Si Badut.

Berjalan di tengah-tengah magma tanpa merasakan panas ataupun nyeri, Roland meneruskan langkahnya tanpa berhenti...

Dia dikelilingi oleh magma yang sangat panas, namun dia seperti tidak terkena efek dari panas tersebut sama sekali...

Dia berjalan di sebuah lorong seperti goa yang terbuat dari magma...

Dia pun sampai di sebuah pintu besar... Tanpa ragu, dia membuka pintu tersebut...

Saat pintu terbuka, terlihatlah ruangan yang cukup besar yang dipenuhi oleh kabut... Ruangan itu juga terbuat dari magma... Namun sekeliling ruangan itu, terdapat rantai yang membentang ke altar di tengah-tengah ruangan tersebut...

Roland pun tersenyum ketika melihat ke altar di tengah-tengah ruangan yang berkabut itu...

Dia menghampiri altar tersebut dengan perlahan... Kabut-kabut mulai memudar ketika dia mendekati altar tersebut, saat cukup dekat, dia melihat seseorang yang sedang di rantai di tengah-tengahnya...

Siapa orang itu? Dan apa yang pernah dia perbuat sampai sampai dia berakhir di tempat yang mengerikan ini?...

Orang tersebut pun merasakan keberadaan Roland... Dia pun mendongak ke atas... Wajahnya yang dirias seperti badut pun bertemu dengan wajah Roland, setelan bajunya terlihat rapi layaknya sesosok orang yang penting...

Benar, wajahnya dirias seperti badut dengan senyum berwarna merah yang panjang mencapai kedua pipinya

Dia pun menyeringai saat dia melihat Roland...

"Ohh lihatlah, Tuan muda Issac ingin menemui tahanan kecilnya" Ucapnya sambil tertawa

Issac? Bukannya namanya adalah Roland?...

Issac pun tidak merespon, kemudian orang itu melanjutkan

"Apakah kau merindukan badut penghibur ini? Ataukah kau ingin menyiksaku seperti apa yang dilakukan oleh Ilkareth yang lainnya?"

Tanya nya sambil tertawa

"Ya aku tidak peduli dengan apapun yang akan kau lakukan kali ini, Issac..."

"Ataukah kau terlalu takut untuk melukaiku? Issac?"

Seringai lebar masih terpasang dengan jelas di wajahnya, dia menantang dan mengejek Issac di saat yang bersamaan

Issac pun menghela nafas dan sedikit tertawa

"Kau sudah selesai berbicara, Tarnish?"

Ucapnya sambil tersenyum

Orang itu, yang sekarang namanya adalah Tarnish pun tertawa lagi

"Mungkin? Aku juga tidak tahu"

Ucapnya...

Issac pun menganggukkan kepalanya, kemudian dia berkata

"Aku ingin langsung ke intinya saja, aku membutuhkan bantuanmu, aku akan membebaskanmu namun dengan jaminan kalau kau akan membantuku"

Mendengar itu, Tarnish menjadi terkejut, matanya melebar karena terkejut, seringainya memudar sesaat... Namun dengan cepat seringainya kembali

Kemudian dia tertawa terbahak-bahak, mengejek perkataan Issac, dia tertawa sangat keras dan puas sampai sampai matanya menjadi berair dan meneteskan air mata, namun air mata itu langsung menguap menjadi asap karena panas dari magma yang memenuhi ruangan tersebut

Issac pun hanya menunggunya untuk berhenti tertawa dengan wajah semi serius

Setelah cukup lama tertawa, Tarnish pun secara perlahan berhenti, kemudian dia berkata

"Kau? Membebaskanku? Dengan jaminan aku membantumu? Aku tidak salah dengar kan?"

Tanya Tarnish

Issac pun menggelengkan kepalanya

"Aku serius soal ini, Tarnish." Ucap Issac dengan nada serius

Kemudian Tarnish pun tertawa lagi

"Bukannya tidak ada untungnya bagiku? Kau hanya akan memanfaatkan ku untuk membantumu, kemudian kau akan memenjarakanku lagi setelah kau sudah tidak membutuhkanku, jadi apa bedanya?" Tanya Tarnish dengan seringai...

