Bab 3 - Membuka Gerbang Dantian
Pagi itu, embun masih menggantung tipis di atas ilalang, dan kabut pegunungan belum sepenuhnya mengangkat tirainya dari langit timur. Surya duduk bersila di belakang pondok kecilnya, tubuh tegap seperti pilar batu, mata tertutup namun wajahnya tenang. Udara di sekitarnya terasa lebih berat dari biasanya—padat, seperti menyimpan sesuatu yang belum terurai.
Sudah tiga hari terakhir ia merasakan gejala aneh. Tubuhnya terasa ringan namun menegang dari dalam. Ketika ia menggunakan teknik pernapasan warisan kakeknya yang telah dimodifikasi lewat Core Creation, sebuah reaksi mulai muncul. Bukan lagi hanya pernapasan yang menguatkan darah dan daging, melainkan perasaan seolah ada kekuatan yang ingin keluar… atau masuk.
"Ini bukan hanya Pemurnian Darah," batinnya.
Core Creation sempat menampilkan pemberitahuan samar:
Tanda awal pembukaan Dantian terdeteksi. Jalur Qi mulai bereaksi terhadap aliran napas spiritual.
Dalam pemahaman dunia ini, Alam Pemurnian Qi sering juga disebut Alam Membuka Dantian—sebuah tahap krusial di mana seseorang mulai menyerap energi spiritual dari dunia luar ke dalam dantian, sebuah ruang energi internal yang selama ini tersegel dan tak aktif. Dantian adalah inti kekuatan spiritual, gudang di mana semua teknik, qi, dan perkembangan kultivasi akan berpusat.
Namun pembukaannya tidak mudah.
Banyak orang gagal karena tubuh mereka tidak siap. Jalur Qi belum terbentuk sempurna, dantian terlalu rapuh, atau kesalahan kecil membuat mereka terluka seumur hidup. Surya tak ingin mengambil risiko itu, tidak di dunia asing ini.
Ia membuka panel Core Creation. Salah satu pilihan yang selama ini ia abaikan kini terpampang jelas:
[Pemurnian Jalur Qi Awal & Stabilisasi Dantian] - Biaya: 25 Poin
Deskripsi: Memperkuat dan membuka jalur Qi secara aman serta mengaktifkan dantian tanpa efek samping.
Ia memiliki lebih dari cukup poin. Tanpa ragu, ia memilihnya.
Tubuhnya langsung membeku, seolah tersambar hawa dari langit dan bumi. Sesuatu masuk ke dalam—bukan secara fisik, tapi seperti gelombang halus yang mengalir dari pusat dadanya menuju perut bagian bawah. Di situlah letak dantian. Rasa hangat menjalar pelan, lalu berubah menjadi nyeri halus seperti semburan cahaya yang menembus lapisan kulitnya dari dalam.
Surya menahan napas. Di dalam kesadarannya, ia bisa melihat—sebuah ruang kosong, gelap, lalu perlahan diterangi oleh cahaya redup yang berputar. Ruang itu... kosong, tapi hidup. Itulah dantiannya. Kini terbuka.
Seiring proses itu, udara di sekitarnya mulai berputar. Tak terlihat oleh mata biasa, tapi energi spiritual yang tersembunyi dalam kabut pagi tersedot perlahan menuju tubuhnya, memasuki dantian yang baru aktif.
Tak ada ledakan. Tak ada suara keras.
Tapi Surya tahu—ia telah berubah.
Ia telah melangkah ke Alam Pemurnian Qi tingkat pertama.
Atau dalam istilah kuno yang lebih dalam: ia telah membuka gerbang Dantian.
Dunia ini, sejak saat itu, tidak lagi hanya tempat untuk bertahan. Tapi medan untuk melangkah maju.
---
…Dalam kesadarannya yang tertuju ke dalam dantian, Surya menyaksikan sebuah pemandangan yang membuat napasnya tercekat. Di tengah ruang spiritual itu, mengambang dengan tenang, terdapat bola logam kelam—mengilap seperti batu obsidian, namun dipenuhi garis-garis cahaya halus yang berkedip-kedip seperti denyut sistem saraf buatan.
Itulah jiwa beladiri miliknya.
Seiring dantian terbuka dan menjadi wadah bagi energi spiritual, jiwa beladiri setiap seniman beladiri akan otomatis terproyeksikan ke dalamnya. Di dunia ini, itu adalah fenomena yang lumrah dan dianggap sebagai pertanda sah bahwa seseorang telah resmi memasuki jalan seni bela diri sejati. Jiwa itu akan menjadi pusat identitas kekuatan mereka—tertanam di dalam dan tumbuh seiring perjalanan kultivasi.
