Chapter 15

"hm! masih melimpah seperti sebelumnya!" kata master Sage sambil menatap batu mana berwarna biru langit yang berbentuk seperti stalaktit dan stalagmit di dinding keramik ruangan.

namun Lylah menyipitkan matanya saat melihat sesuatu yang asing dan menarik jubah masternya. "master benda apa itu? bentuknya seperti telur..."

master Sage menatap ke arah yang ditunjuk Lylah, dan dia juga melihat benda bulat berwarna putih yang dililit oleh benang jaring.

master Sage mengamati dengan seksama, namun dia langsung memukulkan tongkatnya ke benda tersebut.

seketika benda tersebut pecah dan hancur yang kemudian muncul lendir yang berhamburan di sekitarnya dan disertai dengan laba-laba seukuran sapi yang muncul.

"Oh telur laba-laba besi!" kata Master Sage sambil memalingkan wajahnya dan mengganti tongkat sihirnya dengan beliung dan mulai menambang.

Namun di sisi lain cara menambang Lylah berbeda dengan masternya, alih-alih menggunakan cara biasa yang menguras fisik dia menggunakan sihir yang membuat beliungnya melayang dan mengenai kumpulan batu sihir.

hembusan angin yang sekilas tampak seperti tangan hijau muncul dan menggenggam beliung besi itu dan mulai menambang.

Namun baru beberapa kali usapan, tamparan langsung dilayangkan ke pantat Lylah. "Aduh! .... Master! Kenapa aku yang kena?"

Master Sage menatap tangannya yang kini agak merah entah karena pukulannya terlalu keras atau karena tangannya sudah digunakan untuk menambang. "Hmp! Kau mulai nakal ya!? Sudah berapa kali master bilang padamu untuk tidak menggunakan sihir untuk menambang yang baru ini!... kemurniannya bisa berkurang lho!"

Lylah menatap masternya dengan mata berkaca-kaca dan mulut gemetar. "Ta... tapi master..."

Alih-alih bersimpati, master Sage itu menatap Lylah dengan tatapan tajamnya. "Jangan coba-coba berbohong pada mastermu, Nak! Aku sendiri yang mengganti popokmu, jadi aku lebih mengenalmu daripada dirimu sendiri!"

Mendapat jawaban seperti itu, Lylah langsung membuang muka kesal, terpaksa ia mengambil beliungnya dan mulai menambang dengan cara kuno.

Mereka berdua bukanlah tipe orang yang selalu berlatih fisik sehingga dapat dipastikan pekerjaan menambang ini menjadi musuh tersendiri bagi mereka, buktinya mereka baru beberapa lama menambang dan hanya mendapatkan 1 bongkahan batu seukuran telapak tangan Lylah sedangkan keringat mereka sudah bercucuran.

"Tidak... krak... tidak..." hingga terdengar langkah batu dan suara batu yang terkikis menghampiri mereka.

Lylah tampak seperti orang yang telah disiksa dan telah didatangi seorang pahlawan, sehingga matanya pun dipenuhi dengan harapan.

"Hiks! Rocky... tolong aku... huaaa" Teriakan manja Lylah kini kembali terdengar.

Master Sage yang kini sudah kehabisan napas dan penuh keringat menatap muridnya. "Lylah! Kenapa kau dimanja seperti ini!?"

Lylah menatap masternya, "master kami ini penyihir bukan petarung atau penambang!... kami tidak cocok untuk melakukan pekerjaan seperti ini... lagipula aku masih anak-anak sedangkan kau sudah tua... setidaknya berikanlah kelonggaran!"

"hmm.... benar juga" ucap sang guru Sage dalam hati, "ehem!... tidak jika kita menambang dengan batu ajaib maka kemurnian batu ini akan terkikis oleh sihir yang kita lontarkan! jadi percuma saja".

Lylah menatap kosong ke arah gurunya, perlahan setetes air mata muncul dari tatapan kosongnya, "guru... oh, guruku yang hebat... ternyata sehebat apapun seseorang jika sudah tua, dia akan menjadi pelupa seperti ini... hiks!!, malangnya aku"

Saat Lylah sedang meratapi nasibnya, terdengar suara langkah kaki yang berat mendekat perlahan. Bersamaan dengan itu terdengar pula suara kunyahan pecahan kristal, dan seolah berharap mata Lylah perlahan kembali menunjukkan harapan.

Setelah menunggu beberapa saat pemilik suara langkah kaki yang berat dan terdengar seperti langkah batu itu muncul, dia tak lain adalah Rocky yang sedang mengunyah kristal monster laba-laba adamantium di tangannya.

Seketika Lylah langsung tersenyum senang dan langsung berlari ke arah Rocky, "Rocky sudah selesai!? tolong bantu kami.... huaaa...." dan terdengar suara rintihan seorang penyihir muda saat Rocky tengah asyik menikmati suasana.

Lylah berlari kencang dan langsung melompat memeluk kaki batu Rocky, entah sengaja atau tidak tapi yang pasti Lylah meluncur dengan kecepatan yang cukup kencang.

