Forsaken, tempat yang indah dan penuh pengetahuan, juga rumah bagi keluarga kecil yang harmonis dan bahagia...
Beberapa waktu lalu, tempat itu kedatangan seseorang, kedatangan keluarga baru yang akan menemani mereka... Benar, anggota baru itu adalah Augusta...
Dia terlihat berbeda, tanpa simbol matahari di kepalanya, dia kehilangan banyak wibawa sebagai seorang ratu, namun dia tidak peduli dengan itu, yang terpenting adalah, dia sekarang akan selalu bersama dengan pelindungnya, kakaknya dan pemandunya dalam kegelapan, Hasby...
Dalya sedang membaca buku sendiri dengan menggunakan kacamata di tempat duduknya...
Begitupun dengan Kirsten dan Jigwei, mereka sedang membaca buku juga...
Terlihat kalau mereka berdua kembali ke kondisi prima mereka, lengan kiri Jigwei kembali dan luka tebasan di bagian depan tubuh Kirsten juga menghilang... Sepertinya Augusta benar-benar menyembuhkan mereka berdua...
Sedangkan Hasby dan Augusta sendiri sedang membaca buku bersama dengan duduk di rerumputan yang lembut dan empuk...
Augusta sendiri berada dipangkuan Hasby, meskipun dia lebih tinggi dan sedikit lebih besar dari Hasby, namun Hasby sendiri tidak menolak ataupun mendorongnya pergi...
Mereka tertawa bersama, membaca bersama dan membagi kebahagiaan bersama...
Beberapa saat kemudian, Jigwei pun menutup bukunya sendiri dan berjalan menuju adiknya...
"Dek" Panggil Jigwei...
Kirsten yang sedang tengkurap sambil membaca buku pun melihat keatas
"Iya kak?" Ucapnya sambil menutup bukunya dan berdiri menghadap Jigwei...
Jigwei pun tersenyum
"Bagaimana kalau kita ajak Augusta untuk ngobrol? Kan dia ga pernah ngomong sama kita ataupun mama setelah dia menyembuhkan kita" Jelas Jigwei
Mendengar saran dari kakaknya, Kirsten pun berfikir
"Benar juga... Kalau dingat-ingat lagi, setelah dia menyembuhkan kita, dia bersujud dan meminta maaf berkali-kali.."
Jigwei mengangguk
"Benar kan? Ayo kita coba lebih akrab sama dia, ya meskipun dia sempat akan membunuh kita si, tapi yang lalu biarlah berlalu"
Ucap Jigwei dengan bangga sambil meletakkan kedua tangannya di pinggangnya...
Kirsten pun tertawa dan mengangguk
"Kakak benar, kata mama kita tidak boleh menyimpan dendam, ayo!"
Kirsten pun berlari ke Augusta dan Hasby yang diikuti oleh Jigwei...
Saat mereka sudah dihadapan Augusta dan Hasby, mereka pun tersenyum
"Halo" Ucap mereka dengan bersamaan...
Tentu itu membuat Augusta tersentak dan langsung melihat keatas, terlihat kalau Augusta masih takut dan ragu ketika melihat Kirsten dan Jigwei mendekatinya... Itu hal wajar karena memang dia hampir membunuh mereka...
Namun Kirsten dan Jigwei tetap memberinya senyuman manis...
"Tidak usah takut, ayo mainnn, kamu juga belum ngobrol sama mama kita kannn?" Tanya Kirsten sambil mengulurkan tangannya
Jigwei pun mengangguk
"Benar! Setelah ngobrol dengan mama kita, ayo kita main!" Ucap Jigwei dengan nada ceria...
Augusta pun menjadi semakin terkejut...
"M-Main?" Tanya Augusta...
Kirsten dan Jigwei pun mengangguk...
Kemudian Augusta melihat kebelakang, ke Hasby yang sedang memangku dirinya... Seolah-olah dia ingin meminta saran...
Hasby pun tersenyum dengan tulus dan mengangguk
"Silahkan"
Mendengar itu, Augusta pun mengangguk, kemudian dia kembali melihat ke Kirsten dan Jigwei, dengan ragu-ragu, dia meraih tangan Kirsten dan berdiri
"B-Baiklah..." Ucap Augusta dengan nada sedikit bergetar...
Tanpa aba aba, Kirsten pun menarik Augusta ke ibu mereka, Dalya, Jigwei juga mengikuti dari belakang... Dalya sendiri masih membaca buku...
Kemudian dia melihat kalau Augusta ditarik oleh Kirsten... Dalya hanya tersenyum melihat itu...
