"Apa selanjutnya?" Tanya Tarnish ke Issac
Issac terdiam untuk sesaat...
"Fred"
Kemudian cermin melayang kembali muncul di sampingnya, Issac memasukkan tangannya ke dalam cermin itu dan mengambil ramuan yang tadi dia ambil...
Tarnish terlihat terkejut ketika Issac mengambil ramuan itu, tapi sesaat kemudian, sebuah seringai terbentuk di bibirnya
"Kau tau kau gila kan, mengambil ramuan Twilight dari ruang tahta Red Emperor?"
Issac pun tertawa
"Bukannya aku memang sudah gila? Lagipula sang Red Emperor sudah mengurung Mother OF Origin dengan waktu yang cukup lama, membebaskannya bukan pilihan yang buruk bukan?"
Tanya Issac dengan senyuman
Tarnish pun tertawa sambil mengangguk
"Benar juga... Namun sekarang, kau ingin membangkitkan Twilight dengan menggunakan Bracelet OF Gluttony itu?"
Tanya Tarnish...
Tentu saja Issac mengangguk, karena itu adalah rencananya dari awal...
"Benar"
Tarnish pun bersenandung sedikit sebelum akhirnya menjawab
"Kau tau kan kalau menggabungkan mereka berdua akan membuat ramuan Twilight menjadi mematikan?"
Issac mengangguk, mengerti dengan konsekuensi yang dia ambil
"Aku mengerti, semua orang yang meminum Twilight akan memiliki delapan puluh persen kesempatan untuk mati..."
Issac pun berhenti sejenak sebelum akhirnya melanjutkan
"Tapi kau seharusnya sudah tahu siapa yang akan mendapatkan suatu berkat agar menjadikan Twilight tidak mematikan sama sekali"
Tarnish tentu terkejut dengan itu, siapa? Siapa yang akan mendapatkan berkat sebesar itu untuk menjadikan Twilight tidak mematikan?
"Siapa-"
Baru mengucapkan satu kata, dia tiba-tiba muntah sedikit darah...
Saat muntah darah itu, matanya melebar karena terkejut, tak hanya terkejut, namun juga kesadaran akan sesuatu yang tidak dia sadari sama sekali...
Setelah itu, dia menyeringai dengan lebar dan melihat ke Issac...
"K-Kau bajingan cerdas, aku tak menyangka ini... Kau yang mengatur semua ini..."
Issac pun tertawa dengan puas...
"Benar... Tenang saja, kau tidak akan mati... Kita sudah menyepakati sesuatu, lebih baik kau bantu aku melebur gelang itu dan memasukkannya ke dalam Twilight..."
Ucap Issac dengan senyuman
Tarnish pun mengangguk, kemudian dia meludahkan darah kesamping dari mulutnya
"Baik baik... Akan ku bantu..."
Ucap Tarnish sambil mengambil gelang tersebut...
Kembali ke sisi Hasby di kastil Syncicle...
Hasby berhasil membunuh Tarnish yang ada di situ dengan cara menembus jantung Tarnish menggunakan tangan kosong... Hasby menghancurkan jantung Tarnish dan menembus ke punggungnya...
"Kau sudah puas? Tarnish?" Tanya Hasby dengan dingin...
Namun di pertarungan itu juga, dia kehilangan mata kanannya... Terlihat tebasan yang besar di mata kanannya, darah segar masih mengalir keluar tanpa henti
Tarnish tak menjawab, dia hanya tertawa sedikit sambil mengeluarkan batuk darah beberapa kali sebelum tubuhnya menjadi lemas dan tak bergerak...
Hasby pun menarik tangannya dari dada Tarnish, membiarkan tubuh tanpa nyawa Tarnish terjatuh lemas ke lantai...
Sayap tunggal Hasby masih ada di punggung bagian kanannya, namun sayap itu sedikit rusak...
Tanpa memperdulikan sayapnya, dia terus berjalan menuju dalam kastil...
Dia berjalan menuju sebuah ruangan... Itu adalah ruangan tahta tanpa ada yang menduduki singgasananya...
Saat Hasby menapakkan kakinya ke dalam ruangan itu, dia tiba-tiba di teleportasi kan ke sebuah ruang kosong... Tidak, itu adalah kekosongan berwarna putih tanpa apa apa... Hasby bahkan tidak yakin kalau kakinya menginjak dataran atau tidak...