Issac pun menggelengkan kepalanya

"Aku punya kesepakatan, mau dengar?"

Mendengar itu, Tarnish terlihat lebih ceria dan senang, dia pun mengangguk

"Mari kita dengar kesepakatan dari mu..."

Issac pun mengangguk

"Kalau kau bisa membantuku dengan sempurna, aku akan membebaskanmu dan membiarkanmu pergi, namun kau harus melakukan apa yang ku katakan dengan sempurna"

"Dengan begitu, kau punya kesempatan untuk bebas..."

Mendengar kesepakatan yang dikatakan oleh Issac, Tarnish pun terkejut kembali... Dia tau, kalau Issac tau bahwa Tarnish dapat melakukan apapun dengan presisi yang sangat tinggi mendekati kesempurnaan...

Dengan kata lain, kesepakatan yang dibuat oleh Issac bukanlah kesepakatan, namun pembebasan terhadap Tarnish, kerena peluang keberhasilan Tarnish hampir sempurna...

"H-Huhhh? Kau serius baru saja mengatakan hal itu?" Tanya Tarnish untuk mendapatkan kepastian

Issac pun tersenyum dan mengangguk... Dia juga tahu kalau ini adalah pembebasan dari Tarnish

"Iya, aku serius... Apakah kita punya kesepakatan?" Tanya Issac

Tarnish yang masih terkejut pun terdiam untuk sesaat... Namun seringai kembali terbentuk di bibirnya... Kemudian dia mengangguk

"Aku tidak tahu kenapa kau melakukan ini, dan apa yang kau rencanakan atau apa trik mu... Tapi aku tau betul, kau bukan tipe yang suka berbohong"

"Jadi iya, aku Terima kesepakatan itu" Ucapnya, mengakhiri kesepakatan itu dengan seringai yang lebar terpasang di wajahnya yang dirias seperti badut...

Issac pun mengangguk

"Baiklah, kesepakatan sudah dibuat..."

Ucap Issac...

Dia pun mengangkat tangannya, kemudian sebuah pedang muncul di tangannya tersebut...

Tanpa ragu, dia memotong semua rantai yang merantai Tarnish dan membebaskannya...

Tarnish yang sudah bebas pun tertawa lagi sebelum merenggangkan badannya

"Akhirnya aku bisa bergerak bebas!"

Ucapnya dengan nada cukup senang...

Issac pun tersenyum, pedang di tangannya menghilang menjadi abu, kemudian dia mengulurkan tangannya ke Tarnish, menawarkan jabat tangan kepadanya...

Melihat itu, Tarnish pun menyeringai dan mengulurkan tangannya ke Issac, namun dia menipunya, tepat sebelum tangannya berjabat tangan dengan Issac, dia menarik tangannya kembali

Saat dia menarik tangannya kembali, sebuah topi pesulap muncul di tangannya

Melihat itu, Issac tidak merasa dibodohi atau dikelabui ataupun tersinggung, dia malah tersenyum... Lagipula, Tarnish adalah seorang badut, wajar kalau dia ingin menghiburnya untuk sesaat...

Tarnish pun memakai topi tersebut dan akhirnya berjabat tangan dengan Issac...

Issac tersenyum, namun Tarnish menyeringai... Pada akhirnya, mereka sama sama mempercayai satu sama lain...

Di sisi Hasby, Augusta, Kirsten dan Jigwei yang sedang berada di Forsaken. Mereka sedang ditenangkan oleh Hasby karena mereka semua sedang menangis sesenggukan dan memeluknya... Mereka membutuhkan kenyamanan, kehangatan dan perlindungan dari dinginnya dunia tanpa ibu yang memberikan mereka kehangatan...

