Chapter 10

perjalanan terus berlanjut dan berkat jasa Rocky yang telah menjadi samsak hidup atau tumbal membuat perjalanan tersebut aman dan tenang.

meskipun beberapa kali harus berhenti dikarenakan jebakan ekstrim seperti dinding yang bergerak untuk menghimpit penjelajah, atau sebuah pukulan gada, atau karena lantai yang terbuka dan dibawahnya berisi ratusan tombak yang siap menusuk apapun yang jatu dari atasnya.

namun di sisi lain dengan arahan master Sage mereka bisa menghindari para penghuni dungeon istana bergerak ini.

kebanyakan penghuni istana ini adalah golem yang akan mengurus perawatan dan pemeliharaan keseluruhan istana.

bentuk masing-masing golem pun beragam, mulai dari maid, prajurit, kesatria, hingga bangsawan yang mengatur dan memerintah para pekerja hingga mandor pun ada, jika seseorang tersesat di sini pasti mereka tidak akan percaya dengan penglihatan mereka kalau disini adalah dungeon yang berbentuk istana.

namun dimata Rocky sendiri para golem itu tidak terlalu banyak perbedaan, pasalnya bagaimanapun bentuknya para golem itu pasti memiliki inti yang membuat mereka hidup dan bergerak sesuai dengan apa yang di perintahkan.

'apakah aku sekarang sama seperti mereka?' pikir Rocky ketika bersembunyi ketika para golem itu lewat.

"Rocky! ayo bergerak!... jika tidak kami tinggal loh" teriak Lylah dari kejauhan.

Rocky menggelengkan kepalanya dan memantapkan diri, bahwa ia berbeda! karena ia masih bisa berfikir, merasakan, dan memiliki emosi.

meskipun semakin lama ia semakin lupa rasanya ketika ia masih seorang manusia, dan sejak memasuki dungeon ini pula pikirannya juga semakin kabur.

"master? apakah masih jauh? seingat ku dulu tidak sejauh ini... " keringat terus menetes dari dahi Lylah, dan tangan kecilnya kini sudah tersedia kantung kulit yang berisi air dan kipas yang terus bergerak mengipasi wajahnya.

sementara itu master Sage menatap peta di tangannya dengan cermat, kerutan diantara kedua alisnya sudah bisa menunjukkan kalau ia kini kebingungan. "hmm... harusnya tidak seperti ini"

"kenapa master?" tanya Lylah.

"sepertinya bangunan ini tersesat" jawabnya sambil memandang ruangan sekitar.

mendengar perkataan tersebut Lylah yang kelelahan pun menatap master Sage dengan tatapan kosong dan ia pun terduduk bersandar di dinding lorong. "he.. ehe.. tersesat, setelah sekian lama kita berjalan... hiks"

"ck haaah! bukan kita yang tersesat tapi bangunannya!" sanggah master Sage yang kini mengayunkan staf sihirnya dan Mengetukkannya di lantai. "tak... DING"

suara dengungan menyebar dan seperti sonar, apapun yang di lalui oleh dengungan itu master Sage bisa mengetahuinya.

setelah beberapa saat master Sage memegang dagunya sambil memilah informasi yang ia dapat, di sisi lain Lylah kini sudah terbaring lemas sambil di kipasi oleh Rocky di sebelahnya.

"jadi? bagaimana master?" tanya Lylah dengan lemas.

Master Sage melirik sebentar dan menggeleng sambil ikut duduk bersandar di sebelahnya, "haaah... ruangannya tetap pada tempatnya namun seperti tidak mau bergerak seperti seharusnya... dan tidak ada golem di sana untuk mengurusnya"

'berarti tersangkut sesuatu Ya... ' pikir Rocky, namun Lylah memandang masternya dengan ekspresi kelelahannya. "ha!? maksudnya?"

Rocky menggoyangkan tubuh Lylah dan menunjukkan tangannya yang bergerak kesana kemari dan kemudian berhenti karena saling tersangkut satu sama lain.

Lylah yang melihatnya langsung mengangguk paham. "oh... tersangkut? memangnya tersangkut karena apa?"

Master Sage menggeleng menunjukkan ketidak tahuan nya, "ada sesuatu yang berbentuk semacam jutaan benang yang mengelilingi bangunan itu... sepertinya ada monster yang membuat sarang di sana"

setelah beberapa saat mereka beristirahat master Sage pun berdiri dan mengetukkan staf sihirnya ke lantai, seketika tubuh Lylah dan Rocky terangkat oleh semacam angin yang bercahaya berwarna biru.

"sudah! kita lihat keadaan dulu kemudian baru berfikir rencana selanjutnya" kata master Sage menyemangati.

Lylah pun mengangguk dan mengeluarkan sebuah kristal monster dari balik jubahnya dan melemparkannya kepada Rocky.

Rocky yang menerima kristal tersebut tentu langsung memakannya dan kembali berjalan, dan ketika baru mendapatkan 3 langkah sebuah jebakan aktif dan langsung menghancurkan tubuhnya seketika itu juga.