Saat Augusta di dudukkan di salah satu kursi dan kemudian Kirsten serta Jigwei duduk di samping kiri dan kanannya, Dalya pun melepaskan kacamatanya dan menutup bukunya...
Augusta terlihat sangat gugup dan gemetaran ketika dihadapkan dengan Dalya...
Kemudian Dalya mengaitkan kesepuluh jarinya dan meletakkannya dibawah dagunya, kemudian dia mencondongkan badannya kedepan
Kirsten pun menyenggol bahu Augusta dan berkata
"Ayo katakan sesuatu" Dia mendorong Augusta untuk lebih berani...
"Benar, ayo katakan sesuatu!" Jigwei ikut memberi semangat
Dalya pun tertawa kecil melihat kedua anaknya memberikan keberanian kepada Augusta...
Dengan gugup dan rasa takut yang meronta-ronta, Augusta pun membuka mulutnya
"H-Halo, Y-Yang mulia..."
Mendengar itu, tawa Kirsten, Jigwei dan Dalya pun pecah... Mereka tertawa terbahak-bahak bukan karena mengejek Augusta, namun karena perilakunya yang masih takut dan ragu...
Mendengar tawa-tawa itu, Augusta pun menutupi wajahnya dengan kedua tangannya karena malu, wajahnya sangat merah...
Melihat itu, Dalya pun berhenti tertawa, dia berdiri kemudian menghampiri Augusta...
"Tidak perlu memanggilku dengan sebutan Yang Mulia..."
Dalya pun memeluk leher Augusta dari belakang, membuat Augusta terkejut...
"Panggil aku mama ataupun ibu... Anggap aku sebagai ibu mu sendiri, aku tidak ingin membuat dirimu menganggapku sebagai sosok yang mulia... Anggap aku ibu mu oke?"
Bisik Dalya dengan lembut, kemudian dia mencium pipi Augusta dari belakang...
Augusta sendiri tidak menyangka kalau dia akan dicium seperti itu, dia langsung memalingkan wajahnya kesamping dan melihat ke wajah Dalua yang sangat dekat dengan dirinya...
Wajah Augusta semakin merah dan merah... Namun seolah-olah bibirnya bergerak sendiri, sebuah senyuman tulus terbentuk di wajahnya...
"B-Baiklah, ibu..."
Mendengar itu, Dalya pun menjadi senang... Dia melepaskan pelukannya dan berkata
"Anak pintarrrrr" Puji Dalya sambil mengelus-elus kepala Augusta...
Augusta sendiri tidak menolak sentuhan itu... Dia hanya menikmatinya...
Melihat itu, Kirsten dan Jigwei pun cekikikan... Mereka punya ide untuk menggoda Augusta
"Lihatlah~ sang ratu sudah luluh~" Goda Kirsten sambil menyentuh-nyentuh pipi Augusta dengan jarinya...
"Ututututuuu, ga kebayang melihat ratu luluh seperti ini~" Goda Jigwei sambil mencubit pipi Augusta dengan lembut...
Wajah Augusta menjadi semakin merah karena godaan godaan tersebut...
"H-Hentikannnn..." Ucap Augusta sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali
Dalya, Kirsten dan Jigwei pun tertawa
"Yasudah, main sana sama adik-adikmu" Ucap Dalya dengan senyuman...
Kirsten dan Jigwei pun mengangguk
"Ayo mainnnn" Ucap Jigwei sambil meraih tangan Augusta dan mulai menariknya dari kursinya...
Augusta tidak menolak dan tidak melawan, dia hanya tersenyum ketika Jigwei menariknya pergi...
"Tunggu akuuuu!!!" Ucap Kirsten sambil ikut lari bersama mereka...
Dan mereka bertiga pun menghilang diantara rak rak buku...
Dalya pun menghela nafas kemudian dia kembali ke kursinya dan duduk...
Namun saat dia ingin membuka bukunya, tiba-tiba Hasby naik dan duduk di pangkuannya, Dalya sedikit terkejut dengan itu, namun dia kemudian tersenyum
Hasby melihat keatas dan membalas senyuman itu...
"Ohhh? Seseorang membutuhkan perhatian?" Goda Dalya sembil memeluk Hasby yang ada di pangkuannya...
"Benar... Aku jarang mendapatkan perhatian kakak akhir-akhir ini..." Hasby mengakui kalau dia memang membutuhkan perhatian...
Dalya pun tersenyum dan tertawa mendengar kejujuran dari adiknya
"Haha, adikku sangat jujur yaaa, mau cium?" Tanya Dalya dengan senyuman, dia tetap bertanya meskipun dia sudah tau jawabannya...
