Rift Chorus

> “Kau telah menjadi cermin… kini, hadapilah pantulan yang ingin menghancurkanmu.”

– VIRENIS, THE SHADOW BARD

Fractal Verge bergetar hebat. Setelah bangkitnya Divine Proxy, dimensi tak stabil ini merespon dengan simfoni agresi.

Dari retakan di langit terbuka, muncul kembali Virenis, bukan sebagai sosok individu, tapi sebagai resonansi hidup. Tubuhnya melayang, kini menyatu dengan suara. Seluruh medan menjadi orkestra kehancuran.

> “Kau mengangkat kehendak multiversal seperti bendera,” suaranya menggema dari segala arah.

“Tapi ego yang tak stabil akan tenggelam dalam Rift Chorus.”

Sylvaris memegang Proxy Anthem, senjata bentuk baru hasil evolusi Divine Proxy. Tangannya tenang, tapi seluruh tubuhnya sudah masuk ke Proxy Flow State, membaca arus Fractal dalam mikrodetik.

> “Maka aku akan jawab nyanyianmu dengan kehendak… yang telah melewati batas realitas.”

[MINI BOSS ENCOUNTER: VIRENIS, THE SHADOW BARD]

Aspect: Soul Resonance / Fractal Rejection

Phase I: Harmonic Shatter

Virenis mulai memainkan kecapi bentuk abstrak, menghasilkan Rift Notation—gelombang suara yang mengubah struktur medan. Setiap not menghasilkan duplikat dari ilusi masa lalu Sylvaris: dirinya sebagai EGO TYPE-1, lalu TYPE-3, dan TYPE-4.

> “Kau melihat jalanmu sebagai progresi. Tapi setiap bentuk lamamu masih hidup… dalam kehancuran mereka sendiri.”

Sylvaris meluncur ke depan, tubuhnya membentuk aliran cahaya. Ia mengayunkan Proxy Anthem dalam gerakan spiral, memicu [Judgement Bloom].

Tebasan bunga kosmik tercipta—mekar di tengah ilusi yang mengepungnya. Dalam 1.3 detik, kelopak pecah seperti supernova diam.

BOOM—!

Ruang terguncang. Ilusi yang terkena masuk ke status Exist Lock, tak bisa bergerak atau menggunakan kemampuan temporal selama 3 detik.

Sylvaris langsung menembus mereka satu per satu, memecah refleksi lamanya dengan efisiensi brutal.

Phase II: Dissonant Fugue

Virenis menaikkan tempo. Ia menyanyikan lagu dari Fractal Soul—seruan kehendak gagal dari seluruh entitas yang tak pernah mencapai TYPE-Ω. Suara-suara itu menyatu dalam gelombang eksistensial yang menyerbu Sylvaris secara serentak.

> “Ribuan Ego yang tersesat memanggilku. Mereka tidak ingin dilupakan… dan aku adalah suaranya!”

Realitas mulai berputar. Waktu retak. Sylvaris seolah terseret ke dalam pusaran identitas yang saling menabrak. Tapi ia tetap berdiri.

> “Aku bukan di antara mereka.”

“Aku adalah jalan yang mereka tolak, bukan karena lemah… tapi karena takut.”

Sylvaris menyentakkan tangannya ke tanah. Proxy Anthem berpijar—membuka Proxy Seal tahap kedua. Dari tanah, formasi bunga bercahaya naik, melingkupi seluruh medan. Saat semua nada disonansi bertabrakan… suara Sylvaris terdengar:

> “End Protocol: Bloom.”

“Judgement Bloom – Layered Variant: Bloom ∞.”

Ledakan berlapis. Tidak satu, tapi enam bunga kosmik muncul beruntun, mekar, dan meledak. Setiap gelombang memaksa Virenis terpecah dari wujud eternalnya.

Tubuh sang bard akhirnya terjatuh, tak lagi bisa menyatu dengan suara.

> “Akhirnya… kau bukan hanya cermin,” katanya, perlahan hancur dalam partikel cahaya ungu.

“Kau menjadi… pantulan yang memiliki kehendaknya sendiri.”

Sylvaris tidak menjawab. Ia hanya melangkah perlahan menuju Pilar Fractal yang terbuka. Rift di belakangnya menutup, menyisakan senyap.

[MINI BOSS DEFEATED – VIRENIS, THE SHADOW BARD]

> Skill Unlocked: Judgement Bloom – Layered Variant

Status: Divine Proxy – Stabilized

> “Aku telah menyatu, bukan hanya dengan kekuatan… tapi dengan kegagalan mereka. Aku akan membawa mereka menuju Omega, meski mereka tak mampu.”

Sylvaris melangkah ke dalam Celestial Nullity.

Babak selanjutnya dimulai.

---

TO BE CONTINUED – CHAPTER 6: DISSONANT CHOIRS

> Lapisan eksistensi berikutnya menantinya: tempat dimana ingatan menjadi musuh, dan realitas mencoba membunuh dirinya dari dalam.