Aku masih gak ngerti apa yang terjadi saat ini. Barusan aku cuma mau nyari makan… dan sekarang, aku direkrut ke party elite sama ketuanya langsung.
“Hahh… malangnya aku~”
“Kau bicara sesuatu, Zeyr?”
“Eh? T-tidak, Tuan! Maksudku, Ketua!”
“Hahaha! Cara mengelakmu jelek sekali!”
Sial… dia orang kedua yang bisa bikin aku kalah telak kayak gini. Dan yang pertama... ah, jangan dibahas. Luka itu belum kering. Aku gak mau mengungkitnya lagi.
“TUAN CRAY! TOLONG AKU!!”
Tiba-tiba seorang gadis kecil muncul, lari ke arah kami sambil terisak.
“Ada apa, gadis kecil?” Cray berjongkok.
“Ibu dan ayahku… mereka disiksa di rumah! Orang-orang jahat itu—mereka memukuli ayahku!”
Cray mendecak pelan. “Tch. Kemungkinan besar rentenir. Kita gak bisa ikut campur, Zeyr. Mereka berada di ba—”
"MENYIKSA?!"
Kata itu menusukku. Membuka pintu luka lama yang udah berdebu. Dulu, orang tuaku juga... karena rentenir gila itu...
Tanpa pikir panjang, aku lari.
“Zeyr!!”
'...Kenapa dia secepat itu?!' Cray terdiam melihatku menembus kerumunan seperti peluru.
---
BRAK!
Pintu rumah itu kudobrak. Aku berdiri di ambang ruangan yang remang, nafas ngos-ngosan. Tiga pria bertubuh besar menoleh padaku.
“Siapa lo?! Mau sok jadi pahlawan?”
Aku memperhatikan keadaan. Ayah si gadis tergeletak, darah mengalir dari pelipisnya. Ibunya memeluk si kecil yang menangis, tubuh gemetar.
Tenang, Zeyr. Ini bukan mereka. Ini bukan masa lalu. Tapi mereka… tetap bajingan.
“Lepaskan mereka,” kataku datar.
“Waduh, serem amat bocah ini.”
“Ngancem ya? Hahaha!”
Dan suara tawa itu... aku kenal.
“Hey, Zeyr Presto! Masih inget aku?!”
...Moris.
Seketika tubuhku menegang. Otakku kabur.
“Kukira kau udah mampus waktu itu! Ternyata masih hidup, ya? Masih suka main jadi pahlawan?”
(Tahan Zeyr…)
“Masih rindu Mama dan Papa?”
(Tahan…)
Gelap.
---
Saat aku sadar, tanganku berlumur darah. Tubuh Moris di bawahku sudah gak berbentuk. Ia...sekarat.
Tanganku gemetar. Nafasku berat.
“ZEYR!” Cray akhirnya datang, terkejut melihat pemandangan itu. Darah menodai seluruh ruangan.
Aku buru-buru berdiri. “Mereka... mencoba membunuh nasabahnya. Mereka melanggar aturan. Aku hanya… menghentikannya, Pak!.”
Cray melihat sekeliling. Wajahnya serius sesaat... lalu ia mengangguk.
“Baik. Kau melindungi mereka. Aku akan bawa sisanya ke pengadilan.”
...Dia tahu cara membalikkan situasi. Sekali lagi, dia membiarkanku lolos.
“Terima kasih, anak muda…”
“Kami tak bisa membalas apa-apa…”
“Tidak perlu—”
“Sama-sama! Hahaha! Itu memang tugas kita, kan, Zeyr?”
Ugh. Menyebalkan.
---
Kami kembali melanjutkan perjalanan.
“Kau luar biasa tadi,” ujar Cray santai. “Kecepatanmu gila. Dan, kau menghajar preman Rank B seperti mereka tanpa skill sihir. Gimana bisa?”
Rank B?!
Kalau aku tahu dari awal… mungkin aku bakal kabur!
“Kenapa kau gak jadi petualang sebelumnya?”
Aku menghindari tatapannya. “Karena... aku gak suka hal yang melelahkan dan membahayakan nyawa.”
“Lucu banget. Kau nyaris bunuh diri barusan.”
...Bener juga sih.
“Kalo kau mendaftar sekarang, kau bisa langsung Rank A. Mungkin setara aku.”
“Ngomong-ngomong... rank-mu berapa?”, tanyaku.
“Rank ke 1 -S. Di atas semua orang.”
...Wajar dia bisa ancam dan nolong orang semudah itu.
“Kita sampai,” ucapnya.
Dan di hadapanku berdiri... sekelompok orang dengan wajah eksentrik.
Yang satu perempuan.. cukup manis...kurasa.
Yang satu lagi... pakai topeng....badut?
Apakah ini... party baruku?
Ya Tuhan, tolong aku.