Bab 5 - Tiga Tahun yang Membakar Diri
Tiga tahun berlalu seperti kabut pagi yang perlahan sirna oleh mentari. Di desa kecil yang dulu hanya menjadi tempat singgah sementara, Surya justru menetap. Bukan karena tak mampu pergi, melainkan karena ia tahu: belum saatnya. Dunia luar terlalu asing dan keras bagi seseorang yang belum cukup kuat. Maka, ia memilih tumbuh perlahan di balik keteduhan.
Dalam tiga tahun itu, tubuh dan jiwanya ditempa. Ia mencapai puncak dari Alam Pembentukan—tingkat ke sembilan. Setiap jalur meridian dalam tubuhnya kini dilapisi oleh lapisan energi yang kental, murni, dan padat. Napasnya saja sudah bisa menggetarkan rerumputan, dan pijakan kakinya tak lagi selalu menyentuh tanah. Ia sudah bisa melayang, walau hanya sekejap. Tapi itu cukup. Alam Pembentukan adalah batas terakhir sebelum seniman sejati melangkah ke puncak baru—Alam Pembentukan Gua.
Jiwa beladirinya, yang selama ini bersemayam dalam dantian seperti bintang miniatur, telah mengalami evolusi untuk kedua kalinya. Dulu hanya sebesar bola basket, lalu menjadi sebesar tong. Kini, bentuknya telah berubah total menjadi sebuah planet mini berwarna perak kebiruan, sebesar rumah pribadi. Ia berputar pelan dalam dantian, dilapisi oleh lapisan pelindung transparan seperti medan energi.
Evolusi ini melahirkan kemampuan kelima: Ruang Kendali Dimensi.
Dengan kemampuan ini, Surya bisa menyimpan berbagai objek ke dalam ruang dimensi tersebut, termasuk senjata, pasokan batu spiritual, atau bahkan tubuh sekutu yang terluka. Ia sendiri bisa masuk ke dalamnya, mengendalikan semua pasukan mini dan formasi yang terhubung secara semi-otomatis, layaknya seorang jenderal di markas perang. Ruang itu juga bisa digunakan sebagai tempat pertahanan darurat, bahkan disembunyikan di dalam retakan dimensi untuk menghindari pelacakan dari musuh yang kuat.
Bentuknya di dalam sana menyerupai kabin teknologi, lengkap dengan panel kendali, ruang observasi, dan pangkalan drone serta pasukan mini. Baginya, itu bukan hanya tempat bertarung, tapi juga tempat merenung dan menyusun rencana.
Namun, kedamaian tak pernah abadi.
Malam itu, angin berhembus terlalu dingin, membawa aroma logam yang menyengat. Dan langit, untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, dihiasi oleh jejak energi gelap seperti luka yang membelah langit.
Orang itu kembali.
Bukan sendiri.
Surya berdiri di atap pondoknya, memandang ke kejauhan. Di balik bukit, siluet berjubah muncul satu per satu. Dan ia mengenali pemimpin mereka—orang yang dulu ia hadapi dan biarkan kabur. Kini, orang itu membawa bala bantuan. Energi mereka kacau, namun kuat. Setidaknya dua di antaranya telah mencapai Alam Pembentukan Gua.
Tak ada waktu untuk mundur.
Namun, ia juga tahu, pertempuran ini bisa meluluhlantakkan desa. Anak-anak, orang tua, sahabat—semuanya bisa ikut menjadi korban.
Maka ia mengambil keputusan.
Dengan satu gerakan tangan, ia membuka Ruang Kendali Dimensi. Udara di sekeliling bergetar saat celah kecil muncul, cukup untuk menyerap tubuhnya masuk ke dalam dimensi pangkalan. Di sana, ia mengaktifkan formasi pertahanan, menghubungkan semua unit drone dan pasukan mini yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun.
Ketika ia keluar kembali, tubuhnya diselimuti oleh mantel energi tipis berwarna biru perak, pantulan dari pusat kendalinya. Pandangannya tajam, dan napasnya tenang.
"Aku tak ingin membunuh siapa pun," gumamnya lirih. "Tapi jika itu harga dari melindungi..."
Langkah kakinya pelan, namun penuh tekanan. Tanah di bawahnya retak halus setiap kali ia berjalan maju. Aura dari dantian mengalir deras, membentuk pusaran tak kasat mata di sekelilingnya. Kristal hitam yang dulu ia sembunyikan telah ia amankan di ruang dimensi—dan mungkin, inilah alasan sebenarnya musuh kembali.
Mereka tak hanya mengejar balas dendam.
Mereka mengejar sesuatu yang lebih dalam.
