Bab 4 - Percikan di Balik Kabut
Pagi itu, kabut tipis menyelimuti desa. Embun masih menggantung di ujung-ujung daun, dan suara ayam hutan bersahutan dari kejauhan. Surya membuka jendela pondoknya perlahan, membiarkan udara dingin masuk menyegarkan tubuhnya.
Sudah hampir dua tahun ia berada di dunia ini. Dan selama itu pula, setiap hari adalah latihan, perenungan, dan penyesuaian. Meskipun tampak hidup sederhana, dalam diam ia telah menapaki banyak hal yang tak disadari orang lain.
Ia telah menembus ke Alam Pemurnian Qi tingkat ketiga, sebuah tonggak yang tak pernah ia umbar. Tubuhnya kini lebih kuat, stamina dan fokusnya jauh melampaui manusia biasa, dan pangkalan jiwa beladirinya pun telah mengalami evolusi kecil lagi.
Jika sebelumnya pesawat mini hanya dapat terbang dan menyerang dalam jumlah terbatas, sekarang mereka mampu terbang berkelompok dalam formasi dasar tempur. Tidak hanya itu—dengan menyuntikkan Qi yang cukup, Surya bisa memanggil versi pesawat pengintai, yang mampu memancarkan gelombang pemetaan area dalam radius terbatas.
Tapi semua itu masih disimpan rapat.
Hari itu, ia berjalan ke arah kebun tua di belakang desa untuk mencari tanaman herbal. Bukan hanya untuk persediaan, tapi juga karena ia tengah mencoba meramu pil sederhana dari resep dasar yang ia pelajari diam-diam.
Di perjalanan, ia bertemu dengan Pak Dargo, salah satu tetua desa. Lelaki tua itu berjalan perlahan sambil membawa keranjang.
"Surya, pagi-pagi sudah ke belakang desa?" tanya Dargo dengan senyum ramah.
Surya membalas senyum, "Iya, Pak. Cari akar jampe, kemarin ada yang minta obat pegal."
Dargo mengangguk. "Anak-anak muda di desa ini makin malas berlatih. Kadang saya pikir, dunia luar itu makin dekat ke sini. Kau tahu, seminggu lalu, pemburu dari utara bilang lihat asap hitam naik dari balik bukit."
"Asap hitam?" Surya mengerutkan kening.
"Iya. Mungkin kampung lain terbakar. Tapi bisa juga… tanda pergerakan sekte. Mereka sering lakukan pertempuran kecil di perbatasan kekuasaan."
Surya diam sesaat. Dunia luar benar-benar bergerak, dan ia tak bisa terus berpura-pura aman di balik ketenangan desa.
Saat pulang, ia duduk di ruang utama pondoknya dan membuka interface Core Creation.
> Pilihan Upgrade Tersedia:
Menara Deteksi (menggunakan 200 poin)
Peleburan Material Tingkat Dasar
Sistem Komando Otomatis Lv.1 (terkunci)
Poinnya saat ini tidak banyak, hanya sekitar 87. Tapi ia memilih Peleburan Material Tingkat Dasar, untuk mendukung usahanya membuat pil dan alat bantu lainnya.
Segera, sebuah struktur kecil muncul di samping proyeksi pangkalan dalam dantian-nya. Seperti tungku logam, dengan jalur aliran energi mini yang berdenyut halus.
Ia menyentuh dadanya. Panas lembut terasa, seolah jantung keduanya—pangkalan itu—berdetak bersamanya.
Hari mulai meredup. Di kejauhan, terdengar suara gong desa dipukul tiga kali—tanda bahwa seorang pelancong datang ke desa. Ini jarang terjadi.
Surya berdiri dan melangkah keluar pondok.
"Sepertinya, hari-hari tenang akan segera berganti..."
Dan ia tahu, saat dunia mulai datang menghampirinya, ia harus siap menyambutnya—bukan sebagai tamu, tapi sebagai bagian dari takdir barunya.
---
Langkah kaki Surya menyusuri jalan tanah desa yang masih sedikit becek setelah hujan pagi. Di depan balai desa, beberapa warga berkumpul. Seorang pria muda tampak duduk di atas dipan bambu sederhana dengan luka di bahunya. Pakaiannya compang-camping, dan sorot matanya menunjukkan bahwa ia pernah melihat kematian dari dekat.
Di sampingnya tergantung sebilah pedang lusuh, bukan pedang milik rakyat desa biasa.
"Dia ditemukan oleh pemburu saat pagi-pagi keluar ke hutan barat," bisik salah satu warga pada Surya.
