Ikatan.

Sing! Suara tebasan pedang terdengar...

Itu adalah suara dari pedang Vanzer yang membelah sesuatu... Sebuah batu pun terbelah menjadi dua... Di balik batu yang terbelah tadi, Dalya berdiri dengan memegang pedangnya, Vanzer...

"Pedang yang kuat, aku langsung menyukai ini"

Ucap Dalya sambil tertawa...

Kemudian secara tiba-tiba, dia merasakan kram di perutnya yang menyakitkan...

"O-ow ow o-ow!! S-sakit!"

Dalya pun menancapkan pedangnya ke tanah dan duduk bersandar ke sebuah pohon

"Sepertinya Kirsten sedang kegirangan..."

Dalya menghela nafas dan memegangi perutnya dengan maksud untuk meredam rasa sakit yang dia rasakan...

Namun nihil, rasa sakitnya tidak mereda sama sekali, perutnya terasa seperti ditusuk oleh ratusan jarum secara bersamaan...

"K-Kirsten... T-Tenanglah... A-Apakah mama terlalu banyak bergerak? Maaf..."

Nafas Dalya menjadi berat dan terengah-engah... Keringat mulai membasahi tubuhnya, nafasnya tak teratur, seolah-olah dia sedang sekarat...

"Kirsten... Tenang nak..."

"K-Kenapa Kirsten tiba-tiba bertindak seperti ini... Cukup... Ini menyakitkan nak..." Ucap Dalya dalam hati...

Dalya pun menutup matanya, berusaha untuk mengabaikan rasa sakit yang dia alami...

Rasa sakitnya memang menyakitkan, namun tidak hanya sakit saja, rasanya membuat Dalya merasa sangat tidak nyaman, Dalya tidak berhenti menggeliat karena rasa tidak nyaman yang ia rasakan...

"La la la la la~"

Suara seorang anak laki-laki sedang bersenandung tak jauh dari Dalya... Mendengar itu, Dalya langsung tau kalau itu adalah suara Hasby...

Dalya dengan cepat langsung mencoba untuk memanggil Hasby, namun tidak ada suara yang keluar dari mulutnya ketika dia membuka mulut...

Ketika Dalya membuka mulutnya, suara batuk yang pelan keluar dari mulutnya...

Dalya tersungkur kedepan ketika dia batuk, rambutnya mulai menutupi wajahnya, tangannya meraih kedepan, mencoba untuk meraih Hasby dari kejauhan...

Namun Hasby tidak menyadari Dalya sama sekali, dia terus berjalan dengan membawa basket yang penuh dengan buah dan tanaman herbal, sepertinya Hasby habis memanen hutan...

Melihat Hasby tidak dapat mendengarnya, Dalya menjadi putus asa, mulutnya terbuka namun tidak ada suara yang keluar selain batuk...

Akhirnya, karena rasa sakit yang tak tertahankan, Dalya pun ambruk dan hilang kesadaran...

Tapi setelah Dalya tak sadarkan diri, Hasby berhenti berjalan dan tersenyum...

Dalya yang tidak sadar pun mulai terjatuh ke alam bawah sadarnya...

Putih, hanya putih yang terlihat, tidak ada apa apa, hanya kekosongan...

Dalya melayang-layang di kekosongan itu, namun dia tiba tiba menginjak suatu dataran, dia bisa menginjak kekosongan itu...

"Tempat seperti ini lagi?..." Ucap Dalya dengan nada sedikit kesal

Kemudian dia melihat kebawah, ke perutnya... Dan betapa terkejutnya dia ketika dia melihat kalau perutnya datar dan tidak seperti orang hamil...

"EHHHH?!! PERUTKU?! DMN ANAKKU?!!!" Teriak Dalya sambil dengan panik menyentuh perutnya sendiri...

Dalya sangat panik, sangat panik, meskipun dia mengerti kalau dia sedang berada di alam bawah sadarnya, dia tida bisa menahan kehilangan anaknya

Saat dia sedang panik, seorang anak perempuan muncul di hadapannya sambil tertawa

Melihat anak kecil itu, Dalya terkejut... Karena anak kecil di hadapannya sangat mirip dengan dirinya...

Rambut merah, mata biru, wajah yg mirip, cara tertawa yg mirip... Anak itu seperti kloningan dri dirinya...

Setelah terdiam untuk beberapa saat, akhirnya Dalya memberanikan dirinya untuk berbicara...

"S-Siapa kau? Kenapa kau sangat mirip denganku?"