Dan Surya tahu, untuk melindungi apa yang ia jaga selama ini, ia tak bisa lagi berdiam di desa kecil ini. Setelah malam ini—ia akan pergi.
Meninggalkan tempat yang telah menjadi rumah.
Dan memulai perjalanannya sebagai seniman sejati.
Pertempuran malam itu berlangsung cepat, namun intens. Seolah seluruh kehendak langit dan bumi ikut menyaksikan. Di antara kabut yang turun perlahan, Surya berdiri menghadapi enam sosok berjubah. Mereka mengepung dalam formasi sabit, menciptakan tekanan yang cukup untuk membuat tanah di sekelilingnya mengelupas.
"Serahkan fragmen itu," ujar salah satu dari mereka, suara berat, seperti berasal dari dua tenggorokan sekaligus. "Dan kami akan membiarkan penduduk desa hidup."
Surya menatap mereka, mata tenang namun tak bisa disangkal tajam seperti bilah pedang. "Tiga tahun, dan kalian masih tak mengerti satu hal... Desa ini bukan tempat untuk ancaman. Kalian harus melewati aku terlebih dahulu."
Tanpa menunggu jawaban, ia mengangkat tangan kirinya. Dari langit muncul puluhan pesawat mini dengan cahaya biru di ujung sayap. Mereka berputar dan membentuk formasi lingkaran, siap menembakkan energi murni ke setiap musuh yang bergerak.
Salah satu dari mereka menyerang lebih dulu, menjejak tanah dan melesat dengan kekuatan Alam Pembentukan Gua. Tapi sebelum bisa mendekat, Surya mengaktifkan skill Gravitasi—ruang di sekeliling musuh seolah mendadak menebal. Langkah musuh tertahan, cukup lama bagi satu drone menyusup dan meledak tepat di belakangnya.
Ledakan itu bukan hanya menyakitkan secara fisik, tapi juga memotong aliran Qi. Musuh jatuh ke tanah, terengah, dan Surya tak menyia-nyiakan celah. Dengan lompatan ringan, ia muncul di atasnya dan menjatuhkan prajurit mini dari balik lengan kanan. Prajurit-prajurit mungil itu langsung menusuk titik-titik vital dengan presisi mengerikan.
Dua musuh menyusul, menyerang dari kiri dan kanan. Tapi Surya melompat mundur dan masuk ke dalam Ruang Kendali Dimensi hanya sekejap—cukup untuk mengatur ulang formasi. Saat muncul lagi, pasukan drone sudah berpindah posisi, menyergap dari belakang musuh. Serangan itu menutup ruang gerak, memaksa dua dari mereka melindungi diri dengan paksa.
Pertempuran berlangsung dalam rentang waktu yang tak panjang, namun meninggalkan bekas mendalam. Empat dari enam musuh tumbang. Dua lainnya memilih kabur begitu melihat medan berubah tak menguntungkan.
Surya berdiri di tengah reruntuhan ladang yang sebelumnya damai. Bajunya compang-camping, namun sorot matanya tetap jernih.
Ia memalingkan wajah ke arah desa. Warga menatap dari kejauhan dengan ekspresi penuh campuran: takut, lega, heran, dan... kehilangan.
Karena mereka tahu, malam ini Surya tidak akan tinggal lebih lama.
Beberapa anak kecil menangis diam-diam. Ibu-ibu menunduk, sementara para pria desa berdiri mematung. Surya melangkah pelan, menghampiri kepala desa yang telah menua tiga tahun bersamanya.
"Aku harus pergi," kata Surya lirih.
Kepala desa mengangguk, tak mencoba menahan. "Kami tahu. Tapi kau selalu punya rumah di sini, Nak."
Surya tersenyum, mata memerah tipis.
Dengan langkah mantap, ia meninggalkan desa. Di langit, pesawat mini terbang melingkar, seolah mengantar kepergian jenderal mereka. Tak ada jalan kembali—hanya ke depan. Dan di balik cakrawala, dunia yang luas sudah menunggu.
Langkah pertama menuju rahasia fragmen. Langkah pertama menuju siapa yang berada di balik topeng sekte bayangan itu.
Langkah pertama menuju legenda yang akan mereka kenang sebagai... Surya Jagat.
Langkah Surya menyusuri hutan perbatasan terasa hening namun penuh makna. Tidak ada suara burung malam atau desiran angin yang biasanya menemani. Hanya derap langkahnya yang menggetarkan tanah lembut di bawah kaki, seolah semesta ikut diam, menyadari perubahan besar yang baru saja terjadi.
