Bangkitnya SubRosa

Bab 14: Bangkitnya SubRosa

Suasana ruang OSIS Pelita Raya berubah. Tak lagi sekadar markas siswa berprestasi, kini menjadi ruang strategi untuk sebuah pergerakan rahasia. Di dinding, Bhima menempelkan foto-foto, peta, dan catatan kecil yang membentuk satu pola: jaringan tersembunyi yang mengikat Pelita dan Dirgantara.

"Mulai sekarang, SubRosa aktif," ucap Bhima tegas.

Elara menoleh, wajahnya datar. "Siapa target pertama?"

Bhima menatap layar ponselnya. "Dirgantara. Tapi kita gak bisa asal serang. Kita hancurkan dari dalam."

Odo bersandar di meja. "Kita butuh alasan. Kalau nggak, kita cuma keliatan kayak pemberontak."

Rere masuk, membawa map berisi dokumen. "Aku dapet laporan. Ada enam siswa Dirgantara yang dikarantina diam-diam. Tanpa alasan medis. Dua di antaranya… sekarang hilang."

Solara mengepalkan tangan. "Itu cukup alasan, kan?"

Bhima mengangguk. "Kita mulai dengan penyusupan informasi. Elara, kamu ambil alih jaringan komunikasi internal. Rere, kamu dan aku cari tahu siapa yang masih bisa dipercaya. Odo, jaga Andi dan terus gali info."

Odo mengangguk. "Dan aku tahu harus mulai dari mana."

Sementara itu di Dirgantara…

Raka duduk di atap, menatap langit malam. Ia tahu, sesuatu berubah. Kevin belum kembali. Azura mulai tak stabil. Dan Jevan… mulai terlalu sering bicara dengan Pak Yoo secara pribadi.

Alina naik ke atap, duduk di sebelah Raka. "Kamu ngerasa juga, kan?"

Raka diam.

"Sekolah kita… bukan sekolah biasa," lanjut Alina.

Raka menggenggam liontin kecil di lehernya. "Aku bakal cari tahu. Kalau ada yang salah… aku gak akan diam."

Kembali ke Pelita, di ruang bawah perpustakaan…

Andi menunjukkan sebuah simbol aneh yang tergurat di tangannya. "Mereka bilang ini... tanda. Katanya aku bagian dari eksperimen generasi pertama."

Odo dan Amara saling pandang.

"Kalau gitu, kita harus temuin generasi kedua sebelum mereka aktif," gumam Odo.

Tiba-tiba, suara dari radio tua di pojok ruangan menyala sendiri. Suara perempuan terdengar samar:

"Satu sudah bangkit. Yang lainnya akan segera menyusul."

Andi menggigil.

Amara menatap Odo. "Apa maksudnya… satu sudah bangkit?"

Odo berdiri. "Kayaknya kita bakal tahu… secepatnya."

Di tempat tersembunyi, seseorang menekan tombol.

Layar menampilkan lima wajah: Bhima, Elara, Odo, Solara, Rere.

"SubRosa bergerak," gumamnya. "Mari kita lihat, seberapa jauh mereka bisa melawan sistem yang kami bangun."