Retakan di balik sorotan

Bab 15: Retakan di Balik Sorotan

Langit Mentari mendung. Tapi bukan hujan yang ditunggu—melainkan jawaban.

Sejak SubRosa diaktifkan, Pelita Raya terasa seperti dua dunia dalam satu gedung. Di permukaan, sekolah tetap berjalan seperti biasa. Tapi di bawahnya, percakapan berubah menjadi sandi, gerakan jadi strategi.

Bhima membuka pertemuan SubRosa di ruang OSIS dengan satu kata:

"Jevan."

Solara mengangkat alis. "Cowok Dirgantara yang kasar itu?"

"Dia lebih dari itu," gumam Elara, menatap layar yang menampilkan jejak komunikasi elektronik. "Dia jadi penghubung antara Pak Yoo dan satu pihak eksternal. Tapi jejaknya rapi. Terlalu rapi."

Rere membuka catatan. "Ada rumor Jevan dulu juga sempat hilang. Tapi balik lagi seolah nggak terjadi apa-apa."

"Berarti dia udah tahu soal eksperimen ini dari awal," Odo menyimpulkan. "Dan mungkin... dia bukan satu-satunya."

Amara, yang baru masuk, membawa foto hasil pengamatan bawah tanah. "Kalian harus lihat ini."

Sebuah foto: ruang eksperimen rahasia. Di dinding, tertulis besar—

"GENESIS: Program Awal"

Dan di bawahnya, foto lama para siswa. Termasuk Bhima. Tapi dengan label berbeda:

"Subjek Potensial."

Suasana hening.

Bhima mematung. "...Itu dari mana?"

"Aku dan Andi temuin semalam. Tapi tempatnya sekarang udah bersih. Seolah sengaja dihapus."

Elara menatap Bhima tajam. "Kamu... pernah dikurung?"

Bhima menggeleng. "Nggak. Tapi mimpi burukku selama ini... kayaknya bukan mimpi."

Di sisi lain, Dirgantara…

Raka memanggil rapat kecil. Ia, Alina, Kalista, dan Altair.

"Ada yang aneh dengan pergerakan OSIS kita," ucapnya pelan. "Dan aku tahu Azura dan Jevan nyembunyiin sesuatu."

Kalista terlihat cemas. "Mereka nggak pernah ikut rapat lagi. Bahkan Pak Yoo ngilang. Aku takut…"

Altair, yang biasanya diam, bicara. "Kalau sesuatu terjadi... kita harus siap milih sisi."

Raka mengangguk. "Dan aku rasa… waktunya nggak lama lagi."

Malamnya… di ruang pengawasan rahasia

Seseorang mengetik dengan cepat.

Laporan: Subjek Bhima menunjukkan sinyal awal aktivasi.

Perintah selanjutnya: Dekati Altair. Pantau interaksi Raka. Jangan ganggu Kalista.

Ia menghela napas.

"Waktunya dunia tahu… bahwa para 'pion' sudah bukan pion lagi.