"riiing... tit"
"hallo? iya ibu ada apa?.... uang lagi? bukannya aku sudah memberikan sebagian besar gajiku?... habis? bagaimana bisa!? baru seminggu aku mengirimkannya!... untuk pernikahan adikku? dia bahkan belum bekerja! bagaimana bisa dia menikah... argh! iya iya! aku cari caranya nanti!"
"hehei! Rocky! bagaimana kabarmu wahai mayat berjalan!?" seorang pria berjas rapi dengan semangat 45.
sementara itu lawan bicaranya adalah seorang pria dengan wajah lesu, sorot mata datar, kumis dan janggut yang di cukur asal dan rambut hitam acak-acakan, pakaiannya pun terlihat kusut dan dasinya tidak dikenakan dengan rapi.
pria yang bernama Rocky a.k.a mayat berjalan tersebut yang tiba-tiba di rangkul pun menjadi kini menjadi risih. "cih!... Henry! masih pagi namun sudah berisik! ganggu orang lain saja sana!"
pria yang di panggil Henry memiliki aura positif yang kuat, apalagi dengan tampilannya yang rapi hingga menonjolkan tampilan yang sedap di pandang sungguh bagai langit dan bumi jika di bandingkan dengan Rocky.
"hehehe... ayolah jangan seperti itu... setidaknya tunjukkan sedikit semangat... " balas Henry menyemangati.
keduanya pun memasuki gedung pencakar langit di depannya. begitu memasuki gedung tersebut lobby perusahaan yang mencangkup 2 lantai langsung menyambut mereka.
dalam lobby tersebut banyak lalu lalang orang-orang dengan berbagai kepentingan termasuk Rocky dan Henry.
namun ketika berada di lobby Rocky langsung mengenakan masker yang berada di sakunya, Henry menyadari sikap rekannya dan langsung menepuk punggungnya.
"duk", " kau ini... kenapa selalu mengenakan masker seperti itu?" tanya nya.
Rocky melirik sejenak sebelum membalas, "haaah... kau tau Konsidiku jangan pura-pura tidak tau Henry"
"hahahaha.... ayolah kau harus menikmati hidup ini... " Henry tiba-tiba mengambil langkah besar kebelakang Rocky dan menggangam kedua bahu yang terasa kurus. "... kau harusnya lebih hidup dari ini, dan mulailah dengan olahraga ringan"
dengan penuh semangat Henry langsung mendorong Rocky mengelilingi lobby perusahaan, meskipun pemandangan tersebut cukup aneh, namun sebenarnya hal itu entah kenapa tidak membuat risih orang-orang di sekitar.
setelah beberapa saat keduanya "berolahraga" mereka akhirnya sampai di lantai mereka berkeja dengan nafas Rocky yang terengah-engah.
"hah!... hah! sialan kau Henry!" umpat Rocky yang langsung berlutut lemas.
Henry yang melihat temannya kini penuh keringat malah tertawa senang. "hahahaha... bagaimana sudah lebih baik?"
Henry memberikan ukuran tangannya, namun Rocky langsung menepisnya dengan kasar, "cih? jangan dekati aku!"
"hahaha... ayolah setidaknya kau merasa lebih baik bukan?" ucap Henry.
Rocky berdiri dan berjalan menuju ruangan kantornya bersama dengan Henry. "untuk mu saja! namun untukku hanya rasa lelah saja!"
keduanya terus berbincang-bincang menuju ruangan kerja mereka, di saat yang bersamaan beberapa karyawan saling berbisik mengenai kedua orang tersebut.
2 orang yang sangat dekat dengan 2 kepribadian yang berbeda memberikan nuansa yang unik di sekitarnya, dan keduanya pun selalu menjadi perbincangan diantara para karyawan lain.
"hei apakah itu mereka?"
"benar anak baru, sang pangeran cahaya dan sang mayat berjalan"
"hm... apakah itu diambil dari sifat mereka sehari-hari?"