Namun kekosongan itu tidak sepenuhnya kosong... Ada banyak asap berwarna merah dan hitam yang membentuk seperti kabur tebak disekitar Hasby...
Hasby tidak terlihat takut, dia hanya terkejut... Ini adalah kejadian yang tak ia inginkan, bukan sesuatu yang ia inginkan... Dia mau berbicara dengan Will OF Fortune... Namun sepertinya, salah satu Beyonder dari Sefirot ingin berbicara dengannya...
"Apa yang kau inginkan dariku?..." Tanya Hasby...
Kemudian, sebuah suara dari kekosongan itu pun muncul, suaranya tidak berat dan terdengar seperti perempuan...
"Aku tahu kesulitan yang kau alami, Malaikat-"
Hasby pun memotong pembicaraannya
"Panggil pakai namaku saja." Ucap Hasby dengan serius...
Suara tadi pun terdiam dan berkata lagi
"Baiklah, Hasby... Tenang saja, aku tidak akan membahayakan siapapun... Kau berada di ruang yang ku buat... Satu menit disini adalah satu hari di dunia nyata..."
Perkataan Beyonder itu membuat Hasby terkejut
"Apa maksudmu? Aku tak bisa lama lama disini, aku punya kakak yang harus ku kembalikan-"
Beyonder tersebut gantian memotong perkataan Hasby...
"Aku tahu, tentu aku tahu. Beyonder di tanah jiwa sudah memberi tahu ku... Kakakmu sedang berjuang untuk keluar dari tanah jiwa..."
Mendengar itu, Hasby pun menjadi marah... Kalau dia tahu kakaknya sedang kesulitan, kenapa dia malah di kurung di tempat seperti ini yang bahkan tujuannya tidak jelas?...
"Kau tahu itu, lalu kenapa kau menghalangiku untuk berbicara dengan Will OF Fortune!?" Tanya Hasby dengan marah
Beyonder tersebut pun terdiam untuk beberapa saat...
"Tenang Hasby... Aku sudah membawa berkat Will OF Fortune bersamaku..."
"Bisa dibilang aku sudah lama rindu dengan seseorang yang menyandang gelar Ilkareth dan Great Master sekaligus seperti dirimu ini..."
"Aku tidak akan membuang banyak waktumu, aku hanya ingin melepas rindu, serta berbincang sebentar denganmu mengenai Sunless"
Mendengar penjelasan dari Beyonder itu, Hasby pun lega karena sang Beyonder membawa berkat dari Will OF Fortune...
Namun dia dibuat terkejut dengannya karena dia ingin melepas rindu serta berbincang tentang Sunless... Hasby tau sedikit tentang Sunless...
Sunless adalah sebuah jalur atau Pathway yang dipenuhi oleh kegelapan, tidak ada cahaya di pathway tersebut sama sekali...
Informasi mengenai Pathway sangat terbatas... Tapi ada salah satu Beyonder dari Sefirot yang mengetahui Pathway itu secara menyeluruh...
"Sunless Pathway?" Tanya Hasby...
Sang Beyonder pun akhirnya mengambil wujud manusia... Tak hanya manusia, dia mengambil wujud Augusta tepat di hadapan Hasby, membuatnya terkejut
"Iya, Sunless Pathway" Jawab Beyonder itu
Hasby terkejut atas keputusan Beyonder itu dalam mengambil wujud manusia sementara... Hasby pun menghela nafas untuk menenangkan dirinya
"K-Kenapa kau harus mengambil wujud Augusta?..."
Tanya Hasby... Beyonder itu mengangguk dan tersenyum
"Aku melihat isi pikiranmu, dan isinya hampir penuh dengan kenanganmu bersama Augusta, maka dari itu aku mengambil wujud ini"
Hasby pun menghela nafas lagi
"Terserah..."
Kemudian dia melanjutkan
"Tapi... Kau tadi ingin berbincang tentang Sunless, kan? Bukannya salah satu Beyonder Sefirot punya informasi tentang Sunless?"
Tanya Hasby...
Pertanyaan Hasby membuat sang Beyonder menyadari hal itu... Ya dia akhirnya menyadari kalau salah satu Beyonder di Sefirot memang punya informasi tentang Sunless pathway...
"Ah... Kau benar..."