"K-Kak, i-ini semua b-bohong kan? M-Mama m-masih hidup k-kan?!" Ucap Kirsten di sela-sela tangisannya

Augusta pun menyaut

"A-Aku baru saja mendapatkan k-kehangatan dari seorang ibu... T-Tapi kenapa..." Dia tidak dapat melanjutkan kalimatnya karena dia masih menangis sesenggukan

Sedangkan Jigwei sendiri malah semakin parah, dia tidak bisa mengatakan apapun di sela-sela tangisannya... Tidak bisa sama sekali...

Baju Hasby menjadi basah karena air mata mereka, namun dia tidak memperdulikan hal itu, yang terpenting sekarang adalah keadaan adik-adiknya

Terduduk di tanah Forsaken, dia mengelus-elus kepala adik-adiknya itu...

"Shhh... Iya, kakak tau... T-Tapi kakak juga m-masih mencari cara untuk m-mengembalikan ibu kalian..."

Ucap Hasby, mencoba memenangkan mereka, namun dia sendiri juga sedang menangis, tapi dia berusaha untuk tidak menangis terlalu keras dan memperkeruh suasana...

Dia hanya menerima semua keluh kesah dan kesedihan adik-adiknya sambil memikirkan cara untuk mengembalikan Dalya kembali ke kehidupan... Menarik jiwanya kembali ke dunia...

Hasby akan melakukan apapun caranya untuk mengembalikan Dalya...

Kembali ke sisi Dalya yang sudah berhasil melewati jembatan tali menuju dataran sebrang, Dalya pun menghela nafas dengan lega...

"Akhirnya aku sampai"

Di dataran ini tak jauh beda dari dataran dia sebelumnya... Namun kali ini kabutnya terlihat lebih tebal dan lebih tandus...

Tanah yang dia injak pun seperti lumpur...

Dalya mulai melangkah, setiap langkahnya menyebabkan sebuah teriakan kesakitan yang muncul dari tanah... Teriakan itu adalah murni teriakan kesengsaraan...

Namun Dalya tidak memperdulikan itu, dia tidak ingin terkecoh oleh teriakan-teriakan itu... Karena sudah jelas kalau yang dia injak adalah tanah jiwa dan bukan tanah biasa saja...

Setelah berjalan cukup lama diantara kabut tebal itu, dia tak sengaja menginjak sesuatu...

Tak sempat bereaksi, sebuah duri melesat dari tanah ke atas dengan kecepatan yang sangat tinggi, duri tersebut mengenai dagu Dalya dan menembus dagunya menuju bagian atas kepalanya... Otak Dalya hancur seketika... Dia pun mati lagi...

Tapi ini di tempat jiwa yang tidak memiliki kematian yang layak, ini bukan sepenuhnya di akhirat, yang berarti Dalya belum sampai di akhirat...

Akhirnya duri itu itu menghilang, kemudian luka yang Dalya terima pun sembuh dengan sempurna dan cepat... Otaknya juga kembali...

Dalya pun langsung menghirup nafas dengan kasar kemudian dia batuk berkali-kali, membuatnya jatuh ke lututnya...

"A-Apa yang b-barusan terjadi?" Ucapnya sambil memegangi kepalanya... Tak salah lagi, dia merasakan sakit di kepalanya karena jebakan tadi meskipun jebakan tersebut membunuhnya secara langsung...

"A-Aku kembali normal?..."

Kemudian dia melihat ke bawah, ke sesuatu yang tadi dia injak... Tidak ada... Tidak ada apa apa... Hanya ada tanah yang seperti lumpur...

"L-Lama kelamaan aku akan menjadi gila kalau aku tetap berada disini..."

Ucap Dalya sambil menggelengkan kepalanya kemudian kembali berdiri...

"Aku harus tetap berjala-"

Tak sempat menyelesaikan kalimatnya, sebuah akar pohon muncul dari kabut, akar pohon itu melesat langsung ke arah Dalya, namun Dalya dapat melompat dan menghindarinya...

Akar pohon itu seperti memiliki memiliki pikiran sendiri... Akar pohon tersebut seperti tentacle...

"A-Apa itu?!" Ucap Dalya sambil terus menghindari akar pohon itu yang terus mengejarnya...

