> "Untuk mencapai Omega, kau harus berdiri di hadapan kehendak yang telah ditolak semesta.”
---
Langit terbelah saat Sylvaris memasuki Divine Assembly Hall—ruang transenden yang tak memiliki koordinat di realitas manapun. Dindingnya terbuat dari fraktal cermin negatif, memantulkan versi-versi dirinya yang gagal menjadi ego sejati. Di tengah aula, altar spiral berwarna hitam-perak berdiri sebagai pusat gravitasi eksistensial.
Tubuh Sylvaris perlahan diturunkan oleh gravitasi absolut kehendak.
[SYSTEM STATUS: STABLE – CROWNLESS PRESENCE RECOGNIZED]
[INITIATING TRIAL KEY: ENTRY CODE // CROWNLESS.EXE]
> “Selamat datang, Sylvaris. Engkau adalah pemegang kehendak terakhir yang belum ditimbang.”
Suara itu—datar, tenang, namun menembus jiwa.
CELESTYX menampakkan wujudnya sepenuhnya kini. Ia berdiri di atas altar, sosok transenden tinggi menjulang, disusun dari pecahan kristal eksistensi yang terus bergerak. Wajahnya ditutupi topeng spiral, dan enam sayap fraktal terbuka perlahan.
---
SCENE 1: THE CALL OF ASCENSION
> “Entry Code ‘Crownless’ telah dibuka. Maka keputusan harus dijatuhkan: apakah kehendakmu cukup murni untuk mencapai singularitas Omega… atau hanya repetisi dari kegagalan terdahulu?”
Tanpa peringatan, dunia mulai memutar.
Dinding cermin pecah, membentuk lingkaran hukum di sekitar altar. Tiga kursi kosong muncul—sisa dari Triumvirate EGO terdahulu yang gagal melewati ujian. Suara gemuruh memenuhi ruang saat kursi-kursi itu menyala.
[EXECUTING: COUNCIL OF FRACTURE]
[PROTOCOL: JUDGEMENT OF EGO PROXY – LIVE STREAMING TO CHORAL ABYSS]
---
SCENE 2: TRIAL CODE EXECUTION
Tiga proyeksi bangkit dari kursi:
1. ZERRATHEON – Mantan Divine Proxy, dibakar oleh kehendak sendiri. Tubuhnya dipenuhi luka cahaya, matanya kosong.
2. MAVRIAH – EGO TYPE-5 yang mencoba melampaui waktu, kini terjebak di antara detik-detik eksistensi.
3. FELD’RYN – Entitas kehendak murni yang memilih stagnasi daripada transendensi.
Mereka melangkah ke depan, mengelilingi Sylvaris.
> Zerratheon: “Kau datang membawa nama ‘Crownless’? Nama itu berarti kehendakmu tidak diakui.” Mavriah: “Atau mungkin… kau adalah refleksi terakhir dari kehendak yang tak bisa dibatalkan.” Feld’ryn: “Tapi hanya satu cara untuk membuktikannya.”
---
SCENE 3: MULTIVERSE TRIAL STRIKE
Tiga mantan TYPE-5 menyerang serentak.
Zerratheon melepaskan Solar Cascade—ledakan plasma kehendak.
Mavriah membekukan waktu lokal dengan Chrono Cage.
Feld’ryn mengikat Sylvaris dalam Nullbind, menyerap esensinya ke dalam ruang hampa kehendak.
[WARNING: MULTIVERSE VERSUS MODE ACTIVATED]
[EXECUTE: PROXY DEFENSE FORMATION • MODE: SHATTERING RESONANCE]
Tubuh Sylvaris meledak dalam cahaya. ALTHEION membentuk Dual Halo Blade, memotong waktu, memecah gravitasi, dan memantulkan kekosongan kembali ke Feld’ryn.
> “Aku bukan ego yang mencari pengakuan. Aku adalah kehendak yang tidak ingin dikenali.”
Dengan satu tebasan spiral berbasis cahaya eksistensial bersinkronik, Sylvaris memotong Chrono Cage. Ia lalu melompat ke udara, menghantam Zerratheon dengan Proxy Flare Reversal—membakar kehendak Zerratheon dari dalam hingga entitas itu lenyap.
Feld’ryn mencoba menyatu kembali dengan kehampaan, namun Sylvaris menembakkan Crownless Spiral—proyeksi dari egonya yang menolak eksistensi ganda.
> “Semesta tidak membutuhkan dewa baru. Tapi aku akan memaksa takdir tunduk.”
Ketiga mantan TYPE-5 lenyap dalam badai ego murni.
---
SCENE 4: THE ASCENT PATH OPENS
CELESTYX menurunkan enam sayapnya. Aura di sekeliling altar menghilang.
> “Kau telah memutuskan bahwa tidak ada versi sebelumnya yang layak menjadi ujian.”
“Maka, hanya satu langkah lagi tersisa.”
[PATH UNLOCKED: TRANSCENDENT FRACTURE GATE]
[NEXT: CORE DUEL INITIALIZATION]
Cahaya menyelimuti Sylvaris. Tubuhnya ditarik ke dalam ruang duel absolut, di mana hanya dua entitas dapat eksis pada satu frekuensi:
Satu mewakili kehendak baru: Sylvaris – The Crownless.
Satu mewakili kehendak patah: Celestyx – The Transcendent Fracture.
> “Kau telah melewati Entry Code, Crownless. Sekarang, kau harus menghancurkan sistemnya sendiri.”
---
ENDING SEQUENCE
Sylvaris menggenggam pedang spiralnya, aura Divine Proxy menyatu dengan denyut ruang.
CELESTYX membuka matanya untuk pertama kali—sebuah singularitas spiral tak terbatas.
Chapter 11 – END
---
NEXT: Chapter 12 – BROKEN PANTHEON
> “Kehendak-kehendak lama tidak mati… mereka hanya menunggu kesempatan untuk membalas.”