Tiga tahun bukan waktu yang singkat. Dalam kesunyian desa kecil, ia tidak hanya melatih tubuh dan pikirannya, tapi juga memperdalam pemahaman tentang dunia ini. Dengan sistem Core Creation dan jiwa bela diri uniknya yang telah berevolusi, ia membangun kekuatan yang tak bisa lagi disembunyikan.
Alam Pembentukan Tingkat 9.
Tubuhnya kini menyimpan energi spiritual yang kental dan stabil. Tak seperti sebelumnya, kini ia dapat melayang dalam waktu lama, menembus pepohonan dan melintasi bukit tanpa menyentuh tanah. Napasnya saja cukup untuk menggoyang dedaunan. Dan dalam dantiannya, pangkalan teknologi kini telah berkembang menjadi planet mini sebesar rumah, lengkap dengan struktur internal dan ruang kontrol yang bisa dimasuki melalui kehendak.
Kemampuan kelima dari jiwanya, Ruang Kendali Dimensi, bukan hanya tempat penyimpanan atau persembunyian. Itu adalah benteng berjalan, sistem pertahanan mandiri yang bisa menyesuaikan strategi tempur, menyerap data musuh, dan bahkan melakukan produksi pasukan secara efisien di dalam retakan dimensi.
Kini, ia menutup matanya, duduk di puncak batu besar yang menghadap ke jurang dalam. Qi mengalir dari pori-porinya, tenang dan padat. Ia tahu waktunya sudah tiba.
Tahapan terakhir dari Alam Pembentukan: menembus ke Alam Pembentukan Gua.
Dalam tahap ini, seorang seniman bela diri harus membentuk grotto, ruang dimensi kecil di dalam tubuh mereka, tempat menyimpan energi spiritual dan memadatkan hukum alam yang mereka pahami. Itu bukan lagi sekadar tempat menyimpan energi—tapi fondasi kekuatan sejati.
Surya menggenggam tangannya perlahan.
Pangkalan di dalam dantiannya mulai berputar cepat, menghasilkan aliran energi padat yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Suhu di sekitarnya mulai berubah—udara menggetar, dedaunan berguguran tanpa sebab, dan langit di atas kepalanya tampak sedikit meredup.
"Aku sudah menunggu ini cukup lama," gumamnya.
Dari tubuhnya, pancaran cahaya biru menyala seperti cincin, menyebar ke segala arah. Proyeksi jiwanya—Planet Teknologi Mini—mengambang di tengah dantian, kini tampak lebih nyata dan padat, seperti dunia kecil dengan atmosfer dan garis orbit.
Tubuh Surya bergetar. Qi spiritual meresap masuk lebih dalam, mencari tempat baru. Dan ketika kekuatan itu akhirnya menemukan celah di antara batas tubuh dan roh—grotto pun terbuka.
Retakan kecil di ruang internal muncul, disusul perluasan mendadak. Gua spiritual pribadi terbentuk di dalam tubuhnya—alam kecil miliknya sendiri. Ia bisa merasakannya: tanah padat, langit redup, dan medan energi yang siap diisi.
Alam Pembentukan Gua — Tahap Awal.
Ia membuka mata, dan seberkas kilat biru menyala dalam pupilnya.
Senyum kecil mengembang. "Akhirnya."
Tapi tak ada waktu untuk menikmati keberhasilan itu.
Di kejauhan, sinyal dari salah satu drone pengintai aktif—ia menangkap keberadaan simbol sekte gelap di pinggir kota kecil, dua hari perjalanan dari tempatnya kini.
Surya berdiri, dan dalam pikirannya, pangkalan mulai menyiapkan unit pengintai. Ini bukan lagi pertarungan melindungi desa. Ini sudah memasuki wilayah perang bayangan. Dan dia tak akan melangkah mundur.
Karena kini, dia tidak lagi bertanya siapa yang akan menyerangnya.
Tapi siapa yang cukup kuat untuk menghentikannya.
---
Surya duduk bersila di tepi tebing yang menghadap langit gelap. Sementara tubuhnya tak bergerak, kesadarannya telah tenggelam jauh ke dalam dantian, menyaksikan transformasi yang tengah berlangsung.
Pangkalan yang sebelumnya sebesar rumah pribadi kini telah berubah drastis. Planet mini itu kini membesar, sebesar gunung kecil, dan mulai menampilkan struktur permukaan: menara-menara teknologi, jalur energi berkelap-kelip seperti aliran sungai biru, dan—yang paling mencolok—cincin energi yang melingkar tenang mengitari orbitnya, seperti cincin planet Saturnus.
> Jiwa Bela Diri: Planet Teknologi Tingkat 2 Ukuran: Besar Struktur: Stabil Ciri Unik: Cincin Orbit Energi Kemampuan Baru: Armor Tempur Teknologi Fungsi: Proyeksi eksternal yang dapat menyatu dengan tubuh, memberikan perlindungan serta peningkatan kekuatan, kecepatan, dan integrasi sistem kendali otomatis. Aktivasi penuh memungkinkan unit tambahan terhubung langsung melalui komando mental.