Dalya kebingungan... Apakah memang ada hal seperti ini di dunia jiwa? Apakah memang benar-benar ada?...

Dalya berlari diantara pepohonan tanpa daun itu, dengan menggunakan kecerdasannya, dia membuat akar pohon itu melilit pepohonan disana sampai akar tersebut tidak bisa meraihnya lagi dan akhirnya terjatuh...

Dalya pun menghela nafas dengan lega karena dia berhasil lolos dari akar pohon tersebut...

"Ini semakin aneh, aku harus pergi dari tanah jiwa ini secepatnya!"

Dalya pun mulai berlari lagi, dia tidak ingin lebih lama berada di tempat ini, kalau dia memang harus mati untuk selamanya, maka dia akan menerimanya... Meskipun rasa bersalah akan meninggalkan adik dan anak-anaknya akan menghantuinya nanti di akhirat saat dirinya di adili di sana, tapi dia akan menerimanya dengan lapang dada...

Kembali ke sisi Issac dan Tarnish. Mereka sedang berada di atas sebuah tembok yang sangat tinggi... Issac sedang berdiri, sedangkan Tarnish sedang duduk... Mereka berdua melihat ke dalam tembok itu yang bersisi salah satu kerajaan manusia

Namun kerajaan manusia yang mereka lihat adalah kerajaan yang dekat dengan kerajaan atau sarang para raksasa, maka dari itu, mereka membangun tembok yang sangat besar dan tinggi itu...

Tapi pertanyaannya adalah, apa yang Issac dan Tarnish lakukan di sini?...

"Kau mau menerobos? Issac?" Tanya Tarnish

Issac pun menghela nafas

"Tentu itu pertanyaan pertama yang keluar dari mulutmu... Tidak. Pikirkan cara lain..."

Tarnish pun tertawa dengan perkataan itu

"Baik baik..." Tarnish mulai berfikir...

Dia melihat ke manusia-manusia yang sedang berlalu-lalang kesana kemari...

Setelah beberapa detik berfikir, dia terpikirkan suatu cara...

"Ikuti aku..."

Ucapnya sambil melemparkan sebuah kartu ke kastil yang sangat jauh dari sana, namun kartu itu mendarat tepat di depan pintu kastil yang sangat besar itu...

"Kita tidak boleh terlambat sedikitpun, aku sudah memprediksi sesuatu berdasarkan arus manusia yang bergerak"

Dengan sekejap mata, dia menghilang

Issac pun tersenyum

"Bisa di andalkan seperti biasa..."

Dia merubah dirinya menjadi asap hitam dan menyusul ke tempat Tarnish berada...

Tarnish sekarang berada di depan pintu masuk ke kastil yang megah itu, anehnya, tidak ada penjaga yang menjaga pintu tersebut...

"Sesuai dugaan..."

Issac yang menjadi asap hitam tadi pun akhirnya sampai, dia tak berubah menjadi wujud manusia, dia hanya mengelilingi dan mengitari Tarnish tanpa mengatakan apapun...

"Kau sangat membantu, kau tahu itu kan?" Ucap Tarnish dengan nada sarkas...

Tarnish pun menjadi serius lagi

"Aku tak ingin membuang banyak waktu lagi, mari kita ambil artefak itu"

Sebuah kartu tarot muncul di antara kedua jari tengah dan telunjuknya... Tak jelas kartu tarot apa yang dia pegang karena gambarnya tertutup kabut atau seperti terkena blur...

Dia kemudian melemparkan kartu itu ke sela-sela pintu kastil tersebut...

BOOM!

Kartu tersebut meledak dan menciptakan kabut tebal di dalam kastil, membuat semua bangsawan, keluarga kerajaan, para pelayan dan bahkan para penjaga menjadi buta dan tak bisa melihat...

"Ini akan seru~"

Dengan cepat, Tarnish mengubah dirinya menjadi gumpalan asap berwarna kuning serta hitam dan menyelinap masuk melewati sela-sela pintu...

