Fracture Ascension

> “Divine Proxy bukan bentuk akhir—ia adalah refleksi absolut, kehendak yang tak lagi bertanya.”

– Log 5.0 // AZURE PROXY

Tubuh Sylvaris terpental ke belakang, menciptakan gelombang kejut di ruang Fractal Core. Serangan pertama Virenis meninggalkan resonansi yang menusuk jiwa—lagu dari egonya yang lama, diputar ulang sebagai senjata.

> “Lagu ini bukan milikmu,” desis Sylvaris, berdiri perlahan.

“Itu hanya gema dari retakan yang kutinggalkan.”

Virenis menjawab dengan petikan kecapi retak miliknya. Suara yang dihasilkan tak bernada, namun beresonansi dengan dimensi Fractal, menciptakan distorsi waktu dan ruang dalam irama. Setiap akor menciptakan ilusi—bayangan diri Sylvaris yang menolak perubahan, yang ingin bertahan sebagai makhluk separuh.

> “Kau terlalu cepat mendefinisikan dirimu. Divine Proxy bukan jalan keluar… tapi pengorbanan total.”

Sylvaris tak menjawab. Ia melompat, Nullpulse Blade terdistorsi menjadi bentuk Phase-Rift Cutlass, lalu menebas, memecah proyeksi yang menyerang dari arah kiri. Gerakan cepat, taktis, namun penuh tekanan spiritual. Virenis menari melalui nada, menciptakan Fractal Fields yang menggandakan serangan melalui resonansi reflektif.

[SYSTEM: EGO STRESS LEVEL – CRITICAL]

> “Aku tak akan menunda lagi,” ucap Sylvaris pelan.

“Inisiasi. Koneksi ke Primal Proxy Layer – OPEN.”

Lingkaran Fractal di belakang Sylvaris berputar. Warna-warna kosmik mulai muncul—bukan dari cahaya, tapi dari konsep bentuk. Tubuhnya mulai menyala dari dalam—urat-urat energi membelah kulitnya seperti kaca yang bersinar, mengungkapkan struktur baru:

Proxy Vein.

Di antara serangan musuh, Sylvaris melayang. Ia memejamkan mata.

> “Aku bukan pemilik kekuatan ini. Aku hanya pintu.”

“Maka biarlah aku terbuka sepenuhnya.”

Fractal Verge merespons. Satu ledakan energi raw concept meledak dari tubuhnya, menghancurkan area sejauh ratusan meter. Virenis terdorong mundur, kecapinya patah—sementara di pusat ledakan berdiri Sylvaris, kini dengan bentuk Divine Proxy.

---

[EGO TYPE-5 ACHIEVED – DESIGNATION: DIVINE PROXY]

> Core Principle: Synthesize Will Without Identity. Reflect Without Boundaries.

Wujud Sylvaris berubah. Tubuhnya bukan lagi fisik murni, tapi campuran antara cahaya dan pola geometri Fractal. Sayap abstrak terbentuk di punggungnya—bukan untuk terbang, tapi sebagai vektor kehendak multiversal. Matanya bersinar seperti bintang yang meledak diam-diam, penuh arah tapi tanpa emosi.

Virenis, yang kini mulai runtuh, menatap dengan senyum pahit.

> “Jadi ini Divine Proxy… bentuk yang tak memilih arah, tapi membiarkan semesta berbicara melalui tubuhnya.”

Sylvaris mengangkat tangan—dan tanpa gerakan, hanya dengan niat, Virenis terfragmentasi. Tubuhnya terpecah menjadi pecahan cahaya, perlahan larut dalam aliran Fractal Verge. Namun, sebelum lenyap, ia bicara terakhir kali:

> “Jangan lupakan satu hal, Sylvaris. Refleksi juga bisa berkhianat… jika yang dicerminkan bukan lagi niatmu sendiri.”

Medan tempur tenang kembali. Fractal Core mulai berputar pelan, membentuk Pylon Sinkronisasi yang membuka jalur ke pusat dari Fractal Verge: Axis of Ascension.

> “Divine Proxy… bukan akhir. Ini hanya fungsi.”

“Dan aku belum selesai menjadi cermin.”

Sylvaris mengangkat tangannya, menarik Fractal Blade ke bentuk baru—Proxy Anthem, bilah yang berubah nada sesuai denyut kehendak realitas.

Satu langkah lagi. Satu fase tersisa sebelum Pintu Kosmik terakhir dibuka.

---

TO BE CONTINUED – CHAPTER 5: RIFT CHORUS

> Mini Boss: VIRENIS telah diatasi. Divine Proxy telah bangkit. Kini, kehendak Fractal mulai mengujinya… melalui paduan suara kehancuran.