangan, artefaknya sering bersinar, biasanya ketika artefaknya bersinar, artefak itu akan memberinya sebuah benda yang cukup berguna seperti cangkir, kursi, dan bahkan meja

Dalya cukup senang dengan bersinarnya artefak miliknya, dia penasaran hal apa yang akan di berikan kepadanya kali ini...

Namun Dalya salah, tiba tiba artefak itu mengatakan sesuatu... Suaranya lembut seperti seorang wanita...

"Nona Dalya, mohon berhati-hati, jangan terlalu memaksakan diri anda agar janin anda tidak terluka atau terganggu."

Mendengar itu, wajah Dalya langsung kehilangan warnanya, wajahnya menjadi pucat

"HAHHH?? JANIN? AKU HAMIL?!!!!" Teriak Dalya, dia sangat terkejut

Kemudian artefak itu membalas

"Benar nona, anda sudah hamil 2 bulan, tolong makan makanan yang sehat juga jangan memaksakan diri anda" Dengan itu, Artefak nya pun berhenti bersinar

Dalya menjadi semakin terkejut... Dia hamil dua bulan??? Tapi dia dihamili oleh siapa?! Tidak mungkin orang orang dari desa sebelumnya...

"HEI! KEMBALI KAU!!"

Dalya pun mencengkram kalungnya, namun artefak itu tidak bereaksi atau memberikan reaksi apapun... Dia masih tidak bisa menerima kalau dia sedang hamil sekarang...

"Tidak tidak, aku tidak mungkin hamil! Kalau aku hamil kenapa aku tidak mual ataupun merasakan gejala hamil sekalipun?!" Ucap Dalya...

Kakinya bergetar seperti ingin menyerah untuk menopang tubuhnya, dia pun berpegangan ke pohon agar tidak terjatuh...

"Baik, tenang dulu... Mari kita reka ulang... Aku tidur bersama kakak perempuanku, kemudian aku terbangun dan di bakat dan di siksa hidup hidup..."

Dalya menghela nafas

"Aku masuk ke ruang kosong yang dipenuhi pintu, aku memasuki pintu pergantian, aku berubah menjadi perempuan, aku mendapatkan artefak dan kembali ke dunia..."

"Aku bertahan selama 7 minggu di dunia ini... Dan sekarang aku hamil 2 bula-"

Sebelum Dalya bisa menyelesaikan kalimatnya, dia tiba tiba ingin muntah... Dan ya dia pun muntah...

"S-Sialan"

Dalya mengusap mulutnya dengan bajunya

"Aku benar-benar hamil?... Yang benar saja..."

Dia terengah-engah karena muntah... Dia pun secara perlahan duduk dan bersandar ke sebuah pohon...

"K-Kalau ku pikir-pikir lagi, tidak ada yang menghamiliku... 7 minggu tidak ada yang menyentuhku, namun aku sudah hamil 2 bulan..."

"P-Pasti tubuh ini sudah hamil duluan, namun gejalanya baru muncul sekarang..."

Dia masih terengah-engah, kemudian dia terpikir sesuatu...

"Apa aku gugurkan saja kandunganku ini?"

Ucap Dalya sembari menyentuh perutnya sendiri, namun secara langsung, dia merasakan rasa bersalah yang sangat berat...

Rasa itu seperti rasa seorang ibu yang ingin melindungi anak-anaknya, kemudian dia memeluk perutnya

"Tidak tidak, itu terdengar tidak baik... T-Tapi aku ini s-sebelumnya adalah laki-laki-"

Saat dia mengatakan laki-laki, dia muntah lagi, seolah-olah tubuhnya menolah pikiran laki-lakinya...

"S-Sialan..."

Tubuhnya menjadi semakin lemas... Dia terengah-engah, keringat mulai mengguyur badannya

"B-Baiklah... Aku tidak akan menggugurkan kandunganku..."

Ucapnya sambil memeluk perut dan dirinya sendiri

Pemikiran tentang melahirkan seorang anak, memiliki anaknya sendiri dan darah dagingnya sendiri membuatnya takut... Namun di saat yang bersamaan dia juga senang tanpa alasan yang jelas...

Dia pun sedikit tersenyum...

"Anakku?... Aku takut, namun entah kenapa aku senang..."

Dia pun menghela nafas...

"Aku akan melindungi anakku..."

Dia pun bergeser ke posisi yang lebih nyaman dalam duduknya yang bersandar di sebuah pohon...

"Ini terasa sangat salah..."

Dalya menghela nafas sebelum akhirnya dia menutup mata dan tertidur, dia tidak tau kenapa dia memutuskan untuk tidur di hutan belantara, namun dia sudah lemas...