"yah kurang lebih seperti itu... kau akan tau jika bekerja dengan mereka"
kembali pada kedua sahabat unik tersebut dimana mereka telah sampai di meja masing-masing yang saling bersebrangan.
keduanya membuka file Project yang sudah ada di atas meja mereka, dan dengan cermat keduanya sudah langsung mengerti apa yang harus di lakukan.
file Project yang mereka kerjakan berasal dari 1 sumber yang sama, mereka di haruskan membangun sebuah robot super canggih pertama di dunia bedanya Henry mengurus bagian tubuh sementara Rocky mengerjakan software pada robot tersebut.
mereka seperti sepasang sayap yang seirama, bedanya Henry bekerja dengan membagi tugas secara berkelompok dan membaginya secara merata, sementara Rocky membagikan tugasnya secara individual namun dengan tupoksi sesuai dengan kemampuan timnya.
memang keduanya menggunakan cara yang berbeda namun hasil yang muncul dari metiode mereka tidak ada yang mengecewakan dan hari ini secara kebetulan adalah hari project mereka selesai.
--------------------
"HAHAHAHA!.... Bravo! trimakasih atas kerja kerasnya kalian semua!" ucap Henry lantang hingga berdiri di atas meja kerjanya kepada semua orang.
suara tepuk tangan terus terdengar hingga ia mengangkat Rocky bergabung dengannya, "hei!... Rocky! apa kau tidak ingin memberikan sepatah kata apapun?"
Rocky melirik Henry dan mendorongnya kesal, "tidak, kau sudah mengatakan semuanya!"
"hehehei jangan seperti itu.... ayo kita makan-makan! setidaknya kita harus mentraktir mereka bukan?" bujuk Henry.
Rocky menatap sekeliling dengan cermat, ia bisa melihat tatapan semua orang sangat menantikan ucapannya, "sigh! sediakan pojok ruangan tenang untukku..."
"HORE!!!" sontak ucapan Rocky tersebut di sambut dengan sorakan pegawai dan lemparan dokumen di mana-mana, namun sebelum keadaan semakin kacau Rocky langsung berteriak. "JANGAN BERISIK!....KALIAN BUKAN LAGI ANAK KECIL!"
kemudain tanpa menunggu respon anak buahnya ia langsung pergi menuju lift, sementara itu suasana menjadi hening dan canggung.
Henry yang masih di atas meja pun turun dan mencoba mengusir suasana canggung, "EHEM!... maafkan Partypoper barusan, ia sebenarnya tidak ingin kalian secara cerobih membuang dokumen penting secara tidak sengaja dan membuat Office Boy lembur malam ini... jadi mari kita berpesta di tempat makan saja"
setelah mengatakan hal itu ia langsung memimpin semua orang menuju Lift, namun beberapa orang tertinggal karena membereskan dokumen yang berserakan dengan nafas lega karena dokumen yang sebelumnya ia lempar tidak terbuang, bahkan di antara mereka bahkan memeluk dokumen yang ada di lantai dengan rasa syukur.
beberapa waktu berlalu dan kini semua orang berpesta di sebuah restoran dengan minuman dan makanan yang telah di susun prasmanan, namun di pojok ruangan ada 1 tempat sunyi yang di duduki oleh seorang pria yang sibuk dengan ponselnya di temani oleh sebuah botol minuman.
pemandangan itu tentu saja menarik perhatian seorang wanita, namun bukannya menghampiri Rocky ia malah menghampiri sumber pesta yang tak lain adalah Henry. "salam kenal pak Henry..."
Henry yang melihat wanita cantik memanggilnya pun langsung tersenyum dan sedikit merapikan rambutnya, "oh, hahaha.... halo, ada yang bisa saya bantu?"
wanita itu tersenyum sambil menyodorkan sebuah minuman, "yang pertama selamat atas keberhasilan peroyek anda... namun kenapa ada seseorang yang sepertinya di kucilkan?"
Henry menoleh sesaat kearah Rocky dan menunjukkannya pada perempuan yang baru di temuinya, "hmm... nona, anda tidak bisa melihat buku hanya dari sampulnya, apalagi buku itu berada di dalam kegelapan jadi jika ingin memberi selamat maka anda harus mengatakannya pada aku dan dia"
perempuan itu masih bingung dan ingin bertanya namun sebelum ia mulakukannya sebuah keributan terjadi.
"HEI!.... LIHAT-LIHAT JIKA JALAN"
"am...ampun, aku tidak sengaja"
"TIDAK SENGAJA!? APA KAU ANGGAP AKU BODOH!?"
sebuah keributan terjadi di restoran tersebut dan terlihat kalau seorang pegawai yang basah kuyub oleh minuman dan di kerubuni oleh para preman, pemandangan itu tentu mambuat pesta yang tadinya di penuhi oleh sorak soraikini menjadi tegang, melihat itu wanita yang berada di samping Henry pun mendekat kearahnya dan bersembunyi di belakangnya.