Ada tiga jenis utama jiwa beladiri: binatang, senjata, dan elemen. Tapi dalam sejarah panjang dunia ini, ada pula mereka yang membangkitkan jiwa beladiri unik—jenis langka yang tak termasuk dalam ketiga golongan umum.
Jiwa beladiri tak bersifat tetap. Ia bisa berevolusi.
Seorang anak dari desa pegunungan bisa memiliki jiwa beladiri ular hijau kecil, namun seiring peningkatan alam, jiwa itu bisa tumbuh menjadi naga azure bertanduk, makhluk legendaris yang hanya dimiliki oleh para jenius yang berdiri di puncak dunia.
Potensi inilah yang menjadi patokan kekuatan seseorang. Semakin langka bentuk awal jiwa beladiri, semakin besar kemungkinan evolusinya.
Dan milik Surya… tidak masuk ke dalam klasifikasi mana pun yang dikenali dunia ini.
Planet mini itu—pangkalan teknologi kecil—mengambang tenang di tengah dantian, perlahan menyerap dan menyinkronkan energi spiritual dari sekeliling. Bentuknya asing bagi budaya dunia ini, yang tidak mengenal istilah planet atau teknologi, tapi Core Creation mengidentifikasinya dengan jelas:
> Jiwa Beladiri Unik - Pangkalan Teknologi Mini
Potensi evolusi: tidak diketahui
Status: stabil, menyatu dengan dantian
Fungsi aktif: Analisis (otomatis), Gravitasi Ringan (terbatas)
Surya memandangi bola itu, perasaan campur aduk mengaduk dadanya. Ia tidak tahu ke mana jalan ini akan membawanya, tapi ia tahu satu hal pasti—ia bukan lagi pria biasa yang membuat AI di dalam rumah tua.
Ia adalah seniman beladiri.
Dan di dalam tubuhnya, jiwa beladiri yang tak dikenal oleh dunia ini sedang berputar perlahan… menunggu saatnya tumbuh dan menjelma menjadi sesuatu yang lebih besar.
Saat malam mulai merambat turun dan langit di atas desa mulai bertabur bintang, Surya duduk bersila di pondok bambunya yang sederhana. Nafasnya teratur, tenang, namun tubuhnya dikelilingi riak-riak tipis energi spiritual yang berputar mengelilinginya seperti kabut halus.
Hari ini, ia melakukan trobosan penting—menyempurnakan Alam Pemurnian Qi tingkat 9, dan memasuki batas akhir sebelum menyentuh Alam Pembentukan.
Namun yang membuat malam ini berbeda bukan hanya peningkatan alam, tapi apa yang terjadi di dalam dantian-nya.
Pusat spiritualnya bergetar pelan… kemudian intens. Bola logam yang biasa mengambang dengan tenang di tengah ruang dantian, mulai bersinar terang dan berdenyut hebat. Seolah menelan gelombang energi spiritual yang ia kumpulkan selama berminggu-minggu.
Tiba-tiba… bentuknya berubah.
Yang semula hanya seukuran bola basket, kini mengembang menjadi sebesar tong, dan permukaannya mulai menunjukkan struktur yang lebih kompleks. Ada menara kecil, cincin berputar seperti radar, dan di bagian bawah tampak terbuka celah-celah kecil—pintu-pintu hanggar mungil yang sebelumnya tidak ada.
Jiwa Beladiri berevolusi.
Core Creation langsung menampilkan informasi:
> Jiwa Beladiri Unik - Pangkalan Teknologi Mini [Tingkat 2]
Status: Aktif & Berkembang
Kemampuan Baru: Proyeksi Prajurit Pangkalan, Produksi Pesawat Tempur Mini
Dalam ruang spiritualnya, Surya menyaksikan saat pintu-pintu kecil itu mulai terbuka satu per satu… dan dari dalamnya, keluar kilatan cahaya kecil yang kemudian membentuk figur-figur mungil, berukuran seperti boneka logam setinggi lutut manusia—mereka berdiri tegak, bersenjata lengkap, dan memancarkan aura mekanis yang kuat.
Prajurit Pangkalan.
