Chapter 18

“Kiyaak!...” pekikan monster laba-laba masih saja keluar. Bukan, bukan dari monster laba-laba yang ganas melainkan berasal dari Golem batu yang memakai topeng aneh.

“haah.... masih saja gagal ya” ucap Lylah lesu.

Setelah insiden tubuh Rocky yang meleleh ia kini tidak lagi berani mendekati apapun yang namanya Alkemis, khususnya ketika Rocky di dekatnya.

Lylah kini mulai berpikir kalau alkemis yang ia gunakan selama ini suatu saat akan membuatnya kehilangan temannya itu, namun sebenarnya di sisi Rocky semua alkemis yang sebelumnya ia telah tidak ada apapun yang berefek.

Kini Lylah lebih fokus pada peralatan sihir terkhusus helm yang ia buat, di sisi lain Rocky juga baru menyadari kalau dirinya bisa melihat ketika ia mengenakan helm tersebut.

Ya, benar ia bisa melihat seperti saat ia menjadi manusia jika mengenakan helm yang di buat Lylah. Entah karena sihir yang di tanamkan Lylah terlalu efektif atau karena mata pada helm tersebut terbuat dari mata laba-laba. Namun, ketika ia mengenakan helm itu seolah-olah seperti semacam kepingan puzzle yang secara tidak sengaja muncul dan melengkapi dirinya.

Ia mulai berpikir kalau dirinya seperti sebuah robot yang tak lengkap dimana si pembuat lupa menambahkan penglihatan, penciuman, dan pengecap(untuk yang satu ini sepertinya tidak diperlukan).

Namun sayangnya ia tidak bisa menggunakan fitur penciuman super yang di pasang Lylah, ini bukan karena tidak efektif namun karena tidak bisa!.

Perlu di ingat kalau Rocky saat ini tidak memiliki hidung/ paru-paru!, bahkan jika ada 2 lubang yang berada di kepalanya yang di spekulasi sebagai hidung. Namun, bukankah itu percuma karena ia sejatinya ia adalah bongkahan batu!, dan batu tidak bernafas!.

Ia bahkan tidak bernafas, jadi mengapa ia memerlukan sebuah penciuman untuk mendeteksi sesuatu?.

Ya, bayangkan saja seperti ini. Ketika Rocky memakai helm itu ia hanya seperti seseorang yang menahan nafas. Jika seperti itu apakah kalian masih bisa mencium sesuatu?

Kembali mengenai kemampuan Rocky, ia juga di beri tahu kalau selama pada bagian penutup mulut berbentuk ‘mulut’, entah hanya berupa ukiran gigi atau garis asal ketika di kenakan Rocky. Bagian itu akan langsung berubah menjadi mulut sesungguhnya yang bisa terbuka dan tertutup.

Namun tentu saja, bagaimana pun bentuknya semirip apapun hasilnya ketika bahan tersebut terbuat dari cangkang monster laba-laba adamantium hasilnya hanya sebuah teriakan/pekikan dari laba-laba adamantium itu.

“aargh! CUKUP! ROCKY LUPAKAN SEMUA INI AYO KITA JALAN-JALAN SAJA!” teriak kesal Lylah sambil membanting beberapa barang dan mengeluarkan tongkat sihir kecilnya sambil berjalan keluar.

“tunggu! Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana? Diluar kan dungeon!?” ucap Rocky yang langsung mengenakan helmnya dan mengejar Lylah.

--------------------

“didudu-dududa...” senandung riang Lylah menemani jalan-jalannya yang sesekali melompat kecil kekanan dan ke kiri di jalanan istana yang terus bergerak, tentu saja perjalanannya juga di iringi dengan langkah dari kaki batu di belakangnya.

“kyaak...kaak...”/” kau tidak takut pada jebakan ya?” ucap Rocky sambil melihat kesekeliling, ia baru menyadari kalau tempat ini adalah sebuah istana yang berada di dalam kubah raksasa yang langit-langitnya di penuhi oleh stalaktit tajam dan lubang-lubang yang sering digunakan keluar masuk oleh hewa-hewan mutasi goa, penerangan di dalam sini juga berasal dari batu cahaya di segala penjuru sehingga segala tempat terasa terang.

