Harta memang indah, harta memang manis, dan harta memang berharga...
Namun sebuah harta pasti punya seorang pemilik, dan pemilik dari harta tersebut akan selalu melindungi harta miliknya.
Berenang di lautan emas, permata dan benda kuno adalah mimpi yang didambakan semua orang... Maksudku, siapa yang tidak suka dengan emas?...
Kirsten dan Jigwei masih bersenang-senang dengan harta temuan mereka...
Mereka berbaring di atas tumpukan emas itu sambil tertawa lepas tanpa mengetahui kalau sebuah siluet hitam masih mengawasi mereka dari pintu masuk...
Tentu Kirsten dan Jigwei tidak menyadari keberadaannya, toh mereka terlalu senang dan bahagia atas temuan tidak resmi mereka itu, ya apa boleh buat, namanya juga anak kecil...
"Kak, bagaimana kita membawa ini kembali ke Forsaken?" Tanya Kirsten
Jigwei pun berhenti sejenak dan berfikir selama semenit penuh
"Aku juga tidak tahu, tapi kita bisa coba untuk mencari jalan keluar lagi... Kalau kita tidak bisa membawa semuanya, setidaknya kita bawa yang paling berharga"
Mendengar perkataan itu, Kirsten pun mengangguk
"Benar juga... Tapi-"
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, sebuah anak panah meluncur ke arah Kirsten...
Tanpa mengatakan apapun, Jigwei yang menyadari itu langsung bergerak dan berlari ke Kirsten...
Tepat sebelum anak panah itu mengenai Kirsten, Jigwei berhasil menangkapnya... Namun anak panah itu terbakar dengan api berwarna warna merah gelap...
Namun Jigwei tidak bereaksi apapun ketika anak panah itu dengan perlahan membakar tangannya...
Kirsten yang akhirnya kembali ke kesadarannya pun akhirnya berdiri...
"Kak?!" Teriak Kirsten dengan panik ketika melihat tangan kakaknya terbakar secara perlahan...
"Kakak baik baik saja..." Balas Jigwei sambil melemparkan anak panah itu kesamping, namun tangannya sudah terdapat luka bakar...
"Seperti dugaan kita, kastil yang terawat pasti memiliki penghuni..."
Mendengar kata kata itu, wajah Kirsten menjadi serius...
"Aku tidak akan mengampuni siapapun yang melukai kakakku..."
Ucap Kirsten dengan dingin... Kekuatan Crimson nya mulai menyelimuti tubuhnya... Matanya pun bersinar dengan cukup terang...
Jigwei yang mendengar kata kata adiknya pun tersenyum, adiknya sangat peduli dengannya...
"Ya, aku juga akan melakukan hal yang sama..." Setelah Jigwei mengatakan itu, matanya tiba tiba bersinar...
Tanah dibawahnya pun retak karenanya...
"Kenapa kau tidak keluar saja?"
Ucap Jigwei ke pintu yang adiknya rusak tadi...
Tak lama kemudian, seseorang memasuki ruangan harta melewati pintu rusak itu...
Kemudian terlihatlah seorang wanita yang lebih tinggi daripada Dalya...
Wanita itu memiliki rambut panjang berwarna oranye seperti api, mata dari wanita itu pun seperti api yang menyala...
Tak hanya itu, di dahi wanita itu terdapat sebuah aksesoris berupa simbol matahari, yang menandakan kalau dia memiliki bintang matahari yang mendampinginya...
Baju wanita itu juga elegan dengan didominasi oleh warna kuning yang pudar dan oranye, yang membuat wanita tersebut semakin cantik adalah cara dia berpakaian yang tidak terlalu terbuka dan tetap menyembunyikan bagian tubuh yang memang harus disembunyikan.
Kirsten dan Jigwei terkejut dengan penampilan wanita itu yang terlihat seperti dewi matahari
"Siapa... Kau?" Tanya Kirsten
Mendengar pertanyaan Kirsten, wanita itu pun mengangkat bahu dan memutar matanya
"Seharusnya aku yang bertanya begitu, siapa kalian? Seenaknya mengklaim harta milikku yang berada di dalam kastilku..."