"pak Henry... lebih baik kita selesaikan acara ini, para preman itu penguasa di sini, jadi.."
belum sempat ia menyelesaikan perkataanya seseorang menutupinya dengan sebuah jas, ketika ia menyadarinya bahwa seorang pria yang sebelumnya berada di pojok sunyi ruangan telah melepas dasinya dan melilitkannya di salah satu tangannya.
Henry tersenyum dan mengambil sebuah tongkat bilyar dan mengikuti sosok tersebut. "Rocky... kau tidak perlu menyelesaikannya seperti ini"
pria yang tak lain adalah Rocky hanya melirik Henry, "mereka hanya bisa memahami bahasa manusia jika sudah babak belur"
"hmm... yah, tolong lindungi aku, ok?" ucap Henry sambil menyenggol lengan kawannya itu.
"kalau begitu pulanglah dengan berjalan kaki!", balas Rocky yang langsung berlati dan meninju salah seorang preman yang berkerumun.
para preman itu tentu saja terkejut, namun seolah-olah memang di rencanakan Rocky langsung menarik rekannya yang terduduk di lantai dan melemparnya pada Henry yang masih di belakangnya.
dan setelahnya ia pun langsung menghajar para preman dengan gerakan yang liar dan brutal, para preman tentu melawan namun Rocky bisa dengan lihainya bisa dengan mudah menghindar tanpa kesulitan.
setelah beberapa saat para preman itu sudah terkapar mengenaskan dengan wajah lebam namun di sisi lain keadaan Rocky masih mulus tak tersentuh, hanya ada noda darah di beberapa bagian pada wajahnya.
dan setelahnya ia berbalik dan menangkap sebuah kunci yang di lempar oleh Henry yang saat ini duduk dengan memegangi es yang mengompres belakang kepalanya, "kau selemah ini masih mencoba berkelahi, lebih baik berkaca dulu sebelum melakukan sesuatu.... tidak usah sok keren"
melihat Rocky yang berjalan dan mengambil jasnya pada wanita yang sebelumnya menyapanya, Henry malah tertawa "hahaha... bukannya kau sendiri yang membuatku seperti ini? dengan melempar seseorang dengan 1 tangan?... heh, ini bukan sepenuhnya salahku!"
Rocky memutar matanya dengan malas. "heh... salah sendiri berada di belakangku....". "Rizzz..." sebuah getaran dati telfon genggamnya berbunyi dan wajanya kini mejadi semakin kusut, ia langsung berbalik untuk berpamitan, "sudahlah aku pulang, seseorang membawa masalah untukku"
"Tunggu! anu, trimakasih" kata seorang rekan yang di selamatkan Rocky, yang langsung di balas dengan lambaian tangan.
"haah... dia ini, ADUH!" keluh Henry, di sisi lain wanita yang senelumnya menyapanya mendekatinya dan membantu memegangi es di kepalanya, "hmm.... dia ternyata memiliki sifat kepahlawanan, sayang sekali.... kehidupan macam apa yang membuatnya seperti itu?"
Henry tertawa sekali lagi, ia pun menoleh dan menunjukkan senyuman lebarnya. "hahaha... jika kau memiliki ayah seorang pecandu obat dan ibu yang penjudi, namun kau masih memiliki seseorang yang harus kau lindungi dan hidupi... jadi tidak usah heran"
namun begitu ia selesai bicara para rekannya langsung mendekat dengan ekspresi yang penuh ketertarikan.
"benarkah! pak Henry bisakah kau menceritakan tentang pak Rocky!?"
"benar siapa tau kita bisa membuatnya memiliki aura posistif"
"kau benar!... sungguh menguji mental jika seumur hidup bekerja dengannya jika ia masih memasang wajah seperti itu"
"kau benar"
______________________________
"hei... Rocky? kau tidak apa?.... Master Sage! sepertinya Rocky kelelahan!" tanya seseorang anak perempuan sambil mengetuk-ngetuk kepala batunya.
"heh!.... kau ini, tidak sopan!" balas Rocky sambil menenteng Lylah.
"hei! apa yang kau bicarakan Rocky!? aku cuma khawatir tau karena kau tiba-tiba terduduk dengan tatapan kosong! kau seperti sedang merenung kan sesuatu!.... tunggu kau tidak punya mata jadi bagaimana aku tau kau sedang merenung?" ucap Lylah sambil berfikir keras.
dan hal itu langsung saja di balas dengan tamparan di pantat gadis kecil itu