“woh!? Hahahaha.... hei Rocky lihat bunga ini bercahaya!” ujar Lylah sambil berjongkok, di depannya ada sekumpulan bunga berwarna biru yang bercahaya.

Rocky memperhatikan anak kecil di depannya yang selalu saja riang, ia kini bisa melihat wujud Lylah yang mempunyai rambut dan mata yang seindah salju dengan hidung dan mulut mungil nya yang selalu menunjukkan ekspresi polosnya.

Pikiran Rocky melayang memasuki salah satu memorinya yang menunjukkan seorang anak yang sama namun dengan mata dan rambut yang seindah langit malam.

“Rocky! Ayo kita ikuti jejak bunga ini!” ucap Lylah sembari menarik tangan Rocky yang langsung membuyarkan lamunannya.

Rocky sendiri melihat dan merasakan kalau aliran mana di udara tampak normal dan tidak ada yang aneh di sepanjang jalur bunga biru bercahaya, Rocky pun mengangguk pada Lylah dan langsung menggendeng tangannya.

Bunga biru tersebut membawa mereka menuju ke sebuah lorong yang ada pada dinding istana, berbeda dengan tempat lain yang berada di istana labirin ini yang terbagi menjadi ruang-ruangan terpisah dan di batasi dengan pintu besar.

Lorong di depan mereka tidak memiliki pintu dan tidak ada penjaga yang berlalu lalang di sekitarnya, Lylah tanpa rasa takut langsung ingin memasuki lorong di depannya namun hanya selangkah Rocky menahannya di mulut lorong.

Lylah berbalik dan menatap Rocky, “kenapa Rocky? Apa ada yang aneh?”

Rocky tak menjawab dan hanya memandang ke sekitar, ia merasa melupakan sesuatu namun tidak menemukan apapun.

Di sisi lain Lylah yang notabenenya adalah anak yang di penuhi rasa penasaran pun menarik Rocky sekuat tenaga. “ayooo!... tenang Rocky tidak akan ada masalah! Aku janji Cuma melihat-lihat saja dan kembali jika ada zirah hidup atau golem yang menghadang kita akan langsung kembali!.”

Karena dorongan Lylah, Rocky pun hanya bisa pasrah dan menuruti keinginannya. Namun ia masih tidak mengabaikan instingnya yang mengatakan apa yang tidak beres, ia pun langsung meminta sabit yang di simpan oleh Lylah.

“kau aneh sekali hari ini Rocky!, tidak biasanya...” kata Lylah yang mengeluarkan sabitnya dari balik jubahnya.

“kalau tidak terima ya kita pulang saja! Dan tunggu hingga Master Sage mengetahui kalau kau diam-diam keluar dan bermain di dungeon!” ucap Rocky.

Namun Lylah malah menutup telinganya sekuat tenaganya. “HMP! Rocky aku tidak masalah jika kau marah! Namun jika bicara tolong jangan gunakan Helm itu! Suaranya sungguh menyiksa telinga kau tahu!”

Mendapatkan balasan itu Rocky langsung menutup bagian mulutnya, dan sekuat tenaga ia menahan suaranya hanya untuk berkata. “maaf”

Namun sayangnya Lylah malah langsung berlari sambil menutup telinganya. “SUDAH AKU BILANG JANGAN BICARA! TERIAKAN ITU TERLALU KERAS!”

Kini Rocky merasa dilema dengan keadaan, ia pun segera menyusul Lylah yang telah memasuki lorong yang lantainya dipenuhi oleh bunga biru yang bercahaya, namun tanpa diketahui oleh keduanya sesuatu memantau mereka dari kejauhan.

Rocky dan Lylah kini menelusuri lorong yang baru mereka temui, berbeda dengan tempat lain yang di terangi oleh batu cahaya dan obor dengan api yang tak pernah padam. Lorong yang mereka lalui kini hanya di terangi oleh cahaya yang di hasilkan bunga-bunga kecil di bawah kaki mereka.