Saat sudah di dalam, dia berubah menjadi wujud manusia nya kembali diikuti dengan dengan Issac yang melakukan hal yang sama

"Aku suka caramu yang ini" Ucap Issac

Mereka berdua berlari di antara kabut tebal yang membuat semua orang di kastil batuk tidak karuhan...

"Oh ya? Baguslah" Balas Tarnish...

Mereka berdua langsung menuju ruang bawah tanah dari kastil itu dengan berlari...

Dan tentunya, tidak ada yang melihat mereka masuk ke dalam ruang bawah tanah tersebut...

Saat di ruang bawah tanah, mereka pun menjadi lebih santai... Mereka berjalan normal karena ruang bawah tanah itu berbentuk sebuah lorong yang cukup panjang...

Di hadapan mereka ada dua belokan, yaitu ke kanan dan ke kiri...

Dua penjaga malang yang tak tahu apa apa ternyata sedang berpatroli...

Sesaat kemudian, muncul konfeti di atas mereka tanpa penyebab... Mereka pun terkejut dan berhenti berjalan...

"Konfeti dari mana ini?" Tanya salah satu penjaga

"Mungkin ada orang yang sedang jahi-"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, dua kartu dengan gambar badut jatuh dan mengambang di depan mereka...

Sesaat kemudian...

SING!!!

Kedua kartu tersebut terbelah setengah... Namun tak hanya kedua kartu itu yang terbelah, namun kedua kepala penjaga tersebut juga terlepas dari badan mereka...

Sesaat kemudian, terlihat Tarnish yang sedang berdiri di hadapan mereka sambil menyarungkan pedangnya... Kedua tubuh penjaga itu pun ambruk ke tanah...

Issac pun menghampirinya dari belakang

"Kau masih bisa melakukan itu meski setelah di kurung dengan waktu yang cukup lama? Aku cukup terkesan" Ucap Issac

Ucapan Issac membuat Tarnish tertawa

"Aku sudah sering mendengar kata 'terkesan' cukup banyak dari mulutmu" Balas Tarnish

Mendengar itu, Issac pun hanya tertawa...

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka... Dan sampailah mereka di sebuah pintu... Mereka membuka pintu itu dan terlihat sebuah ruangan yang luas dengan tengah-tengah ruangan terdapat altar

Di altar tersebut terdapat sesuatu di tengahnya... Itu adalah sebuah kalung yang berwarna emas di campur dengan platinum...

"Itu dia... Artefak kerakusan... Gluttony..." Ucap Tarnish sambil menghampiri artefak tersebut bersama dengan Issac...

Di sisi lain, Hasby sedang berada di depan sebuah kastil yang sangat besar namun sangat mencekam... Langit-langit ditutupi oleh awan hitam yang sangat pekat, menghalangi sinar matahari untuk menyinari kastil dan sekitarnya...

Disekitar kastil itu juga ditutupi oleh kabut yang sangat tebal...

Itu bukan kastil biasa... Namun...

"Salah satu Sefirot... Kastil Syncicle..." Ucap Hasby sebelum memasuki kastil itu...

"Aku akan mendapatkan berkat dari Will OF Fortune, apapun caranya... Akan ku dapatkan..."

Ucap Hasby dengan nada dingin, rambutnya pun berubah menjadi putih, kedua matanya berubah menjadi merah...

"TARNISHHHHHH!!!!" Teriak Hasby

Kemudian Tarnish muncul di hadapan Hasby dan langsung menyerangnya, namun Hasby menahan serangan itu dengan tangannya...

Bersamaan dengan itu, sebuah sayap tunggal berwarna putih muncul di sisi kanan punggung Hasby...

Tarnish pun tertawa

"Kau pikir aku akan mengizinkanmu untuk mendapatkan berkat dari Will OF Fortune? Hasby?" Tanya Tarnish dengan nada mengejek sambil tertawa...

"TUTUP MULUTMU TARNISH!!!" Teriak Hasby... Pertarungan pun pecah antara mereka berdua...

Tapi... Bukannya Tarnish sedang bersama Issac? Tapi kenapa dia ada di Sefirot sekarang?...