Bab 2: Luka yang Tak Terlihat

Malam itu dingin. Arvin berjalan tanpa arah di jalanan berbatu, hanya ditemani bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya.

Setiap langkah terasa berat, seolah bumi sendiri enggan menopang tubuhnya yang rapuh.

"Kenapa kau memilih dia... Lira?" gumam Arvin, matanya basah oleh air mata yang tak mampu lagi ia tahan.

Ia masih ingat jelas bagaimana Lira menghindari tatapannya, bagaimana jemarinya menggenggam tangan Kiran di depan matanya.

"Maaf, Arvin... aku... aku tak bisa bersamamu," suara Lira terngiang dalam kepalanya.

Kiran, sahabat yang tumbuh bersamanya, mengkhianati kepercayaannya demi cinta.

Cinta yang seharusnya menjadi milik mereka berdua.

Di tengah jalan kosong itu, Arvin berteriak sekuat tenaga, menumpahkan semua rasa sakit yang membakar dadanya.

Namun dunia tetap diam.

Tak ada yang menjawab jeritannya.

Sama seperti hatinya, yang kini hanya dihuni oleh kehampaan.

> (Hook Bab 2):

Namun jauh di balik kegelapan malam itu, sepasang mata memperhatikannya. Mata yang membawa kehancuran berikutnya.