Surya hanya mengangguk, mendekat pelan namun menjaga jarak.
"Aku dari desa Kembang Wulu, tiga hari ke utara," ujar si pria, napasnya berat. "Desa kami… dibakar."
Orang-orang menegang. Desa sekecil itu mana mungkin menjadi sasaran?
"Mereka… orang-orang berjubah gelap. Wajah mereka ditutupi. Mereka tidak seperti bandit biasa. Pemimpin mereka... bisa memukul tanah dan membuat tanah berguncang." Ia menelan ludah. "Itu bukan teknik sembarangan. Dia… setidaknya sudah di Alam Pemurnian Qi puncak, atau mungkin lebih tinggi..."
Beberapa warga saling pandang. Di desa kecil seperti ini, bahkan mencapai Alam Pemurnian Darah saja sudah dianggap luar biasa.
"Jangan-jangan... mereka sekte gelap?" gumam seorang pria tua.
Surya menunduk. Dalam benaknya, ia segera memikirkan dua kemungkinan: orang buangan dari sekte besar yang menyamar sebagai bandit, atau... seorang anjing bangsawan yang menyalahgunakan kekuatannya jauh dari pusat kekuasaan. Dunia ini memang keras—dan terkadang, para kuat mempermainkan yang lemah hanya untuk hiburan atau eksperimen.
Malamnya, saat desa sudah tenang, Surya duduk bersila di pondok kayunya. Di dalam dantian, pangkalan teknologinya memutar perlahan, berdenyut lembut seperti jantung logam.
Dia membuka panel Core Creation dan mulai menyuntikkan energi spiritual untuk membentuk unit baru:
> Unit: Drone Mini Tipe Lebah
Fungsi: Pengintai, pemindai jejak energi, kecepatan tinggi
Status: 1 Unit — Aktif
Miniatur pesawat dengan bentuk menyerupai lebah keluar dari proyeksi pangkalan. Ukurannya hanya sebesar ruas jari, tapi detailnya presisi: sayap tipis bergetar dengan kecepatan tinggi, dan tubuhnya menyimpan batu spiritual kecil sebagai baterai sementara.
"Telusuri arah utara. Cari tanda-tanda Qi tidak stabil atau jejak panas bekas pertempuran," bisik Surya, nyaris seperti mantra.
Unit itu menembus keluar tubuhnya, lalu melesat ke angkasa malam tanpa suara.
Surya berdiri, menatap langit.
"Jika mereka benar-benar bandit, aku bisa diam. Tapi kalau mereka sekte menyamar atau bangsawan rusak... aku tak bisa tinggal diam terlalu lama."
Pangkalan di dalam tubuhnya bergetar ringan, seolah menyambut ketegasan itu.
Dan dari kejauhan—dalam diam dan gelap—sebuah badai perlahan menggulung menuju desa yang selama ini begitu damai.
Langit malam bertabur bintang, tapi bagi Surya, tiap titik cahaya justru tampak seperti mata pengintai dari kekuatan tak dikenal. Angin pegunungan berdesir pelan, menyapu dedaunan dan menggoyangkan atap pondoknya. Namun pikirannya tidak tenang. Sejak siang tadi, kabar tentang desa Kembang Wulu yang diluluhlantakkan telah menancap seperti paku dingin di dadanya.
Ia tahu—dunia ini keras, tak peduli siapa dirimu.
Tapi kekacauan yang dibawa kekuatan besar ke wilayah desa kecil seperti ini menandakan sesuatu: ada pergerakan. Entah ekspansi tersembunyi, percobaan, atau hanya pemurnian liar dengan dalih kekuasaan.
Surya membuka kembali panel Core Creation. Tampilan holografik mungil menyala di hadapannya. Ia memilih opsi untuk mengalihkan sebagian cadangan energi spiritual ke peningkatan sistem pertahanan pangkalan.
> Modul Pertahanan Level 1 aktif.
Menara laser mini – slot 1 tersedia.
Aktifkan?
"Ya," bisiknya pelan.
Di dalam dantian, bentuk pangkalan berubah sedikit. Di sisi puncaknya muncul semacam kubah kecil yang kemudian membuka, menampakkan lensa kristal berwarna merah tua. Surya merasakan berat energi spiritualnya sedikit berkurang. Sistem pertahanan dasar telah terbangun.