Jawabannya membuat Hasby terkejut... Beyonder di hadapannya tidak tahu soal itu... Apakah dia Beyonder terbodoh yang pernah dia temui?
"Beyonder memang se bodoh ini ya?..."
Mendengar itu, wajah sang Beyonder menjadi merah karena malu...
"Tentu tidak! Aku hanya lupa!"
Ucapnya sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali...
Melihat itu, Hasby pun menghela nafas, dia tak pernah melihat Beyonder sebelumnya, namun melihat seorang Beyonder bertingkah konyol seperti ini di hadapannya adalah hal yang cukup lucu baginya...
Hasby pun sedikit tertawa
"JANGAN TERTAWAAAA!!!" Teriak sang Beyonder...
Teriakannya itu menciptakan sebuah cahaya biru yang sangat terang di antara mereka... Membutakan mereka secara keseluruhan...
Kita ke sisi Augusta, Kirsten dan Jigwei yang berada di Forsaken...
Mereka secara perlahan sudah berhenti menangis...
"K-Kita tidak boleh sedih terlalu lama! Nanti mama pasti juga akan sedih kalau kita terus menangis!" Ucap Kirsten sambil mengusap air matanya dan berdiri...
Mendengar itu, Augusta dan Jigwei langsung menusap air mata mereka dan berdiri
"Benar!!" Ucap Augusta
Jigwei pun mengangguk
"Kita juga harus percaya kepada kak Hasby! Karena dia bilang ada cara untuk mengembalikan mama!" Ucap Jigwei
"Benar!... Kita hanya perlu sabar..." Balas Augusta
Kirsten mengangguk
"Aku akan menunggu selama yang dibutuhkan untuk melihat mama kembali" Ucap Kirsten...
"Aku juga!" Ucap Augusta dan Jigwei secara bersamaan
Mereka harus kuat dan sabar menunggu mama mereka kembali...
Kemudian Augusta memiliki ide
"Di banding kita menunggu di Forsaken, lebih baik kita kembali ke dunia dan bermain-main dengan manusia sambil menunggu ibu kembali?"
Mendengar itu, Kirsten dan Jigwei langsung mengangguk tanpa basa basi...
"Ayo! Aku ingin bersenang-senang juga!" Ucap Kirsten
"Benar! Aku laparrr!! Satu manusia tidak cukup!!!" Ucap Jigwei dengan ekornya mengibas ke kanan dan ke kiri dengan tidak sabar...
Augusta pun mengangguk, dia kemudian menyelimuti mereka dengan selimut api... Namun api tersebut tidak panas...
Dengan instan mereka sudah berpindah tempat ke atap sebuah rumah...
Mereka telah berpindah ke atap rumah salah satu kerajaan manusia yang cukup dekat dengan jurang menuju Abyss...
Lebih spesifiknya, mereka berada di salah satu atap rumah di wilayah miskin kerajaan tersebut...
Malam menyambut mereka dengan dingin, namun mereka tidak terpengaruh sama sekali, malam adalah waktu yang sempurna bagi mereka untuk bersenang-senang...
Jigwei langsung menjilat bibirnya...
"Aku akan ambil satu!"
Dengan itu, dia menghilang dengan kecepatan tinggi...
Kirsten dan Augusta tak sempat untuk menghentikannya... Mereka hanya menghela nafas dan berharap kalau Jigwei tidak bergerak sembarangan...
"Oh iya, aku hampir lupa, dimana kita meninggalkan organ-organ manusia yang kita ambil?" Tanya Kirsten
Augusta pun menggelengkan kepalanya...
"Aku tidak ingat, saat merasakan kematian ibu, kita langsung tinggalkan itu entah dimana kan, dan kembali ke Forsaken..." Balas Augusta
Kirsten pun mengangguk
"Kakak ada benarnya juga..."
Saat mereka sedang berfikir, tiba-tiba dari jurang Abyss yang lumayan jauh dari mereka, muncul seekor naga yang langsung terbang ke langit malam...
Kirsten dan Augusta dibuat terkejut dengan hal itu... Seperti takdir memang ingin mereka bersenang-senang... Lagipula, kenapa seekor naga keluar dari jurang Abyss? Abyss kan bukan habitat mereka...
"Naga?!" Teriak Augusta...
