Silence Beyond Echoes

Setelah kehancuran Anti-Verse dan Collapse Nova menyerap segala bentuk dari Black Hole Entity, Sylvaris berdiri di ruang yang tidak memiliki nama. Tidak ada gravitasi. Tidak ada langit. Tidak ada bunyi.

Hanya satu hal yang tersisa:

Diam.

Senyap yang begitu pekat hingga waktu sendiri merasa tidak diundang.

---

> "Di mana aku sekarang?"

Langkah Sylvaris tidak menghasilkan gema.

Tubuhnya masih menyala dengan sisa Synthesis Mandate, tapi bahkan cahaya itu tidak menyentuh apa pun.

Seperti ia melayang dalam ruang yang belum dirancang.

Sebuah notifikasi sistem berkedip:

> [ZONE RECOGNITION: DREAMER’S GATE]

“Wilayah akhir dari seluruh kemungkinan. Access granted – Omega-Class User Confirmed.”

---

Ia tiba di batas paling akhir dari Paracausal Web.

Tempat di mana tidak ada lagi jalur multiverse.

Tidak ada layer. Tidak ada fraksi. Tidak ada konflik.

---

Hanya... seorang penunggu.

---

Visual perlahan mengubah tone layar.

Putih bersih menjadi warna pastel keabu-abuan.

Udara terasa berat, bukan oleh tekanan, tapi oleh eksistensi yang terlalu luas untuk dipahami.

Sylvaris berdiri diam.

Matanya menatap horizon—dan melihat sesuatu yang bukan bentuk, bukan sosok, bukan suara, tapi kehadiran.

---

> “...Atherya.”

---

Cutscene berlangsung diam.

Tidak ada dialog.

Tidak ada efek ledakan.

Hanya kamera perlahan mendekat ke wajah Sylvaris, sorot matanya yang kini tidak lagi penuh kebencian.

Tapi juga belum penuh pengertian.

Sebuah suara muncul, tidak dari luar, tapi dari dalam kesadaran.

> “Kau telah menembus batas yang tak pernah bisa kutembus.”

“Selamat datang... di akhir narasi.”

---

Atherya belum terlihat.

Tapi Sylvaris tahu—ia sedang diawasi.

---

Fokus adegan:

Sylvaris menjelajahi ruang itu.

Ia melewati jalan tanpa ujung, tangga yang menuju ke samping, dan cermin yang memantulkan versi dirinya yang tak pernah terjadi.

Semua diam.

Semua sunyi.

Semua... berasa terlalu nyata.

---

Visual:

– Latar seperti ruang mimpi tanpa arsitektur, seperti kombinasi kuil Yunani dan data glitching.

– Tidak ada horizon. Tapi ada arah.

Akhirnya, ia mencapai altar—bernama:

> [SYNAPTIC CORE – ATHERYA’S SEAT]

Di sana, sebuah kursi kosong menunggu.

Namun terasa seolah sudah diduduki selama ribuan tahun.

---

> “Kau tidak akan menemukanku dengan kekuatan.”

Suara lembut.

Penuh keheningan yang menyayat.

---

> “Tapi kau sudah tahu itu, bukan?”

---

Sylvaris mengangguk perlahan.

EGO-nya menyala, tapi tidak untuk bertarung.

Ia tidak menyiapkan senjata, tidak meluncurkan skill.

Hanya berdiri.

Mengakui bahwa pertempuran berikutnya... bukan tentang siapa yang terkuat.

---

> “Atherya... apa kau menungguku selama ini?”

Pemandangan terakhir:

Kamera dari atas memperlihatkan Sylvaris kecil di tengah ruang tak terbatas, seperti satu titik di antara kekosongan mimpi.

Tulisan muncul perlahan:

---

NEXT – Chapter 12: The Dream Without Form

“Dan pada akhirnya... dunia tanpa penderitaan pun bisa menjadi penjara.”