Bersamaan dengan itu, satu sinyal lemah masuk dari drone tipe lebah yang ia kirim. Ada gelombang Qi tak stabil terdeteksi lima li ke arah utara—tepat di pinggir bekas jalan antara desa Batu Lestari dan desa Kembang Wulu. Tidak cukup kuat untuk langsung dikenali oleh seniman biasa, tapi cukup untuk membuat pangkalan mengidentifikasi tanda-tanda konflik kecil.
"Pertarungan?" gumamnya. "Atau mungkin pembantaian satu arah…"
Ia segera bersiap. Tidak untuk bertarung, tapi untuk mengamati. Ia menggulung jubahnya, mengambil sebuah tongkat kayu yang biasa ia gunakan untuk menandai rute ketika berburu herbal di hutan, dan memasukkan beberapa batu spiritual cadangan ke dalam saku dalam.
Surya tahu: terlalu dini baginya terlibat langsung. Tapi pengamatan adalah awal dari kekuatan.
---
Satu jam kemudian, di balik semak-semak di lereng bukit yang menghadap ke jalan setapak yang ditumbuhi rerumputan liar, Surya menyaksikan sisa-sisa dari pertarungan kecil.
Tanah menghitam, beberapa bekas kaki terlihat dalam formasi berantakan. Di tengahnya—jejak darah, tertutup sebagian oleh daun-daun kering yang tertiup angin. Tapi lebih dari itu, jejak spiritual yang tertinggal terasa... dingin.
Ia menutup mata, memusatkan Qi, lalu mengaktifkan Analisis Lingkungan dari pangkalannya.
> Jejak energi teridentifikasi:
Tipe: Qi Gelap & Qi Kebencian
Sumber kemungkinan: Teknik pemurnian jiwa atau seni bela diri non-ortodoks
Estimasi tingkat pelaku: Alam Pemurnian Qi tingkat 9 atau lebih tinggi
Surya menahan napas. Qi kebencian… itu bukan sesuatu yang diajarkan sekte-sekte besar secara terang-terangan. Itu biasanya seni bela diri yang diturunkan secara rahasia—keras, cepat, dan memakan jiwa musuh… bahkan kadang diri sendiri.
"Ada sesuatu yang lebih besar terjadi," bisiknya.
Di langit, drone tipe lebah melayang tak jauh dari kepala, memindai daerah dengan sinar tipis dari matanya. Tiba-tiba, satu kilatan cahaya kecil muncul di bawahnya. Sebuah serpihan kristal hitam, separuh terkubur di tanah.
Surya mengangkatnya perlahan. Begitu jari-jarinya menyentuh kristal itu, proyeksi dari Core Creation langsung menyalakan peringatan:
> Fragmen Artefak Gelap Detected.
Efek: Menyerap Qi pengguna yang tidak kompatibel.
Asal tidak dikenal. Sangat berbahaya.
"Artefak gelap… jadi ini bukan sekadar pembantaian."
Ia menggenggam kristal itu erat-erat. Dunia ini... mulai menunjukkan sisi kelamnya.
Dan Surya tahu, waktu bersembunyi perlahan habis. Karena jika kekuatan seperti itu bergerak ke wilayah pedalaman, maka yang lemah hanya punya dua pilihan—menjadi abu, atau berkembang menjadi api yang lebih besar.
Surya menatap kristal hitam di telapak tangannya. Rasanya dingin, hampir seperti menyentuh es batu yang menolak mencair. Namun dari dalamnya terasa denyut lemah—seperti jantung kegelapan yang masih berdetak. Aura samar keluar darinya, berdesir perlahan namun tajam, seolah menolak disentuh oleh Qi biasa.
Pangkalan dalam dantiannya bergetar ringan. Sebuah panel informasi muncul dalam kesadaran Surya, seolah menanggapi objek asing itu.
> Analisis Awal Fragmen Tidak Dikenal
Komposisi: Energi spiritual tinggi bercampur jejak elemen asing
Status: Tidak stabil
Resiko: Tinggi jika diurai tanpa sistem pengendali tambahan
Rekomendasi: Isolasi sementara dalam wadah netral. Penelitian lanjutan diperlukan.
Surya menghela napas. Ia tak bisa gegabah. Kristal ini bukan barang biasa. Kemungkinan besar, inilah yang diburu oleh para pria berjubah gelap—entah untuk tujuan apa. Jika benar benda ini sebuah relik, maka nilainya bisa memicu pembantaian, bahkan oleh sekte-sekte besar.