Hasby pun mengangguk dengan penuh antusias...
"Mau mau mau!!!" Ucap Hasby berkali-kali...
Dalya pun tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajah Hasby dan mencium pipinya...
Hasby pun cekikikan karena itu terasa geli, kemudian dia membalas mencium pipi Dalya...
Dalya pun tertawa ketika dia menciumnya kembali...
"Dasar anak nakal~"
Ucapnya sebelum menempelkan pipinya ke pipi Hasby, menggosok-gosokkan pipinya ke pipi Hasby...
Sungguh adik kakak yang akur bukan? Saling menyayangi dan melindungi satu sama lain...
Memang itu yang harus dilakukan oleh sepasang saudara, saling melindungi dan menyayangi...
Disisi lain, disisi Augusta, Kirsten dan Jigwei sendiri yang sekarang berada di hutan yang cukup lebat, cahaya matahari susah menembus pepohonan yang lebat itu...
Mereka terus berjalan dan berpetualang, mencari sesuatu untuk dimainkan...
Dan saat itu lah Kirsten menanyakan sesuatu kepada Augusta...
"Kak Augusta, kenapa kita ga ambil harta dari dunia kakak dan membawanya untuk kita sendiri?"
Mendengar pertanyaan itu, Jigwei mengangguk dengan setuju
"Benar, kita bisa kaya nanti!!"
Kirsten pun ikut menjadi sangat antusias dan gembira, membayangkan harta sebanyak itu berada di Forsaken dan untuk mereka pribadi gunakan...
Kemudian Augusta pun sedikit tertawa...
"Aku yakin kalian akan kecewa setelah aku mengatakan ini..."
Dia menghela nafas
"Sebenarnya aku juga ingin memindahkan semua harta ku ke Forsaken dan kita gunakan, namun harta itu memiliki kutukan..."
Mendengar itu, Kirsten dan Jigwei pun terkejut
"Hm? Kutukan?" Tanya mereka berdua secara bersamaan...
Augusta pun mengangguk
"Benar, kutukan... Kutukan itu menyebabkan harta tersebut akan langsung menjadi abu ketika harta itu keluar dari duniaku... Yang berarti sangat mustahil untuk memindahkannya..."
Mendengar itu, semua kegembiraan di diri Kirsten dan Jigwei langsung menghilang seketika... Mereka sangat kecewa...
"Yahhhh, ada aja halangannya kalau kita mau kaya dengan cepat..." Ucap Kirsten dengan kesal...
"Benar, ini menyebalkan..." Ucap Jigwei sambil menghela nafas dengan kesal...
Mendengar bagaimana adik-adiknya kesal dan kecewa, Augusta pun tertawa dengan lembut
"Ya bagaimana lagi..."
Mereka pun masih lanjut berjalan
Namun kemudian Jigwei terpikirkan sesuatu...
"Tunggu! Kita tetap bisa kaya dengan cepat!" Ucap Jigwei...
Kirsten dan Augusta pun berhenti dan berbalik ke Jigwei
"Apa? Kau memiliki cara untuk membawa semua harta itu keluar tanpa menjadi abu?" Tanya Kirsten
Jigwei pun langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali
"Tidak tidak, tapi cara yang benar benar berbeda! Tidak ada hubungannya dengan harta kak Augusta sama sekali!" Ucapnya dengan penuh antusias
Kirsten dan Augusta yang mendengarkan pun tertarik...
"Apa itu, langsung katakan saja" Ucap Augusta
Kirsten pun mengangguk berkali-kali
"Benar!"
Jigwei pun mengambil nafas panjang...
"Baiklah dengarkan aku baik baik, akan ku jelaskan semuanya..."
"Jadi beberapa hari lalu, aku membaca sebuah buku tentang organ-organ manusia..."
"Namun didalam buku itu, tak hanya ada pengertian secara mendalam tentang anatomi manusia, namun juga harga organ-organ yang ada pada manusia..."
"Harga yang ku lihat sangat-sangat mahal untuk setiap bagian dari tubuh manusia..."
"Namun... Cara menjualnya juga tidak biasa... Kita harus ke tempat yang namanya 'Black Market' dan menjualnya disitu, lokasinya paling banyak di Kerajaan manusia..."
"Karena setelah ku baca lebih lanjut, menjual organ manusia tanpa izin itu illegal, kita tidak mau kena masalah kan? Kita hanya ingin cepat kaya kan?..."
Mendengar penjelasan dari Jigwei, Kirsten dan Augusta pun menyeringai dengan lebar...
