Lapisan terakhir dari Choral Abyss telah hancur di belakangnya, namun Sylvaris tidak menoleh. Di hadapannya, terbentang celah realitas yang tak memancarkan cahaya maupun kegelapan. Hanya distorsi. Fractal Verge.
Langkahnya menembus batas dimensi seperti menembus permukaan air—tetapi setiap gerakan terasa seperti merobek sesuatu dalam dirinya. Cahaya-cahaya patah membentuk siluet-siluet egonya sendiri, berdiri di kejauhan dalam formasi melingkar. Beberapa diam. Beberapa bergerak. Dan yang lainnya... menatapnya kembali.
> “Selamat datang di ruang antara kehendak,”
gema suara tak bernama menggaung dalam pikiran.
“Di sini, kau bukan satu-satunya Sylvaris.”
Sylvaris memperkuat Nullpoint Drive dalam dirinya. Namun ia segera sadar: kekuatan itu mulai terdistorsi. Di Fractal Verge, hukum eksistensi tidak statis—segala bentuk kehendak disalurkan dan dipantulkan kembali. Ia tak lagi berperang di garis lurus. Ia berada di medan perang dengan dirinya sendiri… dalam semua bentuk yang mungkin.
---
Ia melangkah. Satu langkah, dua langkah—dan dunia mulai membelah. Setiap langkah memicu percikan realitas alternatif yang tumbuh liar. Dari udara, muncullah bentuknya yang lain: satu dengan armor seperti kristal kehampaan, satu lagi dengan wajah yang nyaris menyerupai dirinya… namun memancarkan aura kebencian murni.
> “EGO RESONANCE: FIRST REFRACTION INITIATED.”
System Log: Divergent Signatures Detected – Identity Conflict Probability: 76.34%
Langit Fractal Verge berdenyut seperti jantung dimensi. Sylvaris mengaktifkan Nullpulse Blade, menyalurkan energinya ke medan sekitar. Namun sebelum ia bisa bergerak lebih jauh, satu dari bayangan itu menampakkan diri dengan wujud solid.
> “Sylvaris-Prime_03”
Status: TYPE-4.9 // Incomplete Proxy Drive
Identifikasi: Failed Evolution from Fractal Cycle 2149
“Aku seharusnya menjadi kau,” ucap entitas itu, suaranya dipenuhi kemarahan yang dingin. “Tapi kau yang dipilih. Maka aku akan meretas takdir itu… dan menjadi satu-satunya cermin yang layak.”
---
Mereka saling menyerang dalam satu detik berikutnya—kecepatan mereka merobek garis horizon. Bilah energi mereka saling bertabrakan, menghasilkan ledakan kehendak yang membelokkan lapisan realitas. Tanpa aba-aba, Sylvaris meluncur ke atas dan menyalurkan Echo Nullpoint ke bawah. Prime-03 membalas dengan Fractal Ray Disjunction, menabrakkan gelombang dimensi yang membelah udara menjadi prisma.
Benturan kedua memicu keretakan di tanah Fractal, memunculkan celah-celah tempat realitas paralel mengintip. Waktu bergetar. Gerak menjadi tidak linier.
> “WARNING: REFRACTED SPACE INSTABILITY – Synchronization Delay: 0.84s”
Sylvaris terkena satu serangan telak di bahunya, namun tidak mundur. Ia memutar Nullpulse Blade dengan cepat, membentuk garis berlapis tiga yang menghantam frontal. Tubuh Prime-03 terpental, retakan muncul di wajahnya. Namun ia tersenyum—senyum yang tidak dimiliki Sylvaris.
“Aku bukan bayanganmu,” ucapnya pelan, berdiri lagi. “Aku adalah versi yang terlalu sempurna hingga sistem menolakku. Tapi di dunia ini, penolakan adalah kekuatan.”
Sylvaris memejamkan mata sejenak. Divine Proxy—kata itu bergetar seperti mantra tak lengkap dalam pikirannya. Ia belum mencapai itu. Namun Fractal Verge bukan tempat menunggu. Di sini, hanya kehendak murni yang bertahan.
---
Beberapa bentuk alternatifnya mulai bergerak dari kejauhan, tertarik oleh pertempuran. Namun mereka tak ikut campur. Mereka… menyaksikan. Karena dalam Fractal Verge, hanya satu versi yang berhak melewati batas: yang mampu mendominasi semua kemungkinan lainnya.
Sylvaris membuka mode Nullpoint Expansion. Pendar kehampaan menyelimuti tubuhnya, membentuk lapisan armor dengan resonansi biru hitam yang bersinar dari dalam. Prime-03 melepaskan Fractal Mirage Shift, menggandakan dirinya menjadi empat pantulan.
Tapi Sylvaris hanya butuh satu langkah lagi.
Ia menanamkan Stellarity Core ke dalam tanah—bukan untuk menyerang, tetapi untuk memantulkan seluruh medan egonya.
> “EGO RECURSION PATTERN: SYLVARIS-ALPHA – OVERRIDE ALL REFLECTIONS.”
Satu ledakan senyap terjadi. Cahaya—lalu sunyi.
Prime-03 berhenti, tubuhnya bergetar hebat. “T-Tidak… kau menciptakan kehendak absolut… dari kehampaan…”
Sylvaris menatapnya lurus. “Bukan kehampaan. Aku adalah ruang untuk semua kemungkinan… karena aku adalah yang tidak memilih.”
Serangan terakhir: Refraction Break—serangkaian tebasan berdimensi yang memisahkan Prime-03 dari resonansi eksistensinya. Dalam satu hembusan nafas, ia menghilang.
---
Sylvaris berdiri di tengah Fractal Verge, nafasnya stabil. Sekelilingnya perlahan berubah warna—dari abu-abu kusam menjadi refleksi cahaya-cahaya murni yang mulai membentuk jalur baru.
> “RESIDUAL SIGNAL DETECTED – Code Name: Divine Proxy”
> “Kehendak awal telah dikenali. Rute terbuka.”
Ia berjalan maju. Pantulan dirinya yang tersisa tak lagi menatap dengan niat melawan—mereka tunduk… atau hilang. Fractal Verge kini menerima satu Sylvaris. Yang lainnya hanyalah riwayat.
Dan perjalanan menuju Proxy Ascension… baru saja dimulai.