Ia memandang ke arah desa. Terlalu banyak orang tak bersalah di sana. Anak-anak yang ia ajari cara bernapas tenang. Para petani yang sering memberinya hasil panen lebih karena ia membantu perbaikan alat. Mereka tak akan tahan menghadapi kekuatan yang mengejar fragmen ini.
Pelan-pelan, ia mengubur kembali kristal itu ke dalam tanah, tepat di bawah pondoknya—dilindungi dengan formasi segel sederhana yang ia tingkatkan dari sistem pangkalan, ditambah susunan batu spiritual murahan yang ia peroleh dari tukang obat keliling. Mungkin tak sempurna, tapi cukup untuk menyamarkan energinya dari penginderaan biasa.
Malam pun tiba. Angin berhembus lebih dingin dari biasanya, membawa aroma lembab tanah dan bunga liar yang belum mekar. Tapi ada sesuatu di balik itu—getaran tak kasatmata. Surya bisa merasakannya. Badai yang akan datang. Entah satu minggu lagi, sebulan, atau mungkin besok.
Namun kali ini, ia lebih siap.
Dan dunia—sekecil apapun titik ia berpijak sekarang—akan mulai mengenal namanya. Bukan karena dia ingin terkenal. Tapi karena pada akhirnya, mereka yang bertahan bukanlah yang terkuat… melainkan yang paling tahu kapan harus melawan, dan kapan harus menunggu.
---
Di dalam kesadaran batin, di ruang gelap namun tenang dari dantian Surya, panel status perlahan muncul—seolah dipanggil oleh pikirannya sendiri.
> [STATUS SENIMAN BELADIRI: SURYA JAGAT]
Usia: 35
Alam Kultivasi: Pemurnian Qi – Alam Kecil ke-3 (Membuka Dantian 30%)
Jiwa Beladiri: Pangkalan Teknologi Mini
Tipe Jiwa: Unik (Proyeksi Energi)
Potensi Evolution: Aktif saat menembus Alam Pembentukan
SKILL TERBANGKITKAN:
1. S.C.E.N. (Spiritual Core Energy Net): Jaringan pemantau dan pemroses energi Qi di sekitar, mendeteksi anomali, mengoptimalkan serapan energi.
2. Gravitasi Fokus: Menghasilkan titik gaya tarik tinggi di satu titik, memperlambat gerakan musuh atau menarik objek ringan.
3. Prajurit Mini: Proyeksi prajurit kecil seukuran jari, bisa diperintah bertempur dalam jumlah terbatas tergantung energi.
4. Pesawat Tempur Mini (Tipe Lebah): Unit terbang pengintai dan penyerang jarak jauh, dapat dibuat massal selama suplai energi tersedia.
Catatan Pangkalan: Energi Stabil. Sistem Pertahanan Dantian Aktif. Rekomendasi peningkatan teknik napas untuk efisiensi energi tahap menengah.
Surya memandangi panel itu dalam-dalam. Empat kemampuan itu saja sudah jauh melampaui seniman beladiri pada tingkat yang sama. Namun ia tahu, kekuatan ini adalah pedang bermata dua. Semakin mencolok, semakin besar pula tarikan bahaya yang akan datang.
Tapi untuk saat ini, dia merasa tenang. Empat skill itu cukup untuk melindungi desa jika keadaan mendesak. Belum sempurna, tapi cukup untuk bertahan.
Ia membuka mata. Malam masih dalam, dan suara jangkrik menggema lembut dari balik pepohonan. Dari luar pondoknya, suara langkah kaki terdengar. Bukan langkah mencurigakan—pelan dan berirama.
Seorang anak muda dari desa berdiri di depan pondoknya, membawa semacam gulungan daun.
"Pak Surya… ini dari Ibu Nari. Katanya untuk obat luka," ujarnya gugup.
Surya tersenyum dan menerima dengan sopan. "Terima kasih. Sampaikan salamku."
Setelah si anak pergi, Surya kembali memandang ke langit. Empat kemampuan, dan satu rahasia besar terkubur di bawah pondoknya. Ia tahu waktunya belum tiba, tapi pelan-pelan… kepingan dunia ini mulai membuka diri.
Dan dia tidak akan tinggal diam ketika badai datang. Ia akan menyambutnya dengan ketenangan—dan teknologi yang menggelegar dari dalam proyeksi dantiannya.
---
Malam mulai beranjak menuju tengah. Bintang-bintang bersinar redup, seolah langit pun enggan terlalu terang di malam seperti ini. Surya duduk bersila di ruang kecil pondoknya, tubuhnya dilingkupi oleh lingkaran cahaya samar dari teknik pernapasan warisan kakeknya. Nafasnya lambat, dalam, dan teratur—mengalir mengikuti alur energi di tubuhnya.