Ucap wanita itu sambil menghela nafas dan menyilangkan kedua lengannya
Mendengar hal itu, Kirsten dan Jigwei terdiam... Mereka tidak mengira kalau akan ada pemilik kastil ini
Mungkin iya mereka menduga ada penghuninya, namun pemilik? Mereka tidak menyangka itu...
"Jadi kau pemilik kastil ini..." Ucap Kirsten
"Hehhh? Sepertinya kita harus merebut harta ini darimu ya..." Ucap Jigwei dengan seringai yang lebar
Wanita itu pun terkejut
"Merebutnya dariku? Apa maksudm-"
Namun sebelum dia dapat menyelesaikan kalimatnya, Jigwei tanpa basa basi langsung menerjang dan memukulnya...
Namun Wanita itu hanya menyeringai dan menangkap pukulan Jigwei dengan satu tangan...
Kirsten terkejut karena itu... Apalagi Jigwei...
Dengan mata yang terbakar, wanita itu melihat kebawah, ke Jigwei dan berkata
"Ketahuilah tempatmu, nak"
Mengetahui kalau Jigwei akan dibalas oleh Wanita itu, Kirsten dengan cepat memunculkan akar-akat berwarna merah dan menarik Jigwei kembali ke dirinya...
Jigwei pun merasa lega karena itu...
"Dia kuat kak..." Ucap Kirsten dengan nada waspada...
Jigwei mengangguk setuju dengan adiknya...
"Benar..."
Wanita itu pun tertawa
"Adik kakak yang manis, kalau kalian ingin bertarung, mari kita lakukan diluar saja" Dengan itu, dia pun menjentikkan jarinnya
Dengan sekejap, mereka sudah berada diluar kastil, melayang di atas kastil yang megah itu...
"Seperti dugaanku, kalian bisa terbang, dasar Senlity rendahan, apa yang kalian pikirkan ketika kalian ingin menyerang seorang ratu?"
Kirsten dan Jigwei terkejut setengah mati... Senlity? Apa itu? Ratu? Wanita di depan mereka adalah ratu dari kastil dibawah mereka? Wajar kalau dia mengklaim kastil itu sebagai miliknya...
Namun sebelum Kirsten ataupun Jigwei dapat merespon, Wanita itu sudah berada di depan mereka...
Aura oranye yang sangat besar menyelimuti dirinya... Aura itu berkobar-kobar layaknya api yang terus menerus diberi bahan bakar untuk tetap menyala dengan sangat besar...
Tentu Kirsten dan Jigwei langsung terdiam... Kali ini, mereka dibuat ketakutan dengan aura yang besar itu... Ini adalah pertama kalinya mereka merasakan takut dengan lawan mereka...
Kemudian Wanita itu berkata dengan nada dingin dan mengancam...
"Dengarkan aku, adik-adik yang manis... Kalian telah datang ke wilayah yang salah, wilayah yang tidak seharusnya kalian injak..."
"Kastil yang kalian injak tadi adalah milikku, sang ratu... Augusta Voldery"
Kirsten dan Jigwei benar-benar ketakutan... Ini pengalaman baru bagi mereka...
Namun beberapa saat kemudian, Kirsten berhasil menemukan keberaniannya kembali...
"Benarkah?" Ucap Kirsten dengan dingin...
Wanita itu, yang sekarang bernama Augusta pun terkejut dengan perkataan Kirsten
"Apa maksud-"
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Kirsten memfokuskan sihir crimson nya di kepalan tangan kanannya dan melancarkan sebuah pukulan ke Augusta...
Namun reflek Augusta tidak lambat, dia dengan cepat menahan pukulan itu, namun betapa terkejutnya dia ketika dia terpental kebelakang dan menabrak sebuah bukit, membuat sebuah kerusakan yang cukup besar kepadanya...