"Kok tiba-tiba banget, kenapa seekor naga ke jurang Abyss?! Kan itu bukan habitat mereka!?" Tanya Kirsten
"Mana ku tau, mungkin dia terjebak. Apapun itu, yang pasti bukan pertanda baik!" Balas Augusta
Dengan sekejap, dia menghilang dari pandangan Kirsten... Kemudian dia muncul kembali di hadapan naga itu di udara, menghalangi jalannya...
"Tunggu aku!"
Teriak Kirsten sambil menyusul kakaknya dan berdiri di samping nya...
Namun naga itu tidak berhenti sama sekali...
Saat mendekat, Augusta pun memukul kepala naga itu dengan sangat sangat keras... Membuat naga itu sedikit terlempar kebelakang dan menggelengkan kepalanya beberapa kali sebelum akhirnya membuat kontak mata lagi dengan Augusta serta Kirsten...
Namun yang dilihat naga itu hanyalah dua siluet hitam dengan sepasang mata berwarna oranye dan sepasang mata berwarna merah
Mata Naga tersebut melebar karena terkejut, dua orang di hadapannya bukanlah manusia biasa... Namun Naga tidak akan menyerah begitu saja...
Naga itu meraung dan kembali menerjang mereka...
"Hehhh? Kalau sudah begini, kita bunuh saja dek!" Ucap Augusta dengan dua pedang kembali muncul di kedua tangannya...
Berbeda dengan Kirsten, dia memfokuskan sihir crimson di tangan kanannya...
"Jangan pakai pedang kak, sisiknya akan sulit untuk di tembus, kita pake tangan kosong saja!!!" Ucap Kirsten sebelum akhirnya menerjang balik ke Naga tersebut...
Hal itu tentu membuat Augusta terkejut, pedang di kedua tangannya pun menghilang dan dia menyeringai...
Saat pukulannya mengenai kepala sang Naga, sisik di kepalanya langsung retak dan hampir hancur...
Naga itu terlempar kebelakang, membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah...
Namun karena pukulan itu juga, tangan kanan Kirsten jadi berdarah, namun Kirsten tidak menunjukkan tanda tanda kalau dia merasakan sakit...
"Kamu tidak apa apa?" Tanya Augusta dengan nada kagum...
Kirsten pun mengangguk dan berbalik
"Aku tidak apa apa, Naga itu kecil... Sepertinya masih anak anak, yakin ingin kita bunuh?"
Tanya Kirsten balik... Pertanyaan Kirsten membuat Augusta berfikir kembali...
"Jangan, kita kurung saja, siapa tau Jigwei bisa berkomunikasi dengannya"
Mendengar itu, Kirsten pun mengangguk
"Aku juga berpikiran yang sama"
Ucapnya sambil mengepalkan tangannya... Saat itu juga, naga tadi yang baru saja bangun dari serangan Kirsten tiba tiba terlilit oleh akar akar merah yang keluar dari tanah... Akar akar itu sangat kuat, membuat naga tersebut tidak bisa membebaskan dirinya...
Akar akar itu juga melilit mulutnya, membuatnya tidak bisa meraung ataupun mengeluarkan suara...
"Sempurna!" Ucap Augusta dengan tersenyum...
Di sisi lain... Seorang gadis dengan rambut panjang berwarna perak yang mencapai lututnya berjalan menuju sesuatu...
Anehnya, dia tidak memakai baju... Iya... Dia... Telanjang...
Disekitarnya adalah adalah reruntuhan bangunan... Dan dia berjalan ke reruntuhan yang cukup spesifik, yaitu sebuah reruntuhan seperti altar dengan pilar-pilar yang sudah hancur melingkari altar, dan langit-langit nya memiliki sebuah jam, jam dengan angka yang aneh...
Tidak, itu bukan angka Romawi, namun lebih seperti simbol-simbol yang aneh...
Gadis itu terlihat tidak senang, ataupun bahagia... Dia memakai penutup mata, namun dia bisa merasakan kemana dia pergi...
Dia terduduk ke lututnya di tengah-tengah altar tersebut...
"Kematian yang menyimpang takdir. Maaf. Itu salahku karena bermain-main dengan takdir yang tertulis."
Dia menghela nafas
"Aku mempersembahkan diriku untuk sang Chaos... Aku... Mengundang Chaos kedalam diriku..."
Saat dia mengatakan itu... Tiga bola sihir muncul di langit-langit dan turun ke hadapannya...
