Cermin Tanpa Bayangan

 Suara detak jam Chronoplast terdengar semakin nyaring, seperti mengingatkan Kael akan sesuatu yang terlupakan. Malam itu, ia berada di reruntuhan perpustakaan tua, sisa dari zaman sebelum pembagian zona. Cahaya bulan sintetis menembus celah atap yang roboh, membentuk lingkaran cahaya di tengah lantai berdebu.

 Kael membuka kembali arsip digital yang berhasil ia curi dari sistem pusat Zona Mediterania. Saat ia mengakses file rahasia berlabel "Proyek Gemini", layar holografik menampilkan serangkaian data genetika, grafik rumit, dan nama orang tuanya.

 "John Fennard dan Fenny M. Fennard. Subjek pengambilan DNA: berhasil. Waktu: dua puluh tahun lalu." Kael tertegun. “Ini... sebelum aku lahir...”,

 Kemudian muncul dua siluet bayi di layar, sama, identik, namun hanya satu yang diberi nama: Kael. Yang satu lagi hanya ditandai sebagai Subjek X12. Kael membeku. Hatinya berdegup tak karuan.

Aku punya saudara kembar.

 Kenangan mengalir masuk seperti arus listrik liar. Di sebuah ruang laboratorium yang tersembunyi jauh di bawah Zona Rolling, seorang ilmuwan perempuan, teman rahasia Fenny, memegang dua tabung berisi embrio hasil rekayasa. Ia menoleh pada Fenny yang menangis pelan di kursi pemeriksaan.

 “Aku hanya ingin menyelamatkan satu dari mereka,” ujar Fenny dengan suara gemetar. “Satu saja… untuk bisa hidup bebas.” Ilmuwan itu mengangguk, menghapus satu data embrio dari sistem utama, dan menyelundupkan satu bayi ke zona tersembunyi.

 Bayi itu menjadi Kael. Yang satu lagi, Subjek X12, disimpan oleh para petinggi. Kini, dua puluh tahun kemudian, Subjek X12 telah tumbuh. Tak ada nama. Tak ada kasih. Hanya dilatih untuk menjadi mesin pembunuh sempurna.

 Ia dijuluki Nocturne, bayangan yang muncul di medan perang dan menghilang tanpa suara. Ia tak tahu bahwa di tempat lain, seorang pemuda bernama Kael sedang mencari jawaban yang akan mengguncang kelima zona.

 Para petinggi dari tiap zona duduk di ruang konferensi holografik. “Kita punya Nocturne,” ucap salah satu dengan suara datar. “Tapi dia belum sempurna. Kita butuh dua elemen terakhir.”, “Chronoplast dan darah dari si kembar.”

 “Kael,” gumam salah satu dengan nada geli. “Anak buruh dari zona buangan. Lucu ya, dia bahkan tidak tahu dirinya adalah kunci.” Di layar holografik, wajah Kael muncul. Sorotan matanya tak lagi polos, tapi menyala dengan tekad yang bahkan para penguasa itu mulai takutkan.

 Di reruntuhan perpustakaan, Kael meremas Chronoplast di tangannya. Tangisannya tak keluar, tapi dadanya terasa seperti terbakar. Ia menatap langit.

 “Saudaraku... siapa pun kau sekarang… kalau kau jadi monster karena mereka… aku akan membebaskanmu. Atau jika perlu, aku akan menghentikanmu.” Layar Chronoplast menyala. Tulisan baru muncul.

Bayanganmu telah bangkit. Waktu sedang berputar kembali.

 Kael tahu, waktu bukan lagi sekadar detik yang berlalu. Tapi jembatan menuju kebenaran, dan mungkin pertempuran yang akan mengguncang dunia.