"Cara yang menarik..." Ucap Augusta...
Kirsten pun mengangguk setuju...
"Benar... Lagipula kita semua seharusnya sudah pernah membunuh manusia setidaknya sekali, kan?" Tanya Kirsten...
Mendengar itu, Jigwei dan Augusta langsung mengangguk
"Jadi... Kita akan melakukan ini?" Tanya Augusta dengan seringai yang lebar...
Kirsten dan Jigwei pun mengangguk secara bersamaan...
"Tentu, emas tetaplah emas, dan kita butuh banyak emas..." Ucap Kirsten dengan nada sadis...
"Fufuuuu... Adikku kejam juga ya... Tapi aku juga setuju... Demi kekayaan, demi emas, demi harta..." Ucap Jigwei...
"Emas adalah segalanya, dan segalanya butuh emas..." Ucap Augusta...
Kemudian mereka cekikikan dan tertawa layaknya pembunuh berantai...
Ternyata sama saja, Augusta sama sama menyukai emas seperti Kirsten dan Jigwei... Pendekatan Augusta ke Kirsten dan Jigwei menjadi sangat cepat karena percakapan dan cara pikir yang sama...
Wajah jahat mereka siap untuk melakukan cara yang disarankan Jigwei tadi tanpa rasa kasihan atau ampun...
Denga itu, mereka pun lanjut berjalan untuk mencari mangsa pertama mereka...
Setelah lama berjalan, mereka menemukan sebuah perkemahan... Di perkemahan tersebut, mereka melihat empat orang yang mengenakan pakaian seperti bandit sedang duduk mengitari sebuah meja...
Mereka pun melihat dari balik balik pohon... Mengamati para bandit-bandit itu...
"Ohhh, sepertinya mangsa pertama sudah ditemukan" Ucap Kirsten sambil menjilat bibirnya sendiri...
"Benar..." Balas Augusta...
Kemudian Jigwei tiba-tiba berkata...
"Aku akan makan satu... Aku lapar..." Ucap Jigwei dengan air liur yang mengalir keluar dari mulutnya...
Tentu perkataan Jigwei membuat Kirsten dan Augusta terkejut... Memakan mereka?...
"H-Hah?! Memakan salah satu dari mereka?" Tanya Kirsten dengan terkejut...
Jigwei pun mengangguk dengan bangga
"Benar, boleh kan?" Tanya Jigwei dengan senyuman manis...
Kirsten dan Augusta pun kebingungan dengan apa yang dimaksud dengan 'memakan salah satu dari mereka' namun disaat yang bersamaan, mereka ingin melihat Jigwei benar-benar melakukannya...
Mereka berdua pun kembali menatap Jigwei dan mengangguk
"Oke, kamu boleh memakan salah satu dari mereka" Ucap Augusta dengan sedikit ragu...
Jigwei pun terlihat sangat senang, dia mengangguk berkali-kali dengan penuh antusias
"Yeyyyyy!! Ayo kita serbu sekarang, dan ingat, jangan rusak organ dalam mereka, tebas saja kepala mereka!!" Ucap Jigwei sebelum berjalan menuju perkemahan itu...
Kirsten dan Augusta pun melihat ke satu sama lain, kemudian mereka menghela nafas secara bersamaan...
Pedang yang terbuat dari sihir crimson pun muncul di tangan kanan Kirsten...
Sedangkan pedang yang terbuat dari api matahari muncul di tangan Augusta...
Mereka pun mengikuti Jigwei menampakkan diri ke para bandit-bandit itu...
Para bandit-bandit itu pun terkejut ketika mengetahui keberadaan mereka... Mereka langsung mundur dan mengambil senjata mereka berupa pedang dan dagger... Mereka mempersiapkan senjata mereka untuk bertarung...
"Siapa kalia-" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, bandit tersebut langsung diterkam oleh Jigwei dengan kecepatan tinggi...
Rekan-rekan bandit tersebut pun terkejut, saat mereka ingin membantu tekan mereka itu, Kirsten dan Augusta dengan cepat langsung menghentikan mereka dengan menodongkan pedang mereka ke bandit-bandit yang tersisa...
"Kita buat main-main dulu kak? Sampai kak Jigwei selesai makan?" Tanya Kirsten kepada Augusta
Augusta pun tersenyum dengan sadis
"Jika itu permintaan adikku, maka tidak akan menolak..." Ucap Augusta dengan dingin...
Dengan itu, mereka mulai bermain-main dengan ketiga bandit yang tersisa... Augusta dan Kirsten menghindari semua serangan sembari memberi luka kecil disekujur tubuh mereka, membuat mereka merasakan rasa sakit secara konstan...