"Ada apa Lylah?" tanya Rocky, Lylah mendongak dengan mata yang masih meneteskan air mata namun sebagian wajahnya memerah.

"ugh... sepertinya kau tersandung dan mengenai kaki batuku ya?" kata Rocky, namun di sisi Lylah air matanya kini semakin deras mengalir. "huaaa... tolong aku Rocky! Master tidak bisa diandalkan lagi dalam hal seperti ini... dan lagi pula aku tidak mengerti apa yang kau katakan kenapa kau berisik sekali! lihat wajahku sekarang!... ini benar-benar sakit lho!... huaaaa!"

Rocky menepuk dahinya dan menggelengkan kepalanya sementara Master Sage berjalan mendekat, "Rocky, bisakah kau membantu kami lagi? Aku akan memberimu bagian nanti... dan Lylah, apakah kau lupa bahwa Rocky adalah batu?"

Mendengar perkataan tuannya, Lylah langsung menatapnya dengan wajah cemberut, di sisi lain Rocky langsung mengangguk mengerti, ia langsung menurunkan kaki monster Laba-laba di punggungnya dan mengambil alih beliung di tangan Master Sage, "ingat Rocky,

"ugh... sepertinya kau tersandung hingga menabrak kaki batu ku ya?" kata Rocky, namun di sisi Lylah air matanya kini semakin merembes keluar. "huaaa... bantu aku Rocky! master sudah tidak bisa diandalkan dalam hal seperti ini... dan selain aku tidak mengerti ucapanmu kenapa kau begitu keras! lihat wajahku sekarang!... ini sangat sakit tau!... huaaaa!"

Rocky menepuk jidat dan menggeleng sementara master Sage berjalan mendekat, "Rocky bisa bantu kami lagi? nanti aku beri kau bagian... dan Lylah apa kau lupa kalau Rocky adalah batu?"

mendengar perkataan tuannya Lylah langsung menatapnya dengan wajah cemberut, di sisi lain Rocky langsung mengangguk mengerti, ia langsung menurunkan kaki monster Laba-laba di punggungnya dan mengambil beliung di tangan Tuan Sage, "ingat Rocky tambang yang memiliki bagian paling tinggi dan paling besar! semakin tinggi dan besar semakin baik!"

Tuan Sage menatap Rocky lekat-lekat, dan saat menyadari bahwa batu yang ditambang Rocky masih berkualitas baik ia pun bisa tenang dan mencari tempat untuk beristirahat, ia pun memegang kaki monster laba-laba yang dibawa Rocky.

Sementara itu Rocky yang sedang menambang bongkahan batu mana di depannya yang mungkin 5 kali lebih besar dari seekor gajah kini tahu bahwa batu mana memiliki lapisan-lapisannya sendiri.

di luarnya memiliki kualitas yang rendah sedangkan semakin digali semakin padat mananya, "hmm.... sepertinya aku tahu mengapa Tuan Sage menyuruhku menambang bagian yang besar".

Rocky terus menambang tanpa lelah, ia sendiri juga heran bisa melakukan aktivitas fisik tanpa merasa lelah sama sekali.

semakin lama ia berpikir semakin ia menambahkan kenyataan bahwa ia semakin menjauh dari wujud manusianya, ia melirik Master Sage dan Lylah yang sedang beristirahat.

melihat interaksi keduanya Rocky kini berharap agar tubuh misteriusnya itu tidak kehilangan sisi kemanusiaannya.

jika ia bisa menunjukkan perasaannya, kini ia pasti akan tersenyum getir karena teringat sesak di dadanya saat ia dituntut untuk menahan perasaan saat menghadapi atasan dan keluarganya.

ia masih ingat dengan jelas dimana mulutnya dulu tak mampu mengungkapkan perasaan yang ia tahan, matanya yang selalu ia paksa untuk tetap terbuka, dan bahkan indra penciumannya yang sudah tak berguna lagi karena selalu ia tutupi dengan masker.

tubuhnya yang lemah dan lelah selalu ia paksa untuk tetap kuat, hatinya yang kuat sebagai bahan bakar untuk terus hidup, bahkan saat ia mendapatkan apa yang ia inginkan dunia akan selalu mendatangkan masalah yang tak ada habisnya.

Rocky menepuk kedua pipinya yang terbuat dari batu dengan tangannya yang terbuat dari batu, ia mencoba menghilangkan pikiran-pikiran buruk yang ada di kehidupan sebelumnya.

Sekarang Rocky semakin bertekad untuk mencari alasan agar dia tetap hidup dan dia juga ingin mencari alasan mengapa dia bereinkarnasi menjadi golem, makhluk buatan yang meskipun bisa bergerak tetapi sebenarnya mereka adalah benda mati.

"Yah... sebenarnya tidak ada bedanya, lagipula nama panggilanku dulu adalah mayat berjalan.... tapi, aku masih penasaran, apakah mungkin bagiku untuk menjadi manusia lagi?"