Selama beberapa saat mereka memasuki lorong tidak ada jebakan yang menghambat atau sesuatu yang menghalangi mereka, di saat ini Lylah terus tertawa dengan riang kesana kemari di belakang Rocky memetik bunga-bunga di bawahnya, ia sesekali mengambil bibit dan seskali memetik untuk di rangkai dan memasukkannya di balik jubahnya.

Namun di sisi lain Rocky yang berjalan di depan terus saja waspada dengan sabit di tangannya, ia terus saja memeriksa semua dinding, lagit-lagit dan lantai yang sekiranya ia curigai.

“Rocky santai saja… aku sering diam-diam berjalan-jalan di sekitar sini, dan tidak ada masalah apapun... hanya bersama masterlah biasanya kami melawan Golem itupun saat panen kemarin.” Jelas Lylah yang dengan sibuknya memintal bunga-bunga bercahaya itu menjadi seperti mahkota.

Ia mengeluarkan tongkat sihirnya untuk mengeluarkan sihir yang membuatnya melayang dan mendarat di bahu Rocky dan langsung mengenakan mahkota bunga buatannya di atas kepalanya, “TARA!... bagaimana? Bagus bukan! Hehehehe...”

Helm yang ia kenakan benar-benar seperti bagian dari Rocky, jika mengabaikan tubuh batunya ia saat ini terlihat seperti seorang pria dengan memakai topeng yang mengajak adiknya jalan-jalan. Apalagi dengan benang yang di bentuk seperti rambut di atas kepalanya benar-benar serasi dengan rambut Lylah bedanya yang ada di kepala Rocky lebih mirip dengan rambut putih perak seperti kilatan pedang yang baru di poles.

“hmm... tapi ini aneh ya, kenapa tempat ini sunyi sekali...” celetuk Lylah.

Seketika Rocky langsung berbalik dan berlari kencang menuju pintu masuk, karena pergerakan Rocky yang tiba-tiba Lylah secara refleks berpegangan di kepalanya, “Waaa.... Rocky!! Kau kenapa!?”

Rocky menghiraukan apapun yang keluar dari Lylah, saat ini kecepatannya adalah 2 kali kecepatan manusia, hingga tak lama setelah itu mereka sampai pada ujung lorong, namun sayangnya Rocky hanya menemukan sebuah tembok yang menghalangi pintu keluar.

“DAK!” Rocky melompat dan memukul tembok tersebut, namun sayangnya hanya ada retakan yang tercipta, retakan itu pula juga perlahan menghilang.

Rocky memeriksa tangannya dan hanya mendapati kalau tangannya juga retak dan regenerasi hampir mirip dengan tembok di depannya.

Sementara itu Lylah terjatuh karena durasi sihir melayangnya telah habis ia langsung memegang leher Rocky dan bergelantungan pada bahunya sebagai tumpuan, “ada apa Rocky?... hm? ini pintu masuk?”

Perkataan Lylah hanya di balas anggukan, namun Lylah bahkan tidak panik sedikitpun, “hmm... kalau tertutup biarlah... mungkin karena ada bangunan yang menutupinya, lebih baik kita kembali saja!”

Lylah langsung memanjat dan duduk di pundak Rocky begitu saja, ia langsung memegangi rambut putih pada helm Rocky sebagai pegangan, “Ayo Rocky!... lagi pula selama ini kita tidak mendapatkan masalah... bukannya ini berarti lorong ini aman? Maka dari itu daripada menunggu di sini ayo kita menjelajah lorong ini hehehe”

Rocky menoleh ke atas untuk melihat Lylah yang terus saja tersenyum, “haah.... anak sapi yang tidak takut apapun”

Rocky kini pasrah dan mengikuti permintaan Lylah, ia berbalik dan menuju arah yang mereka lalui sebelumnya, namun setelah di kejauhan tembok yang sebelumnya menghalangi mereka perlahan-lahan mengendur dan berubah menjadi kain jubah berwarna hitam yang langsung di kenakan oleh seorang kesatria dengan zirah merah darah di seluruh tubuhnya.

Entah ia hanya baju zirah atau Golem yang mengenakan Zirah namun dengan mata merah menyala yang ia miliki memberikan ancaman dan kengerian tersendiri, untungnya kesatria itu berbalik pergi ke arah yang berlawanan dengan Rocky.