BAB 6 – Investigasi Rahasia di Atas Angin

Angin sore bertiup pelan di atap sekolah. Riku duduk bersandar di pagar pembatas, memandangi langit biru yang mulai dihiasi warna oranye. Di sampingnya, Hanazono duduk dengan kaki menggantung, tangan disilangkan, wajahnya cemberut tanpa alasan yang jelas.

"Jangan bengong terus, dasar bodoh."

"Eh? Aku cuma... menikmati angin."

"Apaan tuh, sok-sokan banget. Kayak cowok di drama sore yang sok dalam gitu."

Hanazono mendesah sambil memalingkan wajah. Tapi Riku bisa lihat pipinya sedikit memerah.

Tiba-tiba—

“Jangan gerak!”

Suara berat dan penuh tekanan terdengar dari arah semak di pojok atap.

Dari balik tangki air, muncul Yamato dengan pakaian sekolah kusut dan ekspresi serius. Di sampingnya, Rena merangkak pelan sambil memegang kamera polaroid mainan.

"Objek: Hanazono. Lokasi: Sebelah kiri Riku. Arah angin: Timur laut. Posisi duduk: agak mesra tapi agresif."

"Yamato... NGAPAIN?!" bentak Riku.

Yamato berdiri tegak sambil membuka notebook pink-nya.

“Sudah kuduga… Riku, sahabatku tersayang… kau telah memasuki fase populer! Sungguh pengkhianatan berdarah dingin!”

Hanazono langsung berdiri, mengangkat tangan siap memukul.

Riku buru-buru menahan. “Sabar! Sabar! Nanti aku yang kena lagi!”

Yamato justru makin dramatis. Dia berlutut, menengadah ke langit.

"Sudah sejauh ini kita melangkah bersama... Lalu kau memilih wanita gal tsundere?!"

"Diam, detektif norak!" teriak Hanazono sambil melempar penghapus papan tulis yang entah dari mana munculnya.

Rena menahan tawa, menutupi mulutnya. “Tapi serius, Riku... kamu suka dia ya?”

Hanazono terdiam. Matanya membelalak kecil, ekspresinya berubah gugup.

Riku menatap Hanazono, lalu balik ke Rena.

“…Aku juga nggak yakin. Tapi… duduk di sini dengannya… entah kenapa rasanya nggak pengin buru-buru pulang.”

Hanazono langsung reflek mau mukul, tapi kali ini... tangannya berhenti di udara.

"...Bodoh," gumamnya pelan, sebelum menunduk malu.

Yamato menghela napas panjang.

“Dugaan kuat... ini bukan hanya fase populer. Ini serius.”