Beberapa detik kemudian, terdengar suara mekanik ringan, dan dari bagian atas pangkalan, sebuah cerobong kecil terbuka. Tiga… lima… lalu sepuluh pesawat tempur mini melesat keluar, berputar di sekeliling ruang dantian seperti kawanan lebah penjaga.
Surya mengerutkan kening, lalu mulai menyalurkan energinya lebih banyak.
Hasilnya mengejutkan—semakin banyak energi spiritual yang ia suntikkan ke dalam jiwa beladiri, semakin banyak pesawat tempur mini yang dihasilkan. Dalam hitungan menit, jumlahnya mencapai dua puluh. Semuanya berputar mengelilingi pangkalan mini seperti sarang tawon yang baru saja terbangun.
"Aku... menciptakan armada," gumamnya pelan.
"Bukan sembarang jiwa… ini… seperti pusat komando perang."
Efeknya bukan hanya visual. Ia juga bisa menghubungkan kesadaran dengan pesawat-pesawat itu, mengarahkan mereka secara naluriah. Dalam pertempuran nanti, ia bisa membiarkan satu bagian jiwanya mengendalikan gerakan mereka seperti kawanan burung, sementara tubuhnya tetap bertarung secara fisik.
Tidak hanya itu, prajurit pangkalan juga bisa diperintah secara individu. Meskipun mungil, mereka bisa menyerang, bertahan, bahkan menjadi perisai sementara.
Di dunia ini, konsep seperti ini nyaris tidak masuk akal. Tidak ada referensi atau teknik serupa yang diketahui penduduk lokal.
Dan Surya tahu… ini baru awal dari evolusi panjang.
"Jika ini baru tahap pertama… maka saat mencapai Alam Pembentukan Gua atau lebih tinggi… seberapa besar pangkalan ini bisa berkembang?" pikirnya, sambil menatap proyeksi pangkalan yang kini lebih hidup dan dinamis.
Surya tersenyum kecil. Ia masih tak ingin menonjol. Tapi dengan kekuatan ini tumbuh hari demi hari… ia tahu, waktunya untuk bersembunyi tak akan berlangsung selamanya.
Malam itu, angin di luar bertiup lembut membawa aroma embun dan dedaunan basah. Suara jangkrik bersahutan, seolah dunia di luar tetap berjalan tenang—tak menyadari bahwa di sebuah pondok kecil di pinggir desa, ada kekuatan yang mulai tumbuh, pelan tapi pasti, melampaui batas manusia biasa.
Di dalam pondok, Surya masih bersila, perlahan membuka matanya. Cahaya kehijauan samar masih berputar mengelilingi tubuhnya, sisa dari proses kultivasi intens tadi.
Tubuhnya terasa ringan, aliran Qi dalam meridian terasa jauh lebih lancar dari sebelumnya. Dan yang paling terasa… hubungan antara dirinya dengan jiwa beladiri itu—semakin erat, seolah pangkalan mini itu benar-benar bagian dari tubuhnya sendiri.
Ia mengangkat tangannya, dan tanpa berkata, salah satu pesawat mini muncul dari udara di hadapannya. Hanya sebesar telapak tangan, berbentuk seperti jarum logam terbang, tapi jelas terasa berat dan padat. Ia memfokuskan niatnya—dan pesawat itu melesat ke arah batu di luar jendela, menabraknya dengan kekuatan yang cukup untuk meninggalkan retakan kecil.
Surya menarik napas dalam. "Kekuatan ini bukan main-main…"
Tapi ia juga sadar, energi yang dibutuhkan tidak sedikit. Dalam proyeksi mentalnya, ia bisa melihat bahwa produksi pesawat memiliki batas berdasarkan cadangan energi spiritual dalam dantian. Jika ia mencoba memproduksi terlalu banyak sekaligus, efeknya bisa membuatnya lemas.
Dan itu bukan risiko kecil.
Namun ada satu hal yang lebih menarik perhatian: prajurit pangkalan. Tidak hanya berfungsi sebagai pertahanan, tapi juga bisa menjalankan perintah sederhana. Ia mencoba menguji satu, menyuruhnya memungut batu kecil dan menyusunnya ke bentuk tertentu. Hasilnya? Meskipun gerakannya kaku, sang prajurit benar-benar menuruti perintahnya.
"Kalau mereka bisa berkembang lebih jauh… apakah suatu hari bisa membuat mereka belajar dan menyesuaikan diri?"
Pertanyaan itu menggantung di udara.