Saat melakukan itu, Kirsten dan Augusta pun tertawa dengan puas...
Namun disisi lain, Jigwei masih menahan satu bandit di tanah dengan mendudukinya...
Bandit itu mencoba melawan dan berteriak, namun tangan Jigwei membungkam mulutnya dengan erat...
"Shhhh, kau akan jadi santapanku... Aku akan memakanmu... Aku lapar..." Ucap Jigwei dengan sadis
Ekornya menuju ke leher bandit itu... Tanpa sebuah aba aba, bagian lancip dari ekornya pun menusuk dan menembus lehernya dari samping... Bandit itu pun mati seketika...
Jigwei pun menarik ekornya kembali dan menjilat bibirnya sendiri
"Selamat makan..." Ucap Jigwei sebelum tangannya menuju leher bandit tersebut... Kemudian dia dengan mudah memisahkan kepala dari badannya...
"Otak biasanya yang paling enak..." Jigwei pun cekikikan dan menaruh kepala bandit itu kesamping...
"Akan ku mulai dari dalam badannya dulu..."
Jigwei pun membesarkan cakarnya, kemudian dia menusuk dada mayat bandit itu dengan kedua cakarnya, kemudian dia membuka badannya...
Saat sudah terbuka, terlihat tulang rusuk bandit tersebut, Jigwei pun mencengkram tulang-tulang rusuk tersebut dan mematahkan mereka satu per satu...
"Tulang-Tulang menyebalkan..."
Jigwei pun membuang semua tulang itu kesamping tanpa ada rasa peduli
Jigwei pun melihat bagian dalam dari tubuh bandit itu... Mulai dari hati, paru-paru, jantung, usus besar, usus kecil dan yang lainnya... Semuanya terlihat sangat segar... Darah dari bandit tersebut menciptakan sebuah genangan darah dibawahnya...
Augusta dan Kirsten yang melihat itu pun terkejut, namun mereka tidak mengganggu... Mereka sendiri sudah memotong kepala bandit-bandit yang lainnya...
Mereka juga sedang membuka tubuh para bandit itu dan mengeluarkan organ-organ pentingnya yang akan mereka jual...
Sedangkan Jigwei sendiri, dia masih memakan organ-organ dalam dari bandit yang ia bunuh... Dia secara paksa mengambil jantung dari tubuh itu yang masih berdetak dan memakannya...
Dia kemudian mengambil kedua paru-paru nya dan memakannya juga... Jigwei terlihat sangat menikmati makanannya...
Tak hanya bibirnya, namun seluruh wajahnya hampir berlumuran darah karena darah yang muncrat ketika dia menarik satu organ keluar...
Jigwei lanjut makan tanpa ada yang menghalangi, dia mematahkan lengan mayat itu dan memakannya, giginya sangat kuat sampai-sampai dia bisa merobek kulit dan daging dari lengan tersebut dengan mudah...
"Hoho~ ini sangat enak, segar dan bisa ku nikmati... Seperti pertama kali aku memakan seseorang"
Ucapnya sambil lanjut memakan lengan yang dia ambil tadi... Tak lupa dia mengambil usus besar dan usus kecilnya
"Huhhh? Kotor?"
Ucapnya sambil mengangkat usus usus itu dan membiarkan darah turun seperti sebuah sungai kembali kebawah...
"Akan ku bersihkan nanti sebelum ku makan... Ah! Lambungnya juga!!"
Jigwei pun meletakkan usus yang dia ambil tadi kesamping dan tanpa ragu mencengkram lambung bandit tersebut dan menariknya secara paksa... Seperti biasa, dia mengangkat lambung itu keatas
"Yang ku baca, lambung memiliki cairan yang bersifat korosif, mending ku buang dulu, aku tidak mau diganggu oleh apapun itu dalam jam makan ku..."
Ucapnya sambil membiarkan asam lambung yang berada di dalam lambung tersebut keluar dan mengalir ke tanah... Jigwei pun cekikikan ketika melakukan itu...
Kirsten dan Augusta hanya bisa diam dan memperhatikan Jigwei memakan bandit yang dia mangsa... Anehnya mereka tidak terlihat ketakutan, hanya sedikit terkejut atas perilaku yang ditunjukkan Jigwei yang terlihat seperti monster...
Maksudku, Jigwei sendiri kan manusia setengah naga? Wajar kalau dia menikmati memakan manusia, kan?...
Augusta dan Kirsten sedang berusaha untuk menormalisasikan hal tersebut...