Tiga bola sihir itu menunjukkan beberapa situasi yang berbeda... Bola pertama menunjukkan perjuangan Dalya di tanah jiwa untuk mencapai tanah pengadilan tanpa bantuan pemandu jiwa...
Bola kedua memperlihatkan Issac dan Tarnish yang berusaha melebur gelang Gluttony... Gelang itu terlihat susah untuk di lebur, Issac dan Tarnish terlihat terluka karena itu...
Dan bola terakhir menunjukkan dua situasi yang berbeda... Satu adalah Hasby dengan salah satu Beyonder dari Sefirot, dan yang satunya adalah Augusta, Kirsten dan Jigwei yang berusaha untuk berkomunikasi dengan naga...
Melihat semua itu, senyuman pahit terbentuk di wajahnya... Dia tahu betul kalau dirinya lah penyebab semua itu terjadi...
"M-Maaf... Aku seharusnya t-tidak berbicara dengan Wheel OF Fate..."
Ucapnya sambil memalingkan wajahnya karena malu atas perbuatannya sendiri...
... Saat langit-langit memusatkan energinya di tengah-tengah jam itu, gadis di bawah pun hanya bisa pasrah dan menerima kematiannya... Dia menutup matanya...
Namun saat energi itu dilepaskan dan meluncur langsung ke arah gadis itu, seseorang datang...
Dia membawa pipa dan menahan energi itu...
"Mau sampai kapan kau disitu? Kenapa kau tidak memakai baju?!"
Gadis itu terkejut... Itu adalah suara seorang gadis juga yang dia kenal... Dia pun langsung mendongak ke atas, matanya melebar karena terkejut...
Rambut berwarna biru, mata berwarna biru, baju yang di dominasi oleh warna putih dan biru... Tak salah lagi...
"L-Luno?" Ucap gadis itu
Sang Gadis berambut biru yang sekarang bernama Luno pun menyeringai
"Jangan terkejut dulu, pindah dari tempatmu itu!" Ucap Luno
Mendengar itu, sang gadis pun dengan cepat langsung berpindah dari altar tersebut kesamping...
Saat dia sudah berpindah, Luno langsung menarik pipa nya kembali, membuat energi yang di tembakan dari langit-langit altar terserap ke lantai altar...
Luno pun menghela nafas lega...
Gadis tadi pun terduduk di tanah dan terlihat gemetaran... Tak hanya karena angin dingin yang berkontak langsung dengan kulitnya, tapi juga karena selamatnya dia dari kematian...
"L-Luno... Kenapa kau menyelamatkanku?" Tanya gadis itu...
Luno pun membuang pipa nya kemudian berbalik dan menghampiri gadis itu, dia melepaskan bagian luar bajunya dan menyelimutkan itu ke tubuh gadis tersebut... Sekarang pakaian Luno hanya pakaian berwarna putih tanpa menutupi lengannya...
Terlihat lengan Luno sangat halus dan putih... Luno sendiri lebih pendek dari gadis di hadapannya...
Saat Luno menyelimutkan bajunya ke dirinya, Gadis itu terkejut dan mendongak ke atas, air mata mulai terbentuk di matanya...
Luno pun menghela nafas...
"Bell. Dengarkan aku... Aku tahu kamu merasa bersalah, aku tahu itu salahmu, aku tahu apa yang kamu perbuat..."
Luno berhenti, sebelum akhirnya melanjutkan...
"Tapi itu tidak membenarkan perilakumu yang sekarang, menyerahkan dirimu dan mengundang Chaos kedalam dirimu... Itu hal yang di kutuk oleh para petinggi Ilkareth... Bahkan beberapa Beyonder pun melarang hal tersebut..."
"Lalu kenapa kau melakukan hal itu?"
Tanya Luno dengan lembut sambil memegangi wajah Bell...
Mendengar perkataan Luno, Bell pun akhirnya menangis...
"A-Aku tidak tahu... A-Aku hanya m-merasa bersalah..." Balas Bell di sela sela tangisannya...
Luno menghela nafas
"Sudah sudah..." Luno pun mendekat dan memeluk Bell...
Siapa Bell sebenarnya? Kenapa dia yang bertanggungjawab atas kematian Dalya...? Apa yang dia lakukan...? Apa yang dia katakan kepada Roda Takdir?...