Bab 23: SubRosa Bangkit
Mentari malam itu tak bersinar.
Di ruang bawah tanah perpustakaan Pelita Raya, suara mesin tua mulai hidup. Sebuah lorong rahasia terbuka perlahan—yang selama ini hanya diketahui segelintir orang. Di dalamnya, ruang penuh simbol, layar hologram, dan lima kursi dengan lambang kartu remi.
Solara, Rere, Bhima, dan Elara duduk di masing-masing posisi mereka: Queen, Jack, King, dan Joker.
Kursi Ace… kosong.
"SubRosa sudah mati sejak lama," ucap Rere dengan lirih. "Tapi Elara mengaktifkannya tanpa persetujuan kita."
Elara tidak terlihat bersalah. Ia malah meletakkan sebuah rekaman video di tengah meja, menyalakannya.
Tampak Amara—terikat, matanya tertutup. Latar belakangnya hitam, tak bisa dikenali.
"Ini rekaman dua jam lalu. Dikirim langsung ke sistem SubRosa," kata Elara. "Dan pengirimnya menggunakan kode otoritas tertinggi: The Mirror."
Bhima menggertakkan gigi. "Itu… legenda. Pemegang kunci asli SubRosa sebelum kita. Gak mungkin dia masih hidup."
"Elara, lu tahu sesuatu," tuduh Solara.
Elara tak menjawab. Ia hanya membuka sebuah file: nama-nama lama SubRosa, termasuk yang sudah keluar atau… dianggap mati.
Dan satu nama muncul paling atas: "A.M."
Bhima menatapnya tajam. "A.M? Itu bukan Amara, kan?"
Elara menutup file itu. "Kita gak tahu siapa yang narik tali dari bayangan. Tapi satu hal jelas—ini bukan sekadar persaingan antar sekolah. Ini pembantaian tak langsung."
Rere berdiri. "Kalau gitu, kita hidupin SubRosa. Bukan buat main strategi... tapi buat perang."
"Tanpa Ace?" tanya Solara.
Bhima menatap kosong ke arah kursi kosong. "Odo bakal balik. Tapi bukan karena kita. Karena Amara."
Layar di belakang mereka menyala otomatis.
Peta Mentari.
Tanda merah menyebar di titik-titik tertentu. Gudang kosong. Rumah terbengkalai. Saluran bawah tanah.
Rere menunjuk salah satunya.
"Di sini. Ini lokasi sinyal terakhir rekaman itu."
Solara menarik napas. "Kita masuk malam ini?"
"Enggak," jawab Bhima.
"Kita masuk sekarang."
Sementara itu…
Di ruang gelap penuh layar, seseorang tertawa pelan. Ia menyesuaikan kacamatanya dan memutar kursi.
Satu layar menampilkan Odo, berjalan sendirian menyusuri gang belakang.
Layar lain menampilkan Pelita Fellows yang bersiap di markas SubRosa.
Dan satu layar lagi menampilkan Amara… yang perlahan membuka matanya.
"Pertunjukan dimulai."