Malam terlewati dengan cepat, cahaya dari matahari menyinari wajahnya...

Dalya membuka matanya secara perlahan...

"H-hmmm..." Dalya menguap sambil merentangkan tubuhnya

"Bisa bisanya aku tertidur di tengah hutan..."

Dalya tiba tiba teringat kejadian semalam... Dia pun menghela nafas

"Aku mempunyai tanggung jawab untuk melahirkan anak ini..." Ucapnya sambil memegang perutnya sendiri

"Dia tidak memiliki dosa, dia suci..." Dalya pun berdiri

"Melahirkan seorang anak terdengar sangat aneh bagiku meski tubuhku adalah tubuh perempuan... Namun secara pikiran dan jiwa, aku masih seorang laki-laki..."

Dalya pun merasa pusing lagi hanya karena memikirkan itu, dia menahan kepalanya sendiri dengan tangannya

"Juga, untung saja aku tidak di––makan oleh hewan buas atau monster... Namun aku percaya kalau artefak ku yang melindungiku, tak mungkin aku bisa tidur se nyenyak itu di hutan belantara tanpa merasa takut..."

Dalya pun menghela nafas

"Aku tidak boleh berdiam diri..."

Dalya pun mulai berjalan lagi, jalannya tertatih–tatih, dia mencoba untuk berjalan dengan normal, namun semenjak mengetahui kalau dia hamil, tak tahu kenapa dia menjadi jauh lebih lemah

Padahal dia sudah hamil 2 bulan, namun dia tidak merasakan apa apa selama 2 bulan terakhir, sekarang dia merasa seperti gejala hamil 2 bulan terakhir menghantam–nya secara bersamaan setelah dia mengetahui kehamilannya... Aneh...

"Aku merasa sangat melemah..."

Tak hanya dia merasa lemah, dia juga merasa kedinginan...

"Mungkin aku akan beristirahat sejenak..."

Dia pun kembali duduk...

"Ini melelahkan... Aku lapar..."

Dalya merasa lapar, sangat lapar, sepertinya efek kehamilan itu benar benar membuatnya kewalahan, dia lemas, tidak memiliki energi, dan merasa sangat lapar, dia merasa kalau anak di dalam rahimnya memakan semua nutrisi di dalam dirinya...

"Aku harus mencari makan... Tapi aku tidak bisa berdiri... Aku tidak mau mati kelaparan..."

Dalya pun mencoba memaksakan dirinya untuk berdiri, namun tidak bisa, dia pasti kembali terjatuh...

"S-Sial, t-tubuhku terlalu lemah..." Suara Dalya bergetar...

"T-Tidak, aku tidak mau mati kelaparan..."

Dalya pun batuk beberapa kali sebelum akhirnya menutup matanya dengan menghela nafas...

"Aku lelah..."

Saat dia akan terlelap untuk kedua kalinya, seseorang menempelkan sesuatu yang dingin ke pipinya

Dalya pun terkesiap dan langsung membuka matanya

Dia langsung melihat seorang anak laki-laki dengan rambut berwarna biru dan mata berwarna biru langit sedang menempelkan sebuah apel ke pipi Dalya...

Dalya tidak mengatakan apa apa, dia sedikit takut karena sekarang dia sangat lemah, dan juga dia tidak tau seberapa kuat anak di hadapannya ini, dia tidak boleh meremehkan org lain meskipun mereka adalah anak-anak...

Anak di hadapannya setidaknya berumur 7 tahun... Kemudian anak itu membuka mulutnya untuk berbicara...

"Kakak baik baik saja? Wajah kakak terlihat pucat, kakak sakit? Lemas? Atau lapar?"

Pertanyaan anak laki-laki itu membuat Dalya sedikit terkejut... Anak laki-laki itu peduli?...

Dalya pun mengangguk dan melontarkan satu kata

"Lapar..."

Dia sudah tidak peduli, dia ingin makan, dia harus tetap hidup...

Anak laki-laki itu pun sedikit tertawa dan memberikan apel yang ada di tangannya ke Dalya

Dalya pun menerima apel itu dengan kedua tangannya...

"Untukku?"

Anak laki-laki itu pun mengangguk dengan senyuman

"Iya, tentu saja! Oh iya, satu tidak akan cukup, aku akan mengambilkan lebih banyak!"

Dengan itu, dia pun berbalik dan berjalan pergi, namun baru 2 langkah, Dalya menghentikannya

"Tunggu..."

Anak laki-laki itu pun berhenti dan berbalik

"Iya kak?"

"Siapa namamu?" Tanya Dalya...

Anak laki-laki itu meletakkan jarinya di dagunya seperti memikirkan sesuatu...

"Hasby! Namaku Hasby!" Ucapnya sambil tersenyum...

Mata Dalya melebar, dia sedikit terkejut karena nama Hasby terdengar unik di telinganya

"Hasby..." Dalya menundukkan kepalanya, mengulangi nama itu, mencoba untuk bisa familiar dengan nama itu...

"Yup, Hasby, kalau nama kakak?" Tanya Hasby

Dalya pun melihat kembali ke atas... Senyum kecil tersungging di sudut bibirnya...

"Dalya..."

Hasby pun tersenyum

"Kak Dalya, nama yg cantik!"

Mendengar anak itu memuji namanya, Dalya pun tersenyum

"Terima kasih..."

Hasby pun mendekat dan mengulurkan tangannya, dia ingin berjabat tangan

Senyuman Dalya pun melebar, kemudian dia meletakkan apel di pangkuannya dan meraih tangan Hasby, mereka pun berjabat tangan...

"Senang bertemu denganmu kak Dalya!!!" Hasby tersenyum dengan senang

"Ya, senang bisa bertemu denganmu juga, Hasby"

Mereka pun selesai berjabat tangan...

"Tunggu di sini kak, aku akan ambilkan lebih banyak buah untuk kakak!!" Hasby pun berbalik dan berlari pergi ke suatu pohon apel...

Melihat betapa pedulinya Hasby kepada dirinya, Dalya pun tersenyum...

"Dasar anak anak..."

Dalya pun menghela nafas, mengambil apel di pangkuannya dan menggigit apel di tangannya sambil melihat Hasby mengambilkan lebih banyak apel

Meskipun dia adalah seorang anak anak, Hasby bisa menggunakan sihir, dia menggunakan sihir angin tajam yang bisa membelah kayu dan batu untuk memetik apel

[ Wind Blade ]

Adalah sihir yang Hasby gunakan untuk memetik apel, memotong akar yang menggangtung apel apel itu

Beberapa apel jatuh dan Hasby menangkap mereka dengan bajunya yang simpel dan kasual itu

Kemudian Hasby berlari ke Dalya...

Dengan spontan karena insting keibuannya mulai muncul tanpa dia sadari, dia kemudian berkata

"Jangan lari-lari, nanti jatuh..."

Benar saja, Hasby tersandung dan terjatuh, apel apel yg dia bawa pun berserakan

Melihat itu, Dalya dengan insting alami nya langsung memaksa dan mendorong dirinya untuk berdiri dan menghampiri Hasby...

"Kamu tidak apa apa?

Dalya membungkuk ke Hasby, Dalya pun membantunya untuk berdiri dan membersihkan pakaiannya

"Siapa suruh lari-lari..." Dalya pun menghela nafas

Namun Hasby hanya tertawa dan memeluk Dalya... Dalya tersentak karena terkejut...

"Ternyata kakak ini sangat peduli yaaaa"

Mendengar perkataan Hasby... Dalya akhirnya sadar kalau dari tadi dia mengkhawatirkan Hasby... Ini aneh... Dia tidak pernah mengkhawatirkan orang lain selain dirinya sendiri... Tidak pernah...

Dalya bahkan membunuh orang orang yang berani macam macam padanya tanpa rasa bekas kasih...

Namun sekarang berubah... Dia sangat peduli kepada Hasby... Apa mungkin ini karena efek kehamilannya? Atau sifat dan instingnya dipengaruhi oleh tubuh wanitanya yang sekarang?... Dia tidak mengerti...

"K-Kamu pikir begitu?" Balas Dalya

Hasby pun mengangguk dengan senang

"Tentu saja! Kakak sangat peduli, kakak mempunyai hati yang lembut!!"

Mendengar pujian dari Hasby, Dalya pun tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum...

"Baiklah..."

"Seorang pembunuh sepertiku di sebut seorang anak kecil memiliki sebuah hati yang lembut... Dunia terlalu kejam untuk anak sekecil kamu, kamu masih terlalu suci, Hasby..." Ucap Dalya dalam hatinya...

Dia merasa ini salah, namun nyaman dalam saat yang bersamaan... Dia membalas pelukan Hasby... Dia tau dia tidak boleh terlihat tak berdaya dan rentan seperti ini, namun dia tidak bisa menahan dirinya lagi...

Ini terlalu nyaman untuknya... Setelah sekian lama berada dalam kedinginan, akhirnya dia merasakan kehangatan yang dia impikan selama ini....