"Huwaaaa... akhirnya selesai!"
Lylah meneguk air dari dalam kantung kulit miliknya dengan rakus.
Di belakangnya—lebih tepatnya di sandaran untuk badan Lylah—Rocky sedang memilah dan memilih kristal berwarna ungu yang beraneka bentuk. Meskipun tidak bisa melihat warna kristal tersebut, ia tahu bahwa kristal-kristal itu memiliki bentuk dan kepadatan mana yang berbeda-beda. Ia juga baru menyadari bahwa kandungan mana di dalamnya tidak setenang pada batu mana biasa. Semakin padat mananya, maka permukaan kristal akan semakin besar, halus, dan jelas. Rata-rata kristal tersebut berbentuk seperti dua limas segi empat yang alasnya disatukan—atau hanya berupa pecahan.
Ketika Rocky memakannya, sesuatu dalam dirinya mulai terisi. Rasanya hampir sama dengan memakan batu atau kristal mana, namun Rocky menganggap bahwa itu hanyalah mana yang memenuhi tubuhnya. Ia merasa kapasitas mana yang bisa ditampungnya masih tersisa banyak. Selain itu, indranya juga semakin tajam dan meluas setiap kali ia memakan kristal monster tersebut—meskipun hanya sebagian kecil—namun lebih baik daripada tidak sama sekali.
Sementara itu, Master Sage memandang Rocky dan Lylah yang kini tampak seperti melupakan pertarungan hidup dan mati yang baru saja mereka lalui.
"Kalian ini... kita tidak sedang bertamasya, kalian tahu itu!" kata Master Sage mengingatkan.
Lylah tersenyum lebar saat menatap masternya.
"Hehehe... tapi tadi seru sekali, Master! Bukankah begitu, Rocky?"
Rocky yang sedang mengunyah kristal monster hanya bisa mengangkat kedua bahunya sambil mengangguk.
"Haah, sudahlah... Sepertinya kita hanya sial karena hari ini mungkin adalah musim kawin mereka," gumam Master Sage sambil memandang taman yang kini seperti kapal pecah. Beberapa golem petani terlihat sedang membersihkan dan menata kembali taman yang porak-poranda.
Sebelum taman itu berpindah tempat, Master Sage dengan cepat mengeluarkan sebuah kantung dan melemparkannya dari ketinggian. Kantung itu mendarat di dekat para golem yang bekerja. Rocky bisa merasakan bahwa di dalam kantung tersebut terdapat beberapa biji tanaman, yang kemungkinan besar merupakan pasokan sayuran untuk Lylah dan Master Sage.
"Baik, kita turun dan mencari pasokan batu atau kristal mana. Master sudah kehabisan batu itu," kata Master Sage sambil turun dari atas genteng.
Mendengar itu, Lylah langsung memasukkan kantung minumnya ke dalam jubahnya dan mengejar.
"Tu-tunggu, Master! Rocky, ayo!"
Rocky mengikuti dari belakang sambil membawa tumpukan kristal monster yang akan dititipkan kepada Lylah untuk menyusul Master Sage.
Saat ini mereka berada di sebuah menara pengawas yang menjulang tinggi dan kebetulan belum bergerak. Lylah dan Rocky memasuki menara tersebut untuk menyusul Master Sage. Ketika mereka sudah di dalam, Master Sage telah mengeluarkan sebuah bola cahaya dari tongkatnya. Ia mengangguk kepada mereka.
"Ayo, Rocky. Kau di depan. Bangunan ini memiliki banyak jebakan, jadi kau yang mengatasinya."
Rocky tanpa ragu langsung mendahului mereka. Namun ketika hendak menuruni tangga, Lylah menahan Rocky dengan memegang pinggangnya.
"Tunggu! Kenapa harus Rocky yang berada di depan?"
Master Sage menatap muridnya yang protes, tampak bingung.
"Kalau bukan dia, lalu siapa lagi?"
Lylah menatap marah masternya dan berteriak,
"Bukankah biasanya kita menggunakan sihir deteksi jebakan!? Lalu kenapa Rocky yang harus jadi tumbal!?"
Master Sage kini tampak jengkel dan langsung menyentil dahi muridnya.
"Sihir deteksimu tidak terlalu efektif, sementara Master harus menghemat mana. Selain dia, siapa lagi yang bisa diandalkan?"
