Crown of Thorns

Platform utama di Lumen Spiral runtuh perlahan. Korvel melayang rendah, bayangan jubahnya menyapu permukaan metalik seperti lembaran litani. Udara seolah hening—bukan karena senyap, tapi karena dimampatkan oleh medan absolut.

[EGO SYSTEM STATUS: SKILL INTERFACE LOCKED | NEURAL LINK INTERFERENCE DETECTED]

Sylvaris berdiri dengan napas berat. Tombaknya terasa lebih seperti besi mati—tak bisa menyala, tak bisa dipanggil ulang. Bahkan sisa fragmen di orbit tubuhnya membeku, diredam oleh efek skill suppression milik Korvel.

> “Kau melumpuhkan segalanya...” “Bahkan denyut ego. Tapi bukan kehendak.”

Korvel mengangkat kitab besar di punggungnya. Simbol litani berbentuk duri bersinar di udara—membentuk lingkaran konsentrik di sekitar Sylvaris. Setiap duri adalah segel. Setiap segel membatasi lapisan kehendak.

[SKILL: CROWN OF THORNS – ABSOLUTE DOMAIN]

“Litani” bukan mantra. Ia adalah struktur metafisik yang menulis ulang kondisi eksistensi target. Begitu domain itu terbentuk, Sylvaris merasakan seperti tubuhnya dikunci ke dalam “teks” yang tak bisa ia ubah.

> “Semua ego adalah nyanyian yang belum lengkap. Tugasku adalah membungkam mereka... sebelum melodi menyimpang muncul.”

Serangan fisik diluncurkan. Korvel melesat seperti paladin liturgi—gerakannya berat namun presisi. Setiap pukulan membawa tekanan absolut, menyebabkan medan sekitar Sylvaris retak, membentuk celah spiral seperti dimensi runtuh.

Sylvaris menghindar, menangkis dengan tubuhnya sendiri. Tak ada skill, tak ada dorongan. Tubuhnya terus-menerus terhempas, darah ungu menetes dari dagunya, namun matanya tetap menyala.

[MANUAL OVERRIDE SYSTEM: ACTIVE]

[EGO TYPE-2: SYNCBURST OVERRIDE – BERSERK PATTERN]

Tombak di tangan Sylvaris akhirnya bereaksi—secara manual. Bukan dari sistem, tapi dari dorongan kehendaknya sendiri. Ia menanamkan tombak ke tanah, lalu menghantam platform, melepaskan gelombang kinetik yang menciptakan medan pushback lokal.

> “Kalau kau membungkam egoku... maka aku akan berteriak dengan tubuhku.”

Korvel terdorong sedikit—namun tetap tenang. Ia membuka satu halaman kitab. Dari sana, duri metafisik meluncur, membentuk penjara spiral mengurung Sylvaris.

[LITANIA BINDING: SCRIPTURE PHASE II – IMMOBILIZATION]

Tubuh Sylvaris mulai kehilangan kontrol. Lututnya goyah. Rasanya seperti dimasukkan ke dalam narasi musuh—diikat oleh “kisah” yang menolak eksistensinya sebagai individu.

Tapi saat tekanan mencapai puncak...

...retakan muncul di antara kehendaknya sendiri.

Tubuh Sylvaris mulai mengeluarkan cahaya merah muda dan biru dalam bentuk gelombang spiral yang tak simetris. Bukan hasil sistem. Tapi resonansi primitif dari sesuatu yang mulai bangkit.

[INTERNAL WARNING: OVERLOAD THRESHOLD REACHED]

[SYNCBURST CORE – CRITICAL FLUX]

> “Aku bukan bagian dari litani-mu, Korvel.” “Aku bukan lirik dalam lagu siapa pun. Aku adalah distorsi itu sendiri—dan inilah nadaku.”

Korvel mencoba mengunci lagi domainnya—namun aura Sylvaris meledak.

[EGO BREAK DETECTED – EMERGENT INITIATION IN PROGRESS]

Tombaknya hancur meledak, tapi serpihannya tidak hilang—melainkan mulai berputar mengelilingi tubuhnya dalam pola yang lebih kacau. Setiap serpihan kini menyala dengan intensitas baru—bukan dari skill sistem, tapi dari kehendak inti.

[UNREGISTERED FORM DETECTED – TRANSITION INTO TYPE-3: INITIATION PHASE]

Korvel terlihat kaget untuk pertama kalinya. Kitabnya mengeluarkan getaran aneh, seolah sistem absolutnya mulai terdistorsi oleh disonansi baru ini.

Sylvaris berdiri di tengah fragmen tombak yang berputar liar, matanya bersinar dua warna—split between calculation and chaos.

> “Kau ingin menyanyikan akhirku?” “Sayang sekali... aku baru saja memulai stanza pertama.”

[NEW TECHNIQUE UNLOCKED: SYNCTORNADO – INITIATION FORM]

Ia menerjang ke depan, bukan dengan satu serangan, tapi dengan puluhan fragmen yang menyatu dalam pola spiral mematikan—menembus domain duri Korvel dan menghancurkan setiap segel liturgi dalam satu gerakan penuh.

Korvel terdorong ke belakang, armor metaphysical-nya retak. Aura absolutnya mulai pecah. Sebelum ia bisa membuka kitab lagi—

Satu serangan terakhir menabrak tubuhnya.

Ledakan kehendak dan spiral fragment meledak seperti simfoni distorsi, meruntuhkan Crown of Thorns.

Korvel jatuh. Tak musnah, tapi terpaksa mundur. Domainnya runtuh.

Sylvaris berdiri, berdarah, namun bersinar. Dia telah melewati batas baru. Ego-nya tak lagi hanya sinkron—ia telah berevolusi.

---

To Be Continued: Chapter 10 – Bloom Rejection