S.C.E.N. aktif di latar belakang, perlahan menyerap partikel Qi dari udara. Meski lingkungan desa ini tak sepadat tempat-tempat suci kultivasi, teknik itu membuat proses penyerapan lebih efisien.
Dari balik dinding kayu, suara langkah cepat terdengar. Seseorang menghampiri pondoknya dengan tergesa namun menahan suara.
Tok. Tok.
"Pak Surya, ini aku, Pak Yuda."
Surya membuka mata, berdiri dan membuka pintu.
Pak Yuda, pria paruh baya yang dikenal sebagai tetua bidang pertanian, berdiri dengan wajah cemas. "Ada yang aneh di utara. Dua ekor anjing penjaga hilang, dan seorang pemuda desa yang sedang menggembala sapi melihat kilatan cahaya dari hutan, seperti api tapi tak membakar. Bisa jadi… Qi."
Surya mengernyit. "Jam segini?"
Pak Yuda mengangguk. "Kami tak punya orang kuat untuk memeriksa. Aku tahu kau... bukan bagian dari desa. Tapi, jika kau bersedia…"
Surya menepuk pundaknya pelan. "Biar aku lihat. Jaga desa. Tutup semua jalan keluar kecuali jalan utama."
Setelah menyiapkan beberapa batu spiritual kecil dan satu unit lebah tempur mini, Surya berjalan keluar dan melangkah ke arah utara, melewati ladang dan pagar kayu tua. Langkahnya tenang, tapi mata dan telinganya waspada penuh.
Begitu ia memasuki pinggiran hutan, ia berhenti, lalu mengaktifkan drone mini lebah.
> Unit Aktif: 1 – Tipe Lebah
Mode: Deteksi Jejak Qi & Pergerakan Panas
Drone itu terbang rendah, memindai area dengan presisi tinggi. Surya mengikuti arah drone, sampai akhirnya ia mendapati bekas tanah yang hangus—tapi anehnya, tak ada api. Seolah sekejap terbakar lalu padam.
Dan di tengahnya, setitik debu hitam menggumpal, seperti abu dari logam.
"Qi tipe elemen… mungkin petir atau api hitam." Surya membungkuk, menyentuh tanah dengan ujung jarinya.
Namun belum sempat ia mendalami analisisnya, drone lebahnya mengirim peringatan:
> Peringatan: Perubahan Energi Cepat — Radius 30 meter!
Surya melompat mundur seketika. Tanpa suara, tanpa peringatan lain, tiga sosok muncul dari balik bayangan pepohonan. Jubah gelap. Wajah tertutup. Aura membungkus tubuh mereka, dan salah satu dari mereka memegang kristal seukuran apel—serupa dengan yang ia sembunyikan.
"Mereka mencium jejak energi dari pecahan itu…" gumam Surya lirih.
Tanpa bicara, ketiganya langsung menyerang. Namun Surya sudah siap. Ia mengangkat tangan, dan memanggil proyeksi jiwa bela dirinya.
Dari dalam dantiannya, cahaya biru keperakan menyala. Pangkalan teknologi muncul di belakangnya seperti bayangan raksasa, dan tiga miniatur pesawat tempur melesat dari sisinya.
> Aktif: 3 Unit Pesawat Tempur Mini
Mode: Serang & Ganggu Fokus Lawan
Sosok-sosok berjubah itu sedikit terkejut—tak biasa mereka melihat serangan sepresisi itu dari kultivator tahap rendah.
Dan saat Surya menggerakkan telapak tangannya, titik gravitasi kecil muncul tepat di bawah kaki salah satu penyerang.
Gravitasi Fokus.
Keseimbangannya goyah.
Dalam sekejap, Surya meluncur maju, tinjunya dilingkupi energi Qi murni yang berputar seperti pusaran kecil—hasil dari teknik pernapasan warisan yang ia sempurnakan sendiri.
Pukulan itu menghantam dada si penyerang, menghempaskannya ke pohon hingga batang kayu tua itu retak.
Dua lainnya melangkah mundur. Mata mereka yang terlihat dari balik topeng memancarkan ketegangan.
Surya menarik napas, menyusun kembali formasi di sekelilingnya. Ia tahu, ini belum selesai. Tapi setidaknya malam ini, dia bukan lagi mangsa.
Dia adalah titik perlawanan pertama…
dan badai belum benar-benar datang.
---