BAB 13 – Janji Bertemu

Hari Jumat. Jam pulang sekolah. Kelas mulai sepi, hanya beberapa murid yang masih beres-beres. Termasuk Riku dan Hanazono.

Hanazono berdiri di samping meja Riku, sambil memeluk tas selempangnya.

“Kalo lo nggak sibuk besok…”

Riku menoleh. “Kenapa?”

Hanazono berdehem pelan. Pipinya sedikit merah.

“…Gue pengen nyari komik baru di toko buku deket stasiun. Lo ikut nggak?”

Riku terdiam sebentar. Lalu tersenyum.

“Boleh. Jam berapa?”

“Jam dua. Jangan telat. Gue tonjok kalo lo bikin gue nunggu.”

“Baik, baik…”

Mereka tertawa pelan.

[Sementara itu, di belakang kelas…]

Yamato dan Rena, seperti biasa, lagi pura-pura ngelap papan tulis padahal nguping.

Begitu dengar kata “toko buku bareng”… Yamato terdiam. Tubuhnya gemetar. Mata terbuka lebar.

Rena berhenti ngunyah. “…Bro.”

Yamato menoleh perlahan, ekspresi serius.

“…Sudah saatnya kita kembali.”

Rena angguk pelan. “Investigasi… dimulai lagi.”

BOOOOM!!!

Tentu saja, itu hanya terjadi di kepala mereka.

Dalam imajinasi Yamato, mereka berdua berjalan menjauh dari kelas yang meledak di belakang—dengan jaket berkibar, dan ekspresi dingin penuh tekad.

Musik rock mengalun. Kamera slow motion.

Notebook pink tergenggam erat di tangan.

Rena: “Kita ngelakuin ini… demi keadilan.”

Yamato: “Dan demi cinta yang terabaikan.”

[Kembali ke dunia nyata]

“Lo ngelamun apa sih?” tanya Rena sambil menepuk punggung Yamato.

“Bayangin ledakan epik. Lo kelihatan keren banget.”

“Lo juga. Sayang kenyataannya kita cuma di lorong sekolah.”

Mereka berjalan keluar kelas, langkah penuh misi.

Di belakang mereka, Hanazono dan Riku masih ngobrol pelan sambil merapikan tas.

Tapi bagi Yamato dan Rena…

“Operasi: Kencan Pertama — Dimulai.”