Fragmen Malam Itu

Bab 20: Fragmen Malam Itu

Odo duduk tegak di ranjang medis, menatap langit-langit putih pucat. Rere berdiri di dekat jendela, cahaya bulan membingkai siluet tubuhnya. Suasana sunyi, hanya suara monitor medis yang berdetak lembut.

"Jadi… malam itu enam tahun lalu," gumam Odo. "Lo mau ceritain sekarang?"

Rere mengangguk pelan, matanya tak lepas dari langit malam.

"Lo inget api besar di kota Mentari bagian utara?"

Odo mengerutkan dahi. Samar. Tapi ada potongan ingatan—api, teriakan, dan tangan kecil yang menariknya keluar dari reruntuhan.

"Itu bukan kebakaran biasa, Do. Itu percobaan pelarian dari salah satu proyek rahasia… yang ternyata melibatkan lo juga."

Odo menatap Rere dengan sorot bingung. "Apa maksud lo?"

"Lo bukan anak biasa. Gue, Bhima, Elara, bahkan Aidan—kita semua adalah hasil dari percobaan SubRosa generasi awal. Tapi lo…" Rere menoleh, menatapnya dalam-dalam. "Lo adalah satu-satunya yang berhasil tanpa efek samping. Itu sebabnya mereka nyariin lo."

"Efek samping?"

"Bhima jadi agresif. Elara kehilangan empati. Aidan… lo tau sendiri."

Odo menghela napas berat. "Jadi… lo semua tau tentang ini sejak lama?"

"Gue dan Elara tau sejak tiga tahun lalu. Bhima udah sadar sebelum itu. Tapi kita diam. Karena kita semua takut."

Odo memejamkan mata. Semua mulai masuk akal—kenapa kadang ia bisa bergerak lebih cepat dari orang lain, kenapa luka parah bisa sembuh lebih cepat, dan kenapa… ada suara-suara aneh di kepalanya.

"Dan orang bertopeng itu?" tanya Odo lirih.

"Bagian dari masa lalu lo yang mereka coba sembunyikan. Dia bukan hanya pengganggu. Dia adalah bayangan—seseorang yang harusnya udah mati di kebakaran itu, tapi… hidup kembali. Mungkin karena eksperimen juga."

Rere lalu menaruh sesuatu di meja. Sebuah buku tua, lusuh, dengan stempel SubRosa generasi pertama di sampulnya.

"Gue nemuin ini di ruang arsip. Isinya… nama-nama seperti kita. Tapi ada satu yang dilingkari: N-01."

Odo membuka halaman itu. Di sana tertulis:

N-01: Prototipe Sempurna. Subjek Tidak Stabil. Kemungkinan kehilangan kendali: Tinggi.

Namanya tidak tertulis.

Namun di pojok bawah halaman, ada tulisan tangan kecil:

"Kalau kau baca ini, berarti kita belum selesai. -A"

Di tempat lain…

Bhima duduk di atas menara jam, tatapannya jauh ke arah horizon. Di sampingnya, Solara duduk bersila, tangannya memainkan senter kecil.

"Kita nggak bisa terus sembunyiin semua ini dari yang lain, Bhim," ucap Solara pelan.

"Belum saatnya," jawab Bhima. "Kalau Odo tau siapa N-01 sebenarnya… dia bisa hancur."

Solara menghela napas. "Tapi cepat atau lambat, dia akan tahu."

Sementara itu, di markas Dirgantara…

Azura berdiri di ruang pelatihan, meninju samsak dengan brutal. Altair berdiri tak jauh, memperhatikan.

"Kenapa lo marah banget?" tanya Altair, mencoba santai.

Azura menoleh dengan wajah gelap. "Gue liat sesuatu di arsip lama. Ada nama Raka… tertulis sebagai N-02."

Altair membeku. "Lo yakin?"

"Gue tahu ekspresi orang yang tahu dia dibohongi. Dan Raka… bukan anak biasa."

Kembali ke ruang medis, Odo membaca catatan itu sekali lagi.

"N-01… siapa lo sebenernya?"

Namun sebelum ia sempat membalik halaman berikutnya, seluruh gedung mendadak bergetar. Alarm merah menyala.

"PENGECEKAN KEAMANAN GAGAL. LOKASI: BAWAH TANAH SUBROSA. KELAS ANCAMAN: MERAH."

Rere langsung menarik jaketnya. "Lo tinggal di sini. Gue akan—"

"Enggak," potong Odo, berdiri meski masih sedikit sempoyongan. "Kali ini gue ikut."