Anak itu pun berhenti tertawa dan tersenyum

"Aku Kirsten Enheduanna loh maaa, masa mama tidak mengenali anak mama sendiri"

Deg! Wajah Dalya langsung terkejut, dia membeku ditempat, tidak bergerak satu inci pun... Anaknya? Bukannya dia baru hamil 5 bulan ya? Apa mungkin ini bisa terjadi di alam bawah sadarnya?...

Kirsten pun tersenyum melihat betapa terkejutnya dan betapa banyaknya pertanyaan yang dialami oleh ibunya...

"Tenang saja ma, aku hanya keluar sebentar, lagipula ini adalah alam bawah sadarnya mama, aku ingin bertemu dengan orang yang akan memberikan ku hidup nanti"

Ucap Kirsten sambil tersenyum

Dalya pun mengambil nafas dalam dalam... Dia tidak memiliki alasan untuk tidak mempercayai ini, ataupun alasan untuk menyangkal semua yang anaknya katakan...

Dengan ragu, tangan Dalya meraih kepala Kirsten dan mengelus-elus kepalanya...

Kirsten pun hanya cekikikan dan menikmati sentuhan Dalya, dia bahkan mendorong kepalanya keatas, ke tangan Dalya...

Dalya pun hanya tersenyum...

"Ma! Mama cantik!! Apakah Kirsten juga cantik?! Apakah Kirsten juga punya wajah secantik mama?!" Tanya Kirsten dengan kesenangan dan antusias yang tak tertahankan

Mendengar itu, kehangatan menyebar di dada Dalya, insting keibuannya bergejolak, senyumannya melebar...

"Ohhh? Tidakkk, kamu tidak secantik mama" Jawab Dalya

Kata kata itu membuat Kirsten terkejut dan terlihat sedih, bahkan terlihat ingin menangis

"M-Maks-"

Sebelum Kirsten dapat menyelesaikan kalimatnya, Dalya memegang wajah Kirsten dan membuatnya melihat keatas...

"Tapi wajahmu, dan parasmu jauh lebih cantik dari mama, sifat kamu pun mama yakin jauh lebih baik dari mama"

Ucap Dalya sambil tersenyum...

Mendengar kata kata itu, wajah sedih Kirsten langsung menghilang dan digantikan oleh senyuman lebar yang penuh dengan antusias

"Benarkahhh?!! Mama tidak bohong kan!!!??"

Tanya Kirsten dengan gembira

"Benar, anak mama itu lebih hebat dari mama!"

Dalya pun mencium pipi dan dahi Kirsten sebelum akhirnya memeluknya...

Kirsten pun dengan gembira mengembalikan pelukan itu...

Setelah beberapa menit berpelukan, Kirsten pun berkata

"Oh iya, aku lupa minta maaf ma"

Dalya kebingungan

"Minta maaf untuk apa?"

Kirsten menjadi sedikit gugup

"Karena aku, mama harus merasakan rasa sakit yang sangat menyakitkan sampai membuat mama pingsan dan masuk kesini..."

Dalya pun tersenyum

"Tidak apa apa, mama ga marah kok, kamu sepertinya sangat bersemangat yaaa?"

Kirsten pun merasa lega karena itu

"Iya! Kirsten ga sabar untuk lahir!" Ucapnya dengan cekikikan

"Tapi ada hal lain ma!"

"Hmmm? Hal lain?" Tanya Dalya dengan kebingungan

"Iya!"

"Jadi, pas mama kesakitan tadi, sebenarnya aku sedang beresonansi dengan sihir ma!"

Mendengar itu, Dalya menjadi semakin terkejut, anaknya, yang bahkan belum lahir bisa beresonansi dengan sihir?

"Jadi, kamu sudah memiliki sihir? Ketika masih di dalam rahim mama? Begitu?"

Kirsten mengangguk dengan penuh antusias

"Benar! Aku beresonansi dengan sihir Crimson!!"

Dalya semakin terkejut lagi... Sihir Crimson? Dia pernah membaca tentang sihir itu di artefaknya dan tau betapa berbahayanya sihir itu

Dia khawatir kalau anaknya nanti tidak kuat menahan sihir sebesar itu...

Melihat kegelisahan ibunya, Kirsten tersenyum, seolah dia tau ibunya sedang mengkhawatirkan dirinya

"Tidak apa apa ma, aku berhasil beresonansi dengan Crimson, aku akan baik baik saja!!"

Mendengar kata kata anaknya yg mencoba membuatnya tidak khawatir, Dalya tersenyum dengan hangat dan mengelus-elus kepala Kirsten

"Baiklah, mama percaya dengan kamu..." Ucap Dalya sambil mencium dahi anaknya

Kirsten cekikikan menerima ciuman itu

"Baiklah, ini saatnya mama kembali, aku sangat menantikan untuk melihat mama nanti ketika aku lahir!"

