---
Bayu Floyd tak pernah benar-benar tidur. Di Mob, kota utama Fraksi Zero, malam dan siang nyaris tak ada bedanya—semuanya abu-abu, sunyi, dan selalu penuh debu dari reruntuhan yang belum selesai dihancurkan.
Ia duduk di dalam ruang kerjanya. Cahaya dari monitor holografik menyinari wajahnya yang masih muda, tapi matanya… tak pernah terlihat seperti milik anak berusia tujuh belas tahun.
> “Mereka menyebutnya anomali Gaia.”
Teks itu berulang kali terpampang di layar. Dan entah mengapa, ia tertarik. Biasanya, Bayu mengabaikan laporan dari luar Fraksi Zero. Tapi kali ini berbeda.
Gaia Core bereaksi. Sesuatu yang berbeda muncul di Noru. Sesuatu yang bahkan membuat pusat riset Mob memerintahkan pengawasan intensif terhadap “subjek anomali baru.”
Bayu menyandarkan tubuhnya ke kursi. Hening. Di dinding ruangan itu tergantung foto lama—foto dua orang dewasa dan seorang anak kecil yang tersenyum. Itu dulu. Sebelum ledakan, sebelum kejatuhan.
Ia memejamkan mata sejenak.
> “Kalau teknologi bisa menciptakan keajaiban… kenapa juga bisa menghancurkan keluarga?”
Tangannya mengepal.
Tiba-tiba, layar berkedip. Sebuah file baru masuk—data visual kasar. Seorang remaja, sekitar usia Bayu, dengan mata kiri yang mengeluarkan darah setelah memicu reaksi listrik dari tubuhnya.
Bayu menatapnya dalam-dalam. Itu bukan kebetulan… kekuatan itu...
“Volt Anima?” bisiknya, nyaris tak terdengar.
---
Siangnya, Bayu berjalan keluar. Kota Mob adalah kota besi. Tak ada pepohonan, tak ada kehidupan selain manusia dan mesin. Bangunan hancur sebagian, dijadikan markas atau laboratorium.
Di sana, dia bertemu dengan seseorang yang selalu menimbulkan tekanan dalam dadanya—Lumi.
Wanita itu berdiri di pelataran pusat riset, dikelilingi oleh anak-anak latihan tempur. Tapi matanya… entah kenapa, langsung menatap Bayu.
“Bayu.” katanya datar, namun menyiratkan lebih.
“Kau tahu tentang bocah itu.” jawab Bayu langsung, tanpa basa-basi.
“Kau cepat seperti biasa.” Lumi melangkah mendekat, sepatu boot-nya berderak di atas lantai besi. “Tapi tidak semua hal harus kau gali terlalu dalam.”
“Kau merekrut seseorang dari Fraksi Freedom, Lumi. Itu bertentangan dengan kode Zero. Bahkan untukmu.”
“Aku tidak membawa dia ke sini untuk bergabung. Aku membawa dia ke jalannya.”
Bayu terdiam. Ada nada berbeda dalam suara Lumi kali ini—tidak seperti biasanya. Bukan dingin, tapi… seolah sedang menyimpan sesuatu.
“Apa dia… sadar siapa dirinya?”
“Belum.” jawab Lumi. “Tapi waktu akan mendorongnya untuk memilih. Sama seperti waktu memaksamu untuk tetap bertahan di sini.”
Bayu memalingkan wajah. Percakapan itu selesai tanpa kata penutup.
---
Malam pun datang. Bayu duduk kembali di ruangannya, namun kali ini pikirannya tak bisa fokus.
Volt Anima. Darah dari mata kiri. Suatu reaksi yang sangat langka. Biasanya kekuatan Gaia hanya merespon pada “keterikatan emosional ekstrem.” Tapi ini…
Bayu menatap telapak tangannya.
“Aku juga... punya Gaia Core. Tapi kenapa aku tak pernah bisa... melepaskannya seperti dia?”
Tiba-tiba, ia mengepalkan tangan, dan… kilatan kecil muncul. Api biru. Tenang, tapi panas. Kekuatan miliknya—Pyra Shade. Kekuatannya tak sekuat Isal, tapi jauh lebih stabil. Dan justru itu yang membuatnya takut menggunakannya. Ia takut terbakar oleh amarahnya sendiri.
> “Kau hanya akan jadi mesin perang, Bayu…”
“Itu bukan jalan mereka yang telah tiada.”
Suara dari masa lalu menggema di kepalanya.
---
Keesokan paginya, Bayu menerima misi pengawasan terhadap fraksi timur. Ia tidak bisa menolak. Tapi jauh di dalam hatinya, ada keinginan yang tidak bisa ia abaikan.
> “Isal Moira… Siapa sebenarnya kau?”
Misi yang seharusnya hanya untuk pengumpulan data bisa saja berubah menjadi awal dari takdir yang lebih besar—saat dua remaja dari dua kutub ideologi bertemu dalam jalan yang sama-sama hancur.