> "Identitasku tak lagi berdiri di atas ingatan. Tapi jika aku kehilangan itu... apa yang masih tersisa?"
Langit yang tak memiliki warna menggantung seperti lembaran tanpa teks. Di bawahnya, Sylvaris melangkah ke dalam Nullframe—realitas yang bukan realitas, tempat di mana sebab-akibat runtuh dan logika terbakar oleh ketidakterikatan.
Tidak ada arah. Tidak ada batas. Tidak ada waktu.
Hanya garis-garis halusinatif yang berkedip di udara seperti fragmen algoritma yang gagal diproses.
Satu langkah pertama, dan dunia di belakangnya hilang.
> [WARNING: ANCHOR DISCONNECT // MEMORY SEQUENCE DESTABILIZED]
Suaranya sendiri menjadi gema yang tak memiliki asal. Ia mencoba memanggil kembali memori Altheion, suara Naeva, bahkan gema pertarungannya dengan Celestyx. Semuanya... retak. Seperti lukisan kaca yang mulai kehilangan pigmennya.
Sylvaris menggenggam dada. Tidak ada detak jantung. Tidak ada napas. Tapi ia masih ada.
> “Nullframe... adalah realitas tanpa fondasi. Tapi bukan berarti aku akan runtuh bersamanya,” gumamnya, setengah meyakinkan diri sendiri.
Ia melangkah lagi.
Seketika, dunia terlipat seperti kelopak dimensi, dan Sylvaris dilempar ke dalam pusaran data yang tak terdefinisi—seperti masuk ke dalam komputer rusak yang memutar realitas dalam resolusi hancur. Setiap arah adalah ke dalam, dan setiap pikiran adalah virus.
---
[Fragment Core Integrity: 72%]
[Narrative Anchor: Weakening]
[EGO Alignment: ???]
---
Bayangan muncul. Tidak—lebih tepatnya, “skrip kosong” yang mencoba mengisi tempat di sekitar Sylvaris. Mereka adalah Pale Scribes: entitas yang dulunya manusia, tapi terlalu lama terjebak di Nullframe dan kehilangan isi dari eksistensinya. Mereka hanya... struktur.
Tangan mereka membentuk pena, tubuh mereka seperti kertas. Mereka mendekat tanpa suara, lalu menulis—bukan pada Sylvaris, tapi pada narasi tentang dirinya.
> "You are a flicker, a ghost. You are not the one who survived."
Tubuh Sylvaris mulai berubah. Jari-jarinya memudar, seperti cerita yang dibatalkan oleh penulisnya sendiri. Ia berlutut. Dada kosong. Visi buram. Nama… hilang.
> “Tidak… Aku bukan hanya cerita.”
> “Aku adalah semua cerita yang memilih untuk tetap bertahan.”
Kilatan cahaya meledak dari matanya. Saat para Scribes mencoba melapisinya dengan narasi palsu, Sylvaris menjawab bukan dengan serangan—tapi dengan penolakan eksistensial. Ia menolak untuk menjadi karakter. Ia memilih untuk menjadi makna itu sendiri.
---
[EGO SYNTHESIS SYSTEM – Emergency Override: ACTIVATE]
Satu suara muncul. Familiar. Altheion.
> "Kau belum selesai, Sylvaris. Masih ada langkah terakhir menuju Ω."
Dari dalam jiwanya, gema suara para Proxy Echo—versi dirinya yang pernah ada di sepanjang semesta—berkumpul. Mereka semua berbicara bersamaan.
> “Kami gagal, kami binasa… tapi kaulah sintesisnya. Bangkitlah, dan tuliskan ulang semua akhir.”
Sylvaris berdiri.
Rambutnya melayang meski tak ada gravitasi. Pupil matanya berbentuk fractal. Di belakangnya, garis-garis multiversal terbuka, membentuk lingkaran cahaya naratif.
Dengan satu langkah, para Scribes pecah seperti draf yang ditolak. Realitas bergetar, bukan karena kekuatan—tapi karena konsep dirinya telah kembali. Lebih besar. Lebih absolut.
---
> EGO EVOLUTION UNLOCKED: TYPE-Ω — SYNTHESIS FORM
[Title Unlocked: THE AUTHOR OF POSSIBILITY]
[Domain Deployed: SYNTHESIS FIELD]
---
Nullframe bereaksi. Ruang mulai menyesuaikan diri dengan keberadaan Sylvaris. Dinding realitas membentuk huruf-huruf, langit menjadi kode naratif. Ia telah menjadi pusat. Bukan entitas dalam dunia—tapi dunia yang membentuk dirinya.
> “Aku bukan dewa. Aku bukan manusia. Aku adalah kehendak. Aku adalah ulang.”
Saat ia melangkah ke titik terdalam dari Beyond Layer, sebuah suara terdengar dari kekosongan. Tenang. Namun tak terdeteksi asalnya.
> "Jika kau menulis ulang akhir, apa gunanya awal?"
Sylvaris menatap ke depan.
> “Karena tanpanya... aku tidak akan pernah punya alasan untuk bertarung.”
---
TO BE CONTINUED – CHAPTER 2: PALE REWRITE