Ketika Surya membuka mata, tubuhnya memancarkan kilatan logam biru dari pori-pori. Dalam sekejap, partikel-partikel mikro keluar dari pangkalan, membentuk struktur pelindung di atas kulitnya. Dalam waktu satu tarikan napas, tubuhnya telah dibalut oleh Armor Tempur Teknologi: ramping, kokoh, dan penuh garis cahaya yang mengalir seperti sungai hidup. Matanya menyala biru.
Tapi ia belum beranjak. Meskipun lokasi musuh telah terdeteksi, Surya tahu bahwa stabilisasi jiwa bela diri setelah evolusi adalah tahap penting. Jika dia memaksakan diri bertempur saat energi belum sepenuhnya sinkron, maka kekuatan barunya hanya akan menjadi beban.
Ia duduk kembali. Dalam pikirannya, lautan data dan simulasi pertempuran mengalir, diproses oleh inti kendali pangkalan. Jiwa bela diri miliknya bukan sekadar simbol kekuatan—ia adalah sistem hidup.
---
Dua hari kemudian.
Surya berdiri di atas bukit kecil. Di bawah sana, sebuah kelompok berjubah hitam tengah mengitari batu altar. Di tengah altar, sebuah peti logam tua berukir simbol kuno.
Pemimpin kelompok itu tampak mencolok—berdiri tegak dengan jubah merah di tengah para pengikut. Qi-nya memancar kuat. Saat ia membuka mata, sorot tajamnya menyapu sekitar. "Keluarlah."
Surya melangkah ke tepi tebing. "Suaranya menjengkelkan. Tapi matamu lebih buruk lagi."
Para pengikut segera menyerang, tapi Surya hanya menjentikkan jari. Armor-nya menyala, dan pasukan mini keluar dari dimensi pangkalan, mengelilingi musuh dalam formasi presisi.
Pemimpin sekte itu tersenyum. "Kau bukan seniman biasa." Ia mengangkat tangan—dari punggungnya, proyeksi jiwa bela diri muncul: seekor Ular Api Emas dengan tiga tanduk, matanya menyala merah.
"Ini... Jiwa Beladiri Binatang Langka. Ular Raja Tiga Tanduk," gumam Surya. "Tak heran kau sombong."
"Tapi aku juga ingin tahu," lanjut sang pemimpin, "apa sebenarnya yang kau miliki?"
Surya mengangkat tangan, memanggil proyeksi jiwanya. Cahaya biru melonjak dari tubuhnya, langit meredup. Dari belakangnya muncul proyeksi planet mini berteknologi tinggi, dengan cincin energi mengorbit pelan, menyinari tanah seperti cahaya rembulan.
Suasana langsung berubah. Para pengikut pemimpin sekte mundur ketakutan.
"Jiwa... itu bukan jiwa dasar... bukan elemen, binatang, atau senjata..." desis sang pemimpin. "Itu... bentuk proyeksi spiritual apa itu? Kenapa begitu besar Mustahil...!"
Surya melangkah maju, armor-nya menyala. "Aku menyebutnya... Planet Pangkalan Kendali. Dan kau akan mengenalnya lebih dekat."
Pertarungan pecah.
Musuh melepaskan semburan api dari jiwa Ular Raja-nya, melingkar membentuk pusaran yang membakar udara. Surya melompat, dan armor-nya berubah: pelat bahu terbuka, mengeluarkan dua pelontar partikel kecil. Semburan plasma menembus pusaran, membelahnya, dan unit pesawat mini berputar di atas mereka, memborbardir dengan presisi.
"Jiwa bela dirimu memang kuat," kata Surya saat menembus kabut api. "Tapi kau terlalu lambat."
Satu pukulan berselimut gravitasi menghantam musuh dari samping. Tubuh sang pemimpin terlempar, menghantam pohon dan membuat lubang dalam batangnya.
Tersisa satu pertanyaan di benak Surya saat menatap musuh yang setengah sadar: siapa yang menyuruhmu?
Dan sebelum musuh menjawab, sebuah panah hitam melesat dari balik pepohonan—menembus leher sang pemimpin, membunuhnya seketika. Surya menoleh cepat, tapi sosok pembunuh itu telah menghilang.
"Ada dalang di balik ini," gumamnya.
Ia memandangi arah utara, tempat kota besar berada. Desa tak lagi aman, dan pengaruh kekuatan gelap mulai bergerak.
Petualangannya... benar-benar telah dimulai.