Pulse Fracture

“Kehendakku hadir... tapi tubuhku belum.”

Langkah Sylvaris terasa seperti gema yang terlambat. Ia sudah berniat melompat, namun tubuhnya baru melayang satu detik setelahnya. Setiap aksi seperti diputar ulang dalam versi lambat, bukan karena keinginannya, tapi karena realitas itu sendiri—menolak sinkronisasi.

[ANOMALY DETECTED – SYNC DELAY: Δ 1.3 sec]

[Causal Fragmentation: 43%]

[Initiating Stabilizer Fallback...] FAILED]

Void di sekitar Choral Abyss bukan hanya kosong—ia aktif menolak eksistensi tunggal. Di wilayah ini, segala kehendak perlu mewujud dua kali: sekali sebagai niat, dan kedua sebagai efek. Tapi bagi Sylvaris yang terbiasa menyatukan keduanya secara instan, ini seperti dihancurkan secara perlahan dari dalam.

Setiap ayunan tangan menghasilkan efek yang tertunda.

Setiap loncatan menjadi delay realitas.

Dan pikirannya—mulai mengalami split antara “yang harusnya terjadi” dan “yang sedang terjadi.”

> “Jika ini terus berlanjut... aku tidak akan tahu mana diriku yang asli.”

“Mana aku yang berhasil... dan mana yang hanya simulasi gagal dari kehendak.”

Sylvaris mengaktifkan Temporal Bind Vector dari lapisan dalam EGO-nya—teknik yang ia kembangkan untuk menyatukan layer kehendak dan materialisasi. Tapi medan di Choral Abyss tidak mengikuti aturan biasa.

[Error: Pulse Continuum Disconnected]

Sekilas, ia melihat dirinya sendiri... dari depan.

Bukan pantulan.

Bukan ilusi.

Tapi versi dirinya yang bergerak lebih cepat—aksi yang belum ia lakukan, tapi sudah terjadi di aliran waktu lokal. Sosok itu menatapnya, lalu menghilang.

> “Aku sedang mulai terpecah...”

Void retak. Medan suara runtuh.

BOOM

Ledakan eksistensial mengguncang area 0.2 AU di sekitar koordinatnya. Bukan dari musuh, tapi dari penolakan sistem Choral Abyss terhadap eksistensinya yang tidak sinkron. Void Pulse Erosion mulai menjalar di lengan kanan—bagian tubuhnya memudar seolah belum divalidasi realitas.

Sylvaris jatuh ke lutut.

> "Jadi ini maksud dari Pulse Fracture..."

[Override Protocol: Fragment Echo Detected]

[EGO CORE REACTION: TYPE-4 – NULLPOINT DRIVE – INITIATING PHASE THRESHOLD]

Lalu, sesuatu dari dalam dirinya terbuka.

Bukan ledakan kekuatan.

Bukan cahaya megah.

Tapi diam sempurna—di mana tak ada aksi, tak ada niat. Hanya keheningan total. Dan dalam jeda itu… tubuhnya, pikirannya, dan kehendaknya berhenti menjadi entitas terpisah.

Ia memproyeksikan dirinya ke tiga arah waktu: – Satu detik ke masa depan

– Satu detik ke masa lalu

– Satu detik ke titik stagnan

Dan dari ketiganya, lahir sinkronisasi mutlak.

Sylvaris berdiri—dalam bentuk baru yang tidak bisa didefinisikan oleh vektor biasa.

[EGO TYPE-4: NULLPOINT DRIVE – ACCESS: PARTIAL UNLOCK]

Tubuhnya dilapisi lapisan Void Silhouette, di mana keberadaan dan ketiadaan menyatu. Gerakannya tak lagi memiliki delay—karena ia menghapus konsep keterlambatan. Pulse di sekelilingnya berdenyut dalam irama yang membatalkan eksistensi lain yang mencoba meniru intensitasnya.

Lalu sebuah entitas muncul dari kedalaman abyss, terseret oleh energi baru yang dipancarkan Sylvaris.

Bentuknya cacat, tersusun dari versi-versi gagal Sylvaris sendiri—serangan masa lalu yang pernah ia batalkan, manuver yang tidak jadi ia lakukan, semua muncul sebagai makhluk real.

> “Kau... adalah hasil dari kehendakku yang tak pernah aku izinkan terjadi.”

Sylvaris menatap mereka—dan mengangkat tangan.

“Nullpoint Shift – Reset Causality.”

Satu gerakan.

Tak ada ledakan.

Tak ada efek sinematik.

Tapi semua versi itu terhapus, bukan karena dikalahkan—tapi karena tidak lagi relevan di garis waktu saat ini. Sylvaris telah menjadi singularitas kecil. Ego yang tidak bisa digandakan, tidak bisa ditiru.

Ia bergerak sekali lagi—dan kini, realitas mengikutinya, bukan sebaliknya.

[SYNC RESTORED – STABILITY: 98%]

[NEXT OBJECTIVE: CHORAL CORE — ACCESSING ECHO BREACH]

Ia menatap jauh ke dalam jurang.

“Bawa aku ke intimu, Abyss. Aku tak akan menunggu kehendakku disetujui lagi.”

Langkah berikutnya bukan hanya untuk bertahan.

Langkah berikutnya adalah untuk mendefinisikan ulang dirinya sendiri.