Dalya pun tersenyum dan menarik Kirsten ke pelukannya

"Ya, mama akan menunggumu, empat bulan lagi"

Dengan itu, Dalya menutup matanya... Dan saat dia membuka matanya, dia sudah berbaring di kasur yang ada di dalam gubuknya...

Dia melihat kebawah, dia lega karena perutnya masih besar, menandakan Kirsten masih ada di dalam rahimnya, namun pertemuannya dengan anaknya sendiri di alam bawah sadarnya masih membuatnya sedikit terkejut...

Dia merasakan sebuah kehangatan di lengan kanannya, rasanya sangat hangat dan nyaman... Dalya pun menoleh ke kanan, dan benar saja, Hasby sedang tertidur dengan memeluk lengan kanannya erat-erat...

Dengan tangan kirinya, dia menyentuh dan mengelus-elus kepala Hasby, dia juga membalikkan badannya sehingga sekarang badannya menghadap Hasby...

"Kamu pasti capek ya? Jagain kakak..."

Dalya pun memeluk Hasby yang sedang tertidur itu...

Merasakan pelukan yang terasa familiar, Hasby mulai membuka matanya...

Hasby melihat keatas, ke Dalya, mata Hasby langsung melebar melihat kakaknya Dalya sudah sadar dan memeluknya...

Air mata terbentuk di mata Hasby... Dia langsung memeluk leher Dalya dan mengubur wajahnya ke leher Dalya...

"Akhirnya kakak bangun!! Aku sangat merindukan kakak!! Kakak!!!"

Teriak Hasby sambil menangis...

Dalya pun tersenyum sambil mengelus-elus bagian belakang kepala Hasby

"Shhhh, sudah sudahhh, jangan menangis, kakak sudah di sini..."

Hasby masih menangis sesenggukan

"K-Kakak... J-Jangan tinggalkan aku lagi..."

"Jangan khawatir, kakak janji tidak akan meninggalkanmu lagi..."

Dalya pun membalas pelukan Hasby dengan sama eratnya... Dalya sendiri juga mulai menangis, dia merasa bersalah karena telah membuat Hasby menjadi se sedih ini...

Dalya bisa merasakan rasa sakit yang di rasakan Hasby, rasa kekosongan yang dalam, rasa takut dan rasa putus asa yang dirasakan oleh Hasby, dan Dalya ingin menghilangkan semua perasaan itu dari Hasby...

Waktu berjalan selayaknya seseorang yang sedang berselancar di atas danau yang membeku...

Dalya sedang berlatih dengan pedangnya, namun tak lupa untuk membatasi pergerakannya agar tidak terlalu berlebihan dan melukai bayi yang dia kandung...

Dalya berlatih di belakang gubuknya, menebas beberapa pohon dengan pedangnya... Meskipun dia sudah hamil 5 bulan, tapi perutnya yang sudah lumayan besar itu sepertinya tidak terlalu menghalanginya dalam bergerak

Dalya hanya memakai tank top dan celana pendek, pakaian yang cukup tidak biasa yang dia pakai...

"Hufttt, aku berkeringat, tapi pakaian ini sepertinya pilihan yg tepat, aku bisa bergerak dengan bebas"

Dalya sedikit tertawa

"Meskipun ini sedikit terbuka..."

Pipinya berubah menjadi berwarna pink, dia tidak terbiasa dengan pakaian yang dia pakai...

"Ya apa boleh buat, ini lebih efisien..."

Dalya menghela nafas...

"KAKAKKK!!"

Hasby berteriak dari belakang, mendengar itu, Dalya pun berbalik

"Iyaaa?" Jawab Dalya

Hasby pun langsung berlari dan memeluk Dalya... Mengubur wajahnya dibawah dada Dalya...

Dalya pun terkejut dengan itu, pipinya berubah dari pink biasa menjadi lebih merah...

Hasby pun mengusap-usapkan wajahnya ke kulit Dalya... Pipi Dalya menjadi sedikit lebih merah karena dia merasa geli...

"H-Hasby, kakak sedang berkeringat lohhh, kakak bau..."

Hasby tidak peduli...

"Tidak! Kakak wangi meskipun kakak berkeringat!! Aku menyukai bau kakak..."

Ucap Hasby seperti itu bukanlah hal yang aneh...

Dalya pun memasukkan pedangnya kembali ke sarungnya dan menggendong Hasby sambil menghela nafas...

Secara langsung, Hasby menempelkan wajahnya ke dada Dalya... Hasby menjadi semakin menempel ke Dalya...

"Kamu menjadi semakin menempel saja..."