Dengan itu, Kirsten dan Jigwei akhirnya bisa menghela nafas dengan lega dan keluar dari lingkaran intimidasi Augusta...
"Kakak tidak apa-apa?" Tanya Kirsten...
Jigwei pun mengangguk sambil mengusap keringatnya
"Iya, kakak baik baik saja..."
Belum sempat bernafas lebih lama, Augusta tiba-tiba berteriak
"KU BUNUH KALIANNNNN!!!" Dengan itu, dia meluncur ke Kirsten dan Jigwei...
Saat dia meluncur, sebuah pedang besar yang terbuat dari api pun muncul di kedua tangannya dan langsung menebas mereka berdua...
Untungnya reflek mereka berdua juga cepat... Mereka membengkokkan punggung mereka kebelakang dan membiarkan tebasan serta Augusta melewati atas mereka
Saat menghindar itu juga, dua pedang yang terbuat dari sihir crimson muncul di kedua tangan Kirsten
Sedangkan Jigwei sendiri, Ekor dan tanduknya mulai bersinar...
Setelah menghindar, mereka pun melompat dan membuat jarak dengan Augusta di udara... Namun Augusta yang sudah marah dan kesal, tidak memberi mereka banyak waktu untuk menyesuaikan jarak mereka
Augusta pun memisahkan pedang besarnya dan menjadikannya dua pedang yang terpisah...
Secara langsung, Augusta menerjang mereka...
"Tch!" Kirsten pun meludah sebelum ikut menerjang ke Augusta
Jigwei pun terkejut dengan pilihan adiknya, namun dia percaya dengan adiknya dan melompat kesamping
Sebuah tabrakan pedang yang hebat terjadi... Sihir api dengan sihir crimson bertabrakan dengan hebat, ledakan sihir yang sangat besar terjadi, gelombang kejut yang dihasilkan pun membuat retak beberapa bukit
Jigwei pun menutupi wajahnya dengan tangannya, cahaya dari sihir yang dihasilkan oleh tabrakan itu sangatlah terang...
Akhirnya, Kirsten menggunakan kakinya dan menendang Augusta, membuatnya terpental kebelakang...
Dengan wajah serius, Kirsten menatap Augusta...
Sedangkan Augusta yang sudah terlanjur marah mentap balik Kirsten dengan mata yang terbakar...
Tanpa mengatakan apapun, mereka pun kembali menerjang satu sama lain...
Benturan demi benturan pedang dapat terdengar... Pergerakan mereka berdua sangat sangat cepat... Namun untungnya mata Jigwei dapat mengikuti pergerakan mereka...
Jigwei menunggu kesempatan yang tepat untuk membantu adiknya...
Ekornya semakin bersinar dan bergerak ke-kanan dan ke-kiri dengan tidak sabar...
Tanduknya pun semakin bersinar juga...
"Datanglah kepadaku... Eyes OF Chaos..."
Setelah Jigwei mengatakan itu, kedua matanya langsung bersinar...
Sinarnya sangat terang sampai-sampai menghilangkan kabut disekitarnya...
Bukit bukit mulai retak dan runtuh... Dunia mulai terguncang karena Jigwei...
Kirsten dan Augusta yang merasakan kekuatan Jigwei pun terkejut, mereka menghentikan pertarungan mereka dan melihat ke atas, ke Jigwei...
Kirsten tidak mengatakan apapun kecuali hanya tersenyum...
Sedangkan Augusta terkejut setengah mati... Wajahnya menjadi pucat...
"I-Itu kan k-kekuatan s-sang B-"
Sebelum Augusta dapat menyelesaikan kalimatnya, Jigwei sudah berada di depannya...
Jigwei menyeringai dengan wajahnya yang sangat dekat dengan Augusta...
Tanpa memberi kesempatan Augusta untuk bereaksi, Jigwei pun memukul wajahnya, membuatnya terlempar kebelakang dan menabrak sebuah bukit dengan sangat keras...