Namun, ia menepis ambisi besar untuk sementara. Tujuan utamanya sekarang sederhana—menstabilkan kultivasinya, dan mencari peluang untuk memahami dunia ini lebih dalam.
Sudah satu tahun lebih ia tinggal di desa. Orang-orang mulai mengenalnya sebagai lelaki pendiam yang kadang membantu memperbaiki alat tani atau meracik ramuan herbal. Ia tak pernah menunjukkan kekuatannya. Bahkan ketika beberapa anak muda desa saling pamer jurus silat dari keluarga masing-masing, Surya hanya tersenyum tipis dan memilih tetap diam.
Bukan karena takut. Tapi karena ia tahu, dunia ini bukan tempat untuk sok tahu… bukan tanpa kekuatan yang bisa berdiri di atas semua hukum.
Dan kekuatan itu… sedang ia bangun diam-diam. Seperti benih di tanah sunyi, menunggu waktu untuk tumbuh menjadi pohon raksasa yang menjulang di tengah dunia.
Beberapa hari berlalu sejak evolusi Jiwa Beladiri-nya, dan Surya menghabiskan waktunya dengan tenang seperti biasa. Di desa kecil itu, ritme hidup berjalan lambat, penuh keteraturan. Penduduknya hidup dari bercocok tanam, membuat kerajinan sederhana, dan berburu di hutan sekitar.
Surya sendiri sudah seperti bagian dari desa, walau ia tak pernah resmi menjadi warga. Ia tinggal di pinggir hutan, membantu bila diperlukan, namun lebih sering menyendiri, mempelajari teknik pernapasan warisan kakeknya yang telah ia ubah menjadi dasar teknik kultivasi. Teknik itu kini menjadi jalur yang mengalirkan energi spiritual secara konsisten, memperkuat tubuh dan dantiannya setiap hari.
Suatu sore, ia duduk di batu besar dekat sungai, menatap air yang mengalir sambil mengatur napas.
Ia menutup mata, dan perlahan, dari pusat dantiannya, Jiwa Beladiri-nya memancar keluar—proyeksi pangkalan teknologi mini itu tampak melayang tenang di udara. Ukurannya kini telah stabil sebesar tong, dengan detail struktur yang semakin tajam. Antena kecil berputar perlahan, dan di sekelilingnya, beberapa pesawat mini berpatroli dalam formasi melingkar.
Namun hari ini, sesuatu terasa berbeda.
Dari dalam pangkalan, muncul kilatan biru yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sebuah ruang kecil terbuka di sisi struktur, dan dari dalamnya muncul bayangan perangkat kecil—belum sepenuhnya terbentuk, tapi jelas merupakan komponen baru.
Core Creation menampilkan notifikasi dalam pikirannya:
> Progres Evolution: 38%
Kemampuan Baru (Terkunci): Sistem Komando Otomatis
Kondisi Aktivasi: Stabilitas Alam Pembentukan
Surya menyipitkan mata. "Sistem komando otomatis? Apakah itu berarti pangkalan bisa mengatur sendiri pertahanan dan produksi tanpa aku arahkan langsung?"
Itu akan menjadi lompatan besar.
Namun untuk mencapainya, ia harus mencapai Alam Pembentukan, tahapan di mana tubuh dan jiwa beladiri benar-benar mulai menyatu sebagai satu sistem. Dantian akan diperluas secara signifikan, memungkinkan penyimpanan energi yang jauh lebih besar.
Dan untuk itu, ia membutuhkan kondisi yang benar-benar stabil—bukan hanya tubuh dan energi, tapi juga lingkungan.
Ia tahu, desa ini sudah mulai terlalu kecil untuk potensi dirinya.
Namun pergi dari sini berarti memasuki dunia yang lebih luas… dan lebih berbahaya.
Pikirannya melayang ke cerita-cerita yang ia dengar dari para pemburu. Tentang sekte-sekte bela diri di kaki gunung utara. Tentang klan-klan bangsawan yang memiliki warisan teknik kuno. Tentang ibukota kerajaan yang katanya menyimpan menara tertinggi dunia beladiri.
"Aku tidak bisa tinggal di sini selamanya…" bisiknya.
Tapi ia juga tahu, belum waktunya.
Untuk saat ini, ia akan tetap di sini, menunggu hingga ia benar-benar siap. Hingga pangkalan itu berkembang cukup kuat. Hingga dirinya, seorang pendatang tanpa nama, menjadi seseorang yang mampu berjalan ke dunia luar tanpa harus tunduk pada dunia itu.