Lylah menyeringai dan menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Hehehe... benar juga. Maaf, Master. Dan Rocky! Aku akan mengingat jasa-jasamu!"
Perkataan terakhir Lylah disertai dengan hormat kepada Rocky—yang tentu saja membuatnya kembali mendapatkan sentilan di dahinya.
'Jangan katakan seolah-olah aku adalah pahlawan yang pasti akan gugur di medan perang!'
Suara Rocky terdengar seperti gesekan dan benturan batu dari mulutnya.
"Aduh! Master! Rocky! Jangan terus memukul kepalaku! Nanti aku jadi bodoh!"
Kini ketiganya berjalan menuruni menara pengawas. Sesuai dengan perkataan Master Sage, perjalanan mereka dipenuhi jebakan. Dengan Rocky di barisan depan, perjalanan mereka tetap aman meski tubuh batu Rocky beberapa kali hancur akibat jebakan mematikan. Namun, hal itu bisa diatasi karena Lylah yang berada di belakang selalu memberikan kristal monster, membuat regenerasi Rocky semakin cepat.
Di barisan paling belakang, Master Sage menatap Rocky dengan tatapan menyelidik. Rasa curiga dan tidak suka kepada Rocky kini telah hilang sepenuhnya. Yang tersisa hanya rasa penasaran terhadap misteri Rocky dan kapasitas mananya yang seolah tak pernah habis.
"Hmm... berarti bisa diberi kristal monster juga, ya?"
Mendengar gumaman itu, Lylah menoleh dan bertanya.
"Hm? Ada apa dengan kristal monster, Master?"
Master Sage menggeleng.
"Ehem. Kau tahu kan, kristal monster adalah kristalisasi mana pada tubuh monster, sekaligus simbol kekuatan mereka?"
Lylah mengangguk dan melanjutkan penjelasan Master Sage,
"Umu! Yang kata Master, semakin besar dan sempurna bentuk kristalnya, berarti semakin kuat mereka, kan? Lalu, apa yang aneh?"
Master Sage mengangguk sambil mengelus janggut panjangnya.
"Benar sekali. Namun mana yang ada di dalamnya bersifat kacau dan merusak jika langsung digunakan. Itulah kenapa kristal monster perlu dimurnikan sebelum digunakan. Berbeda dengan batu atau kristal mana yang lebih halus dan tenang, sehingga aman dijadikan cadangan mana tambahan."
Rocky mendengarkan penjelasan itu. Jujur, ia tidak menyadari detail seperti itu. Ia hanya merasa keduanya mengandung mana yang mirip, jadi ia makan saja seperti biasa.
Setelah berhenti sejenak, Master Sage melanjutkan.
"... Lylah, jika kau menyerap langsung kristal monster tersebut, kau hanya punya dua kemungkinan: tubuhmu akan bermutasi menjadi seperti monster asal kristal itu, atau tubuhmu akan terkikis oleh sifat mana dalam kristal itu."
Lylah mengangguk paham.
"Lalu, apa masalahnya, Master?"
"Haaah... kau ini," Master Sage menggeleng.
"Itu artinya, entah Rocky memiliki kekebalan, atau karena ia adalah golem, kedua efek itu tidak muncul padanya."
'Lalu apakah aku akan berubah menjadi monster kecoa batu, Master Sage?'
Rocky kini menatap Master Sage, suara dari mulutnya masih berupa benturan dan gesekan batu.
Master Sage yang ditatap merasa tidak nyaman dan menaikkan satu alis dengan wajah penuh tanda tanya.
"Apa? Aku tidak paham apa yang kau katakan, Rocky! Apalagi di hampir seluruh tubuhmu banyak panah menancap, membuat suaramu makin tidak jelas!"
'Ha? Benarkah!?' kata Rocky sambil melihat tubuhnya.
Dan benar saja, tubuhnya terus berbunyi karena banyaknya panah besi yang menancap—kini ia lebih mirip landak daripada golem.
'Sial, kenapa tidak mengatakannya dari awal!?'
Rocky dengan cepat mencabuti anak panah yang menancap.
"Hahaha! Aku tidak tahu apa yang kau katakan, tapi jujur kau sangat lucu, Rocky! Hahaha!"
Lylah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Rocky yang panik.