Dengan menatap kemana Augusta terlempar, dia memberi gestur kepada adiknya untuk jangan mendekat...
Kirsten yang langsung memahami isyarat itu pun langsung mengangguk dan terbang kebelakang...
Benar saja, tiba-tiba sebuah semburan api seperti laser keluar diantara kabut yang menutupi dimana Augusta menabrak bukit...
Namun Jigwei menahan semburan api itu dengan ekornya...
Semburan api tersebut pun menyebar kemana-mana karena terpantul-kan oleh ekornya Jigwei...
Semua api itu turun kebawah, menciptakan fenomena seperti hujan api...
Namun secara tak terduga, Augusta menerjang dengan kecepatan yang sangat tinggi...
Saat wajahnya sudah sangat dekat dengan wajah Jigwei, Augusta berkata
"Heh, ternyata tak sampai satu persen ya? Kau membuatku panik untuk sesaat"
Setelah dia mengucapkan itu, dia langsung memukul Jigwei, membuatnya terlempar kebelakang... Namun Kirsten dengan cepat memunculkan akar-akar berwarna merah yang langsung menangkap kakaknya sebelum menabrak suatu bukit dan membawanya kembali ke sisinya...
"Kakak tidak apa apa?"
Jigwei pun mengusap darah di bibirnya...
"Ya, tenang saja..."
Kemudian Augusta tertawa dengan kencang, tawanya dipenuhi oleh hinaan dan cacian, dia menertawakan Jigwei dan Kirsten dengan satu tangannya menutupi kedua matanya
"Sungguh kakak adik yang manis"
Simbol matahari yang ada di dahinya pun terbakar dan bersinar...
"Kita sudahi main-mainnya..."
Kemudian sebuah pedang muncul di masing-masing tangannya... Namun pedang-pedang itu seperti terpisah karena terdapat setengah simbol matahari disetiap gagang pedang tersebut, jika kedua simbol setengah itu di satukan maka akan membentuk sebuah simbol matahari yang utuh...
"Aku sudah muak, lebih baik aku lenyapkan kalian sekarang saja, sudahlah mau merebut hartaku, sekarang ingin melawanku, sungguh manusia dengan pemikiran dangkal..."
Dengan itu, Augusta menerjang ke arah merek dengan mengayunkan salah satu pedangnya...
Kirsten dan Jigwei tidak diberi banyak waktu untuk menghindar, namun mereka dapat menghindari serangan itu dengan dengan memiringkan badan mereka...
Setelah itu mereka pun melompat kebelakang, berpisah dari satu sama lain untuk menciptakan jarak...
"Begini kan lebih mudah..."
Tanpa memberi Jigwei kesempatan bereaksi, Augusta menerjang Jigwei dengan kecepatan sangat ekstrim, sampai sampai dia terlihat berteleportasi kehadapannya...
Namun Jigwei memiliki reaksi yang cukup untuk menghindari tebasannya, semua itu berkat kedua matanya...
Meskipun Jigwei dapat menghindari serangan pertamanya, bukan berarti Augusta akan berhenti disitu saja
Augusta mulai menyerang secara membabibuta tanpa memberi cela Jigwei untuk menciptakan jarak ataupun membalas, dia hanya bisa menghindar, namun meski sudah menghindar, dia tetap mendapatkan serangan-serangan kecil dari efek tebasan Augusta
Melihat kakaknya sedang dipojokkan, Kirsten tidak bisa tinggal diam...
Sebuah pedang yang terbuat dari sihir crimson kembali muncul di masing-masing tangannya, kemudian dia memunculkan akar-akar berwarna merah lagi, dengan kecepatan tinggi akar-akar itu menggapai dan menarik Augusta kebelakang...
Memanfaatkan itu, Jigwei menciptakan jarak aman...
Augusta yang ditarik pun merasa kesal... Dia dengan mudah melepaskan dirinya dari akar-akar milik Kirsten sebelum akhirnya berbalik dan menutup jarak antara mereka...