"master Sage apakah kristal monster juga membawa kutukan kesialan?"

______

setelah memakan beberapa waktu untuk Lylah melakukan upacara buang sial yang dianggapnya efektiv mereka kini telah sampai di depan sebuah pintu.

"pintu apa ini master?" tanya Lylah dengan mata lebar dan mulut yang ternganga memandang megahnya pintu di depannya.

bagaimana tidak? pintu tersebut tingginya sekitar 6 hingga 7 meter dengan lebar sekitar 3 hingga 4 meter dengan ukiran berbentuk kebun, tak hanya itu pintu tersebut juga berlapiskan emas dan permata.

"dijelaskan disini kalau ruangan ini adalah tempat penyimpanan makanan" jawab master Sage yang sudah membalik lembaran kertas di tangannya.

"penyimpanan makanan? kenapa bukan penyimpanan harta saja? sungguh pemborosan!" balas Lylah dengan wajah kesal, diikuti oleh anggukan Rocky.

master Sage terus membalik lembaran kertas yang di bawahnya, terlihat kalau sebenarnya kertas-kertas tersebut sudah tua yang kemungkinan berasal dari sebuah buku yang sampulnya sendiri sudah hancur.

"yah... jika kau punya uang yang berlebihan hingga tidak tau aku gunakan untuk apa Ya itulah yang terjadi... " setelahnya ia menutup bukunya dan menarik Lylah untuk sedikit menjauh. "baik... Rocky berhenti mencoba menggerogoti permata itu dan kemari!"

Rocky yang sedang asik menggerogoti permata yang di tempel pada daun pintu langsung menghentikan aksinya, dan dengan lesu ia pun mendekat dan berdiri di belakang master Sage. 'hmm... padahal aku ingin tau apa yang akan terjadi jika aku memakannya'

"xixixi... tau rasa kau Rocky" ledek Lylah sambil menahan tawanya.

setelahnya master Sage mengayunkan staf sihirnya dan seketika sebuah sebuah kabut berbentuk tangan muncul dan mendorong pintu tersebut.

secara perlahan pintu terbuka, dan master Sage menghilangkan sihirnya ketika celah di pintu yang terbuka cukup untuk mereka masuki.

Lylah langsung memegang wand nya dan di ujungnya mengeluarkan sebuah bola cahaya yang melayang di atas mereka.

Lylah mengarahkan bola cahaya itu memasuki ruangan, dan ketika mereka akan memasukinya Rocky langsung menarik keduanya dengan kuat hingga beberapa meter.

"aduh! Rocky! apa yang kau lakukan!?" tanya Lylah yang kini bergelantungan di tangan Rocky.

sementara itu master Sage menoleh dan bertanya. "kau... merasakan sesuatu?"

Rocky mengangguk, setelahnya ia berjalan sendirian memasuki pintu tersebut dan menghilang di balik kegelapan.

dan setelah beberapa saat ia keluar dengan membawa sebuah gumpalan putih di kedua tangannya.

Rocky langsung menunjukkan gumpalan bola tersebut kepada master Sage dan Lylah.

"apa itu!? kau ingin bermain dengan itu Rocky?" kata Lylah dengan rasa penasaran.

'lihat ini baik-baik penyihir kecil!' kata Rocky yang merentangkan tangannya, namun gumpalan tersebut merenggang dan menghalangi Rocky untuk merentangkan tangan sepenuhnya.

master Sage mengamati benda tersebut dengan lekat. "hmm... benang Laba-laba? jika iya berarti ini sangat merepotkan"

Lylah menoleh sambil meraih gumpalan tersebut dari tangan Rocky. "kenapa dengan benda ini master? bukannya ini benang monster Laba-laba biasa?"

master Sage ikut mengambil sejumput gumpalan jaring itu dengan jari telunjuk dan jempol nya kemudian merasakan kalau gumpalan jaring tersebut terasa lembut namun memiliki sensasi menyengat ketika saling di gesekkan.

master Sage memegang dagunya sambil menilai gumpalan benang yang ia ambil sebagian pada kedua jarinya, "monster itu sedang dalam proses berkembang biak atau bahkan lebih buruk!.... dia sedang berevolusi!"

"hahahahha.... " suara tawa anak kecil membalas perkataan master Sage yang berfikir serius.

master Sage sendiri merasa heran dengan suara yang tak asing itu, dan ketika menoleh ia melihat Lylah dan Rocky yang saling menempel dengan cara yang aneh.

"hahahahah! Rocky jangan terlalu banyak bergerak! ini geli hahahah" kata Lylah yang tubuhnya sedikit terpelintir dan menempel pada Rocky.

'woy jangan buat mainan! jaring ini sungguh tidak nyaman ketika menempel!' ucap Rocky yang hanya terdengar hanya berupa benturan dan gesekan batu.

master Sage memandang mereka dengan tatapan gelap seolah kehilangan harapan. "kalian... terlalu menikmati tamasya ini Ya?... atau aku yang terlalu kaku? "