"Hehe~ aku gamau jauh jauh dari kakak!!"

"Baiklah baiklah"

Dalya menghela nafas kemudian berjalan kembali menuju gubuk...

Di dalam gubuk, Dalya duduk di sebuah kursi dan menempatkan Hasby di pangkuannya...

Hasby terlihat sangat senang seperti biasanya... Dalya pun tersenyum

"Hati hati, jangan sampai menendang adikmu..." Dalya memperingati dengan lembut...

Hasby pun mengangguk

"Tenang saja kakkk!!!"

Kemudian Hasby tiba-tiba langsung mendekatkan wajahnya ke leher Dalya dengan Dalya masih berkeringat...

Dalya terkejut dengan itu... Warna merah di pipinya menjadi semakin gelap dan menyebar keseluruhan wajahnya...

"H-Hasby? A-Apa yang kamu lakukan?"

Tanya Dalya dengan suara sedikit bergetar dan nafas yang mulai tidak beraturan...

"tidak ada, hanya ingin lebih dekat dengan kakak..."

Setelah Hasby mengatakan itu, dia menempelkan bibirnya ke leher Dalya...

"Hik-!!"

Nafas Dalya tercekat ketika Hasby menempelkan bibirnya ke lehernya... Warna merah di wajah Dalya pun menjadi semakin parah...

Tangan kanannya secara reflek langsung merangkul Hasby dan menyentuh bagian belakang kepala Hasby... Nafas Dalya menjadi sangat berat...

"K-Kamu-... A-Apa yang kamu l-lakukan? K-Kamu membuat kakak merasa a-aneh..."

Hasby hanya sedikit tertawa...

"Tidak apa apa kok kakkk... Hanya ingin sedikit lebih dekat dengan kakak..."

Mendengar itu, tulang punggungnya terasa mengigil ketika Hasby mengatakan itu...

Namun, Hasby kemudian menempelkan pipinya ke leher Dalya... Mengindikasikan kalau Hasby benar benar hanya ingin menjadi lebih dekat ke Dalya...

Dalya pun menghela nafas dengan lega karena Hasby tidak memanfaatkan keuntungan atas kerentanannya tadi... Hasby telah sekilas membuat Dalya merasa rentan dan tidak berdaya...

Dalya pun mengelus-elus kepala Hasby...

"Kamu membuat kakak khawatir..."

Hasby hanya sedikit cekikikan

"Iyaaa, mana mungkin aku berbuat yang tidak tidak ke kakak secantik dan semanis kak Dalya..."

"... Aku tidak tega merusak kak Dalya yang sudah mendapatkan penghinaan terbesar, aku juga masih kecil, bagaimana aku bisa merusak kak Dalya..."

Mendengar kata kata itu, Dalya menjadi semakin yakin dan percaya kalau Hasby benar benar tulus dalam menyayangi dan melindunginya...

Dalya pun memeluk Hasby dengan erat...

"Ya, Terima kasih... Itu kata kata yang tidak akan pernah kakak lupakan..."

Hasby pun tersenyum, kemudian dia mengangkat kepalanya, Dalya yang merasakan kalau Hasby ingin bangun, melonggarkan pelukannya, dan benar saja, Hasby mengangkat kepalanya dan mencium pipi Dalya

Mendapatkan ciuman itu, mata Dalya melebar karena terkejut... Pipinya semakin memerah... Tapi kemudian Dalya tersenyum...

Kemudian Dalya mengembalikan ciuman itu dan mencium pipi Hasby

Senyuman Hasby melebar ketika mendapatkan ciuman itu, dia pun mencium pipi Dalya beberapa kali lagi, membuat Dalya tertawa

"Hahahahaha~ cukup dek, itu geli"

Namun kenyataannya, Dalya menikmati setiap detik dari ciuman dan momen ini....

"Haha! Aku tidak akan melepaskan kakak!"

Balas Hasby sebelum mencium pipi Dalya lagi dengan waktu yang cukup lama, membuat Dalya tertawa karena rasa geli yg dia rasakan, Dalya pura pura mendorong Hasby, namun tidak ada tenaga di dorongan itu, membuktikan kalau Dalya menyukai dan menikmati setiap momen ini...

Pada akhirnya, hubungan mereka menjadi semakin dekat setiap hari, setiap jam, setiap menit dan setiap detiknya, hubungan mereka menjadi semakin erat seperti adik kakak kandung yang hanya memiliki satu sama lain untuk bertahan hidup...

Mereka adalah adik dan kakak yang tidak terpisahkan, mungkin hanya kematianlah yang bisa memisahkan mereka...

Juga sebentar lagi anak Dalya yang bernama Kirsten Enheduanna akan lahir...