Tanpa memberi Kirsten kesempatan untuk bereaksi, Augusta menebas Kirsten, merobek bagian depan tubuhnya secara diagonal...
Di dalam kesakitan, Kirsten menahan teriakannya, darah langsung muncrat keluar tanpa henti dari luka tebasan tersebut...
Kirsten pun langsung terlempar kebawah dengan kecepatan tinggi dan menabrak tanah dengan keras...
"Dia terlalu kuat, aku dan kakak tidak akan bisa mengalahkannya..."
Melihat adiknya terluka begitu, Jigwei tidak bisa menahan amarahnya, namun dia juga menahan dirinya untuk tidak berteriak dan bertindak ceroboh... Namun satu air mata kesedihan keluar dari matanya...
Kemudian dengan kecepatan tinggi, Jigwei menghampiri adiknya yang terkapar di tanah... Dan disaat itulah Jigwei langsung menangis...
"K-Kirsten... T-Tidak ada yang mengharuskanmu untuk menyelamatkan kakak..."
Ucap Jigwei sambil memeluk adiknya... Tangisannya tidak berhenti, air matanya terus mengalir...
Kirsten pun mengeluarkan beberapa batuk darah sebelum akhirnya air matanya ikut mengalir keluar bersamaan dengan darah yang mengalir keluar dari mulutnya...
Kirsten pun menggunakan sisa tenaganya untuk mengatakan sesuatu...
"I-Itu kemauan ku sendiri kak... Lebih baik aku yang mendapatkan l-luka terbesar..."
Kirsten pun berhenti sejenak
"L-Lagipula k-kita tidak akan bisa menang melawan dia... A-Aku takut i-ini akan menjadi akhir bagi kita... A-Aku tidak ingin mati kak..."
Ucap Kirsten dengan lemah, kata kata dari adiknya itu membuat Jigwei semakin menangis dan mempererat pelukannya...
"Kakak ada disini... Kamu tidak usah takut dengan kematian... K-Kakak akan menebus nyawamu bagaimanapun caranya... Yang akan mati kakak... Bukan kamu..."
Kirsten ingin membalas perkataan kakaknya, namun dia sudah terlalu lemah... Yang keluar hanya batuk darah...
Dari atas, Augusta hanya tertawa dengan keras
"Sungguh percakapan yang manis antara dua adik kakak yang ingin melindungi satu sama lain... Namun tidak akan ada yang selamat..."
Dengan itu, Augusta pun melemparkan pedangnya dan langsung menancap di bahu kiri Jigwei... Jigwei pun menahan rasa sakit itu dan tetap tersenyum untuk adiknya...
Kirsten yang menyadari itu pun tak bisa berbuat apa apa... Dia sudah terlalu lemah untuk berbuat apa apa... Hanya saja tangannya mencengkram baju Jigwei dengan semakin erat dan air mata mengalir lebih deras dari matanya...
Tanpa mengatakan apa apa, Augusta mengendalikan pedangnya dari atas dan dia memperdalam tusukan itu dan membelah lengan kiri Jigwei, memisahkan antara lengannya dan bahunya...
Jigwei sekali lagi harus menahan rasa sakit itu... Darahnya mengalir keluar seperti sungai yang langsung mengenai luka adiknya yang berada dibawahnya...
"A-Ahh!!" Jigwei sedikit berteriak, namun senyumannya masih dia pertahankan
Air mata Kirsten mengalir semakin deras, namun dia tidak bisa melakukan apapun selain menangis ketika lengan kiri kakaknya lepas dari bahu kirinya...
Disaat itu juga, Jigwei ambruk diatas Kirsten dengan kepalanya tepat berada disampingnya...
"M-Maafkan kakak..." Bisik Jigwei ke telinga adiknya...
Akhir yang menyakitkan untuk kakak adik ini... Dimana ibu mereka? Dimana kakak mereka? Apa yang sedang mereka lakukan sampai sampai tidak menyadari kalau mereka sedang sekarat dan butuh bantuan?...
Dimana Dalya dan Hasby?...