Bab 13 – Bayangan yang Tersisa
Langit Mentari menggelap tiba-tiba. Awan berputar di atas sekolah Pelita Raya, seolah-olah waktu berhenti untuk menahan napas. Di tengah lapangan utama, Odo berdiri… atau lebih tepatnya—sesuatu yang pernah menjadi Odo.
Tubuhnya melayang beberapa sentimeter di atas tanah. Simbol-simbol aneh bersinar di udara di sekelilingnya. Angin tidak lagi bertiup, namun tekanan di udara seperti mendesak siapa pun yang mendekat.
Bhima berdiri berjarak dua puluh meter darinya, napasnya berat. Di belakangnya, Armand dan Solara bersiaga, sementara Rere dan Elara terus memantau energi dari jauh.
"Ini... bukan lagi Odo," kata Rere, suara lirihnya nyaris tenggelam oleh dengungan udara.
"Dia masih bisa diselamatkan," bantah Bhima. "Harus bisa."
Tapi ketika mata Odo terbuka, dua cahaya merah dan biru bersinar liar—tidak jernih seperti sebelumnya. Tidak ada kesadaran. Hanya kekacauan.
Teriakan menggema dari lapangan saat ledakan energi pertama menghantam pertahanan sekolah. SubRosa v2 langsung bergerak.
Solara maju dengan kecepatan penuh, menciptakan tembok cahaya untuk menghalangi lontaran energi Odo. Armand langsung mengaktifkan pertahanan tanah untuk menstabilkan area.
"Jangan terlalu dekat!" teriak Elara melalui alat komunikasi. "Energinya mengubah struktur realitas lokal. Itu bukan hanya kekuatan... itu distorsi."
Bhima maju.
"Bhima, jangan!" seru Solara.
Tapi Bhima tetap melangkah, mendekati Odo yang mengambang. "Kalau kau masih bisa dengar aku... tolong, jangan kalahkan dirimu sendiri."
Odo menjawab dengan serangan—sebuah lontaran energi gelap yang memantulkan bayangan-bayangan tak dikenal. Bhima melompat menghindar, lalu membalas dengan pukulan energi murni.
Pertarungan berlangsung cepat. Ledakan demi ledakan memenuhi langit Mentari. Tak ada kata-kata, hanya niat. Bukan lagi duel antarteman, tapi antara keberadaan dan kehancuran.
Hingga akhirnya—tubuh Bhima terlempar ke belakang, menghantam tanah dengan keras.
SubRosa v2 menyerbu.
Elara menjatuhkan segel, mengaktifkan batas akhir: Protokol Delta.
"Maaf, Odo..." gumam Rere. "Tapi ini... satu-satunya cara."
Lima anggota SubRosa v2 menyerang bersamaan, memusatkan seluruh kekuatan ke satu titik: inti energi di tubuh Odo. Dalam sekejap cahaya menyilaukan meledak dari tengah lapangan, menghapus suara, menghapus bayangan… menghapus Odo.
Ketika semuanya reda, hanya ada kawah hangus.
Hening.
Tidak ada tubuh.
Tidak ada yang tersisa.
Bhima perlahan bangkit, memegang sisi rusuknya yang retak. Ia berjalan mendekat, menatap ke dalam kawah.
"Kalau kau masih ada di dalam sana… aku harap kau tenang sekarang."
Tidak ada yang menjawab.
Langit Mentari kembali cerah.